AKUNTABILITAS, TRANSPARANSI, DAN PRODUKTIVITAS KINERJA

0
8,087 views

Akuntabilitas dan transparansi memungkinkan para anggota suatu organisasi dapat merundingkan halhal yang penting bagi mereka

Hal penting ini tidak boleh ditentukan secara sepihak oleh pihak penentu kebijakan belaka. Persyaratan ke-empat, semua pihak memerlukan umpan-balik (feedback) yang mengalir dua-arah. Yakni, manajer memerlukan umpan-balik dari staf; anggota pelaksana tugas memerlukan balikan dari atasannya.
Hal ini berarti bahwa, dalam organisasi yang hirau-akuntabilitas, wajib dijamin adanya keterbukaan informasi dan deskripsi tugas yang eksplisit. Yakni, siapa ditugaskan apa dan berkoordinasi dengan siapa haruslah terlebih dahulu dipancangkan dan dinyatakan secara formal dan terbuka sehingga jelas siapa bertanggungjawab melakukan apa dan untuk siapa.
Kejelasan ini penting karena staf pelaksana tidak mungkin berkinerja optimal bila harus menduga-duga sasaran kerja yang harus dicapainya. Persyaratan ke lima, semua pihak memerlukan evaluasi terhadap pelaksanaan tanggungjawab yang diembannya dan kegiatan yang dilakukannya.
Begitu tugas berhasil dilaksanakan dengan baik, perayaan pantas dilakukan. Ketika tugas gagal diselesaikan dengan baik, kritik dan keprihatinan dihadapi dan diselesaikan bersama. Kegiatan saling mengevaluasi pelaksanaan tugas ini mempersyaratkan keterbukaan dan rasa saling-percaya karena hanya dalam iklim kerja yang terang-benderang dan suasana relasi antarmanusia yang diikat nilai saling-memuliakan inilah anggota suatu komunitas/organisasi dapat mengolah pengalamannya dengan optimal.
Dalam iklim kerja yang seperti ini tidak ada orang yang tertarik untuk menimpakan kesalahan kepada orang lain. Demikianlah, akuntabilitas dan transparansi saling memerlukan dan saling menguatkan. Akuntabilitas dan transparansi memungkinkan para anggota suatu organisasi dapat merundingkan hal-hal yang penting bagi mereka.Transparansi dan akuntabilitas bersinergi melahirkan kesempatan bagi para anggota suatu organisasi untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan.
Dan, di pihak lain, transparansi dan akuntabilitas juga memudahkan para pengambil keputusan untuk menjelaskan mengapa keputusan dibuat seperti yang dilakukannya. Pada prinsipnya, pejabat publik, para direktur dan manajer perusahaan dan jajaran pimpinan suatu organisasi berkewajiban bertindak terbuka dan terang-benderang agar mudah baginya untuk menegakkan partisipasi dan akuntabilitas di kalangan anggota staf perusahaan dan organisasi yang dipimpinnya.
Dengan demikian, transparansi merupakan sesuatu yang krusial bagi akuntabilitas dan tingkat partisipasi anggota satuan kerja dan staf pendukung yang lain. Akan tetapi, apakah transparansi itu sesungguhnya? Transparansi, seperti tersirat dalam paragraf terdahulu, berkaitan dengan pemberian informasi secara terbuka. Namun, pemberian informasi yang terbuka tidak otomatis dapat disebut transparansi bila tidak dimaksudkan untuk membuat sesuatu menjadi terang-benderang.
Sesungguhnya, transparansi menghendaki pemenuhan berbagai persyaratan termasuk:
(1) informasi yang digelar harus relevan dan mudah dipahami
(2) pemberian informasi harus memperhitungkan waktu (agar penerima informasi dapat menelaah dan mempertimbangkannya dengan baik sebelum mengambil suatu tindakan)
(3) informasi yang diberikan harus berkualitas tinggi: mutakhir, akurat dan lengkap.

Dengan demikian, di dalam suatu organisasi yang sehat, sistem akuntabilitas, aliran informasi, serta suasana kerja saling berkait-berkelindan sehingga ketiganya membentuk sinergi yang saling mengukuhkan ke arah optimasi kinerja organisasi. Pegawai yang dimomong dalam sistem akuntabilitas yang jelas, para pekerja yang bergiat dalam suasana relasi sosial yang terbuka dan saling-percaya serta ditopang perilaku kepemimpinan yang transformasional akan bertumbuhkembang menjadi anggota satuan kerja yang produktif lahir-batin. Produktivitas lahir-batin adalah kondisi paripurna yang di dalamnya tercakup produktivitas hasil kerja yang dapat diukur dengan parameter kuantitatif dan produktivitas ruhani yang dapat memompa mekanisme memotivasi diri karena dedikasi kerja yang dimuati semangat pengembangan diri. Inilah hasil sinergi yang diharapkan terjadi dari tiga serangkai: akuntabilitas, transparansi, dan produktivitas kinerja.

Insya Allah, demikian adanya. ? Bachrudin Musthafa, PhD. Dekan Fakultas Bahasa, Universitas Widyatama, Bandung 40125