Editorial

0
436 views

Sidang pembaca yang budiman,

Dalam perspektif global mengutip kesimpulan Margaret Miller dalam buku History of Entrepreuneur bahwa : In this era of globalization, the pace of growth of entrepreneurship has increased in leaps and bounds and it has sky as its limit. Lebih lanjut dikatakan :

Entrepreneurship has
shown drastic changes in almost all economies of the world providing the
mankind with new domains of globalization. It has turned the world into a
global village and has made the world a better place to live in. (Dalam era
globalisasi ini, laju pertumbuhan kewirausahaan telah meningkat pesat
dan hanya langit sebagai batasnya. Kewirausahaan telah menunjukkan
perubahan drastis di hampir semua negara di dunia menyediakan manusia
dengan domain baru globalisasi. Ini telah mengubah dunia menjadi
sebuah desa global dan telah membuat dunia menjadi tempat yang lebih
baik untuk hidup).

Ini artinya, bahwa entrepreuneur/kewirausahaan sudah merupakan arah bagi perekonomian di skala nasional, regional maupun global. Ini sebuah peluang dan tantangan. Fakta, semisal Jepang, Amerika, bahkan ASEAN (Singapura, Thailand) telah mendorong kewirausahaan sebagai kunci pertumbuhan ekonomi mereka. . Padahal kalau kita perhatikan sumber daya aalam mereka relative terbatas. Tetapi karena mereka sadar kunci utama adalah SDM, maka mereka membuat kebijakan konsisten bagi pengambangan SDM, khususnya terkait dengan kewirausahaan.

Bagaimana dengan Indonesia ? Negeri yang kaya sumber daya alam maupun manusia, apakah terlena ? Negeri kepulauan yang terbentang di sepanjang garis khatulistiwa, dengan luas daratan 1, 9 juta km2 dan 3,1 juta km2 luas perairan, memiliki lebih dari 300 ragam suku dan 742 bahasan dan dialek, memiliki 8 World Heritage Cultural Sites. Sebagai negara archipelago terluas, Indonesia memiliki populasi penduduk terbesar ke empat di dunia, sekitar 337 juta orang yang merupakan potensi
sekaligus pasar, sekaligus dalam ke depan memiliki keuntungan demografis ? dimana penduduk usia muda memiliki jumlah yang relatif besar. Kekayaan sumber daya alam dengan mega biodiversity (peringkat
17 dari 139 nengara), forest diversity-sebagai hutan tropis terbesar setelah Brazil. Tetapi kita masih miskin entrepreneur ? dari 237 juta penduduk hanya 0,05 % terjun sebagai wirausaha, padahal kita Negara kaya sumber daya. Bahkan pengangguran kini prosesntasenya lebih besar porsinya pada pengguran terdidik (lulusan perguruan tinggi).

Sejauh ini para usahawan kita kebanyakan bukan hasil pendidikan formal. Karena itu bagaimana peran perguruan tinggi
menciptakan tenaga terdidik yang berjiwa entrepreneur ? Dalam kaitan itu, tema KOMUNITA edisi #7 adalah Kewirausahaan/Entrepreneurship. Melalui tema ini kami menghadirkan beberapa artikel yang mengupas kewirausahaan dari berbagai perspektif.

KOMUNITA juga menyajikan rubrik baru BUAH PIKIR. Sebuah forum yang menyajikan buah pikir rekan-rekan dosen dan civitas academica dalam bidang keilmuan masing-masing. Buah pikir mengandung arti inisiatif, inspirasi, gagasan, opini menghasilkan buah piker yang menuju pada rintisan. Rintisan tentang apa tentunya banyak hal. Diharapkan rintisan tentang bebagai hal yang positif dan bermanfaat. Karena itu Rubrik baru ini diharapkan membuahkan harapan-harapan tadi. Pembaca yang budiman, kami hadirkan pula artikel rehat berupa mosaik berita kewirausahaan, aktivitas Universitas dan Yayasan Widyatama, serta Widyatama Inspiring.

Semoga pembaca yang terhormat dapat memetik nilai-nilai yang terkandung dalam sajian kami. Seluruh jajaran redaksi mengharapkan saran dan masukan agar kami dapat menyajikan buah pikir dan informasi yang bernas, sekaligus menumbuhkan etos kerja institusi Widyatama. Vivat Widyatama, Vivat Civitas Academica, Vivat Indonesia dan Nusantara tercinta.

Redaksi – Lili Irahali