Kupas Soft Skill Dalam Sosok Alumni Hendry Bunardi

0
638 views
Kupas Soft Skill Dalam Sosok Alumni Hendry Bunardi

Ketika seorang mahasiswa diberi pertanyaan tentang apa alasannya menentukan pilihan untuk kuliah pada program studi yang dipilihnya, tentu jawabannya berbagai ragam alasan. Jawaban itu tergantung pada pengalaman hidup dan persepsi diri yang terbentuk pada dirinya. Pertimbangan yang mendorong orang berada pada kondisi dan situasi tertentu, antara lain karena unsur kompetensi, minat dan bakatnya, sehingga dia mengambil kesimpulan dan memutuskan pilihannya sesuai dengan kapasitas dirinya. Demkian pula halnya dengan Hendry Bunardi, seorang Area Business Leader Jateng pada Bank BTPN, yang pernah mengalami kawah candradimukanya STIEB/Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bandung (sekarang Universitas Widyatama). Kesuksesan dirinya mencapai karier seperti saat ini tidak datang tiba-tiba, atau tidak didapatkannya dengan Cuma-cuma.

Kupas Soft Skill Dalam Sosok Alumni Hendry Bunardi

Memerlukan proses panjang dan berliku, dalam penempaan diri yang luar biasa beratnya bagi seorang pemuda seperti dia. Satu dari sekian bukti keberhasilan soft skill dalam aktivitas perkuliahan selama masa studi di perguruan tinggi dapat kita tinjau dari kisahnya sebagai berikut dibawah ini. Berikut ini kisah Hendry Bunardi tentang kiprahnya semasa kuliah yang memberi bekal soft skill padanya hingga kini berhasil dalam kariernya di dunia kerja.

Pertama kali lulus SMA Taruna Bakti Bandung (1993), cita-citanya melanjutkan sekolah di Perguruan Tinggi terkenal Jakarta (Universitas Trisakti) tidak diteruskan, karena orangtuanya tidak menyetujuinya. Akhirnya dia mengikuti kehendak orangtua agar dirinya melanjutkan kuliah di kota Bandung saja, dan memilih STIEB sebagai tempat untuk menuntut ilmu. Setelah mengikuti masa orientasi kampus yang diselenggarakan oleh Senat Mahasiswa, saya berniat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang tersedia katanya mulai bercerita. Misalnya menjadi anggota Resimen Mahasiswa (MENWA).

Kesuksesan dirinya mencapai karier seperti saat ini tidak datang tiba-tiba, atau tidak didapatkannya dengan cuma-cuma. Memerlukan proses panjang dan berliku

Dimana proses seleksi di kampus cukup ketat selama tiga bulan berlatih dari pukul 05.00 s/d 07.00 setiap hari. Pada tahun 1995 saya menjadi utusan STIEB seorang diri mengikuti Pendidikan Dasar Kemiliteran di Depo Bela Negara Cikole Lembang selama tiga minggu. Tempaan fisik dan mental selama mengikuti pendidikan dasar kemiliteran itu sangat bermanfaat pada kehidupan saya dikemudian hari. Disamping aktif sebagai anggota Menwa di kampus, saya bersama lima orang teman membangun usaha counter handphone dengan modal awal hanya Rp. 1 juta per orang. Baru berjalan 1 bulan counter kami dibobol maling, namun kami tidak putus asa, dalam jangka waktu kurang dari dua tahun kami telah mempunyai 6 counter HP.

Meskipun kesibukan kuliah begitu padat, namun aktivitas sebagai anggota Menwa tidak berkurang dan dengan latar belakang sebagai atlit olahraga Tae Kwon Do (semasa SMU /SMU Taruna Bakti saya pernah menjadi juara I kelas Feather putra pada kejuaraan Tae Kwon Do antar SMU se Bandung raya). Waktu itu saya mengutarakan gagasan untuk dari beberapa teman-teman yang akhirnya membentuk kepanitiaan (saya ditunjuk sebagai Ketua Pelaksana).

Namun pengurus Senat Mahasiswa (sekarang PEMA/Pemerintahan Mahasiswa) meragukan gagasan ini, bahkan kurang memberikan dukungannya. Berkat kekompakan Kepanitiaan yang mempunyai visi sama dan akan membuat sejarah yaitu menyelenggarakan kejuaraan Tae Kwon Do Tingkat SMU se-Jabar yang pertama kali di lingkungan kampus STIEB akhirnya terwujud dan sukses.

Di kemudian hari kejuaraan ini setiap tahun pesertanya semakin meningkat jumlahnya. Bahkan bukan hanya pada tingkat
se-provinsi Jabar saja, namun sudah sampai pada tingkat nasional /se-Indonesia. Dengan adanya kejuaraan ini STIEB (Universitas Widyatama) mulai dikenal masyarakat secara luas. Universitas Widyatama pernah menjadi juara umum kejuaraan Tae Kwon Do Tingkat Mahasiswa se-Indonesia selama 9 kali. Suatu prestasi yang membanggakan tentunya.

Pada tahun 1997 s/d 1999 saya ditunjuk sebagai Komandan Kompi Menwa STIEB. Semasa periode itu saya merasakan bagaimana belajar sebagai seorang pemimpin/leader, dimana kami sukses menyelenggarakan pengabdian masyarakat (BINTER/Pembinaan Teritorial, istilah di lingkungan Menwa) dengan membangun saluran air bersih bagi warga desa, membangun MCK (Mandi,cuci,kakus) Umum, dll.

Tahun 1999 saya menyelesaikan kuliah, dimana waktu untuk menyiapkan skripsi hanya dalam dua bulan. Disamping itu usaha counter handphone akhirnya ditutup setelah saya beralih bergabung menjadi Marketing di Standard Chartered Bank, karena
ada penawaran dari seorang adik kelas (sdr Tedja Kurnia/mantan ketua KOPMA STIEB). Dalam waktu 1,5 tahun saya menjadi Sales Manager di Bank tersebut, memimpin 3 team dengan 30 orang staff. Hal ini saya rasakan sebagai hasil selama kuliah dan pengalaman dalam kegiatan berorganisasi di kampus.

Tahun 2005 saya direkruit oleh Bank ABN AMRO (Bank Belanda) dan dalam jangka waktu lima tahun menjabat sebagai
Area Sales Manager. Namun kembali saya direkruit oleh Bank BTPN (Bank Tabungan Pensiunan Nasional) sebagai AVP Level, hanya dalam jangka waktu satu tahun saya dipercaya memegang 9 cabang di Jawa Tengah menjabat sebagai Vice President dengan jumlah staf sebanyak 200 orang. Disamping itu dilingkungan masyarakat dipercaya juga dalam organisasi Pelestarian Burung Indonesia sebagai Ketua Pengurus Burung Indonesia Cabang Bandung. Sebagai alumnus saya masih tetap memberikan kontribusi berupa bimbingan kepada adikadik Menwa dan menyelenggarakan kuliah umum kewirausahaan (UMKM) dengan pembicara Bpk. Prof. Dorojatun Kuncoro Jakti.

Namun tidak hanya itu saja, kegiatan lainnya yaitu mengadakan juga kegiatan refreshing menembak untuk para anggota Menwa aktif, alumni, pegawai Yayasan dan Rektorat, dosen, unit kegiatan mahasiswa lainnya di Universitas Widyatama Bandung. Pengalaman Hendry Bunardi tersebut diatas menggambarkan secara alamiah proses long-life learning membentuk diri selama kegiatan kuliah, yaitu yang bersangkutan memilih pembentukan diri selain melalui proses perkuliahan tatap muka, juga kegiatan organisasi ekstrakurikuler. Misalkan untuk komponen soft skill : intrapersonal, interpersonal, communication, thinking (critical & Creative), leadership and ethics. Mayoritas diperoleh dari proses berinteraksi dalam kegiatannya di lingkungan organisasi.

Pengalaman memimpin kepanitiaan kejuaraan Tae Kwon Do dan sebagai komandan Kompi Menwa disamping kemampuan diri dalam pengetahuan, tata nilai, pengaturan waktu, juga kemampuan berkoordinasi dalam teamwork, mengatur konflik / managing conflict, pengambilan keputusan, menyusun rencana dan mengendalikan pelaksanaannya.

Apalagi ditambah dengan kemampuannya menjalin komunikasi (mendengarkan ide orang, melakukan presentasi,dan menuangkan informasi dalam tulisan / proposal) dan kemampuan berfikir kritis dan kreatif, serta kemampuan memimpin dan memahami tata aturan yang berlaku di lingkungannya.

Secara proses alamiah dalam pergaulan berorganisasi tersebut, membuktikan bahwa telah terjadi suatu jalinan yang saling mengisi antar komponen dari soft skill dengan proses belajar mengajar dalam perkuliahan. Pada komponen Intrapersonal skills (self – knowledge, self – regulation, time management, sense of purpose) ; pembentukan diri selama berproses dalam kegiatan perkuliahan secara tidak langsung terbentuk karena penempaan diri melalui kegiatan pendisiplinan diri dalam latihan Dasar Kemiliteran dan latihan beladiri Tae Kwon Do, sehingga yang bersangkutan dapat mengelola diri karena berada dalam
budaya disiplin yang baik.

Interpersonal skills (coordinating/teamwork, managing conflict, decision making, planing & organizing); hal ini diperolehnya melalui kegiatan kepanitiaan yang mengharuskan bekerjasama dalam Tim, melatih bertindak bijaksana ketika menghadapi masalah hubungan antar anggota panitia.

Communication skills (listening, oral communication, written communication); thinking skills (critical thinking, creative
thinking); melalui kewajibannya harus bertemu dengan organisasi lain selama berproses dalam kegiatan Unit kegiatan
Mahasiswa /UKM maupun kepanitiaan even kejuaraan, dan sebagainya. Hal ini memaksa yang bersangkutan mengerahkan
kemampuan dirinya untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan baik. Leadership; hal ini didapatnya dari
kepercayaan yang diberikan kepadanya sebagai ketua panitia pelaksana dalam kejuaraan Tae Kwon Do dan Komandan
Kompi Menwa, secara proses alamiah selama menjalankan tugas dan tanggung jawabnya berjalan dengan baik. Ethics; melalui aktivitasnya di lingkungan Unit Kegiatan Mahasiswa dimana yang bersangkutan belajar memahami tentang nilai-nilai etika yang berlaku di lingkungan masyarakat baik kampus maupun masyarakat luar kampus (ketika yang bersangkutan harus
mengkomunikasikan dengan pihak luar kampus).

Disamping itu juga dapat menentukan standar-standar pergaulan mana yang harus diikuti dan mana yang tidak boleh diikuti dalam diri seseorang. Oleh karenanya pada kenyataan di dunia kerja telah membuktikan bahwa umumnya mahasiswa yang sering atau pernah aktif dalam organisasi kemahasiswaan lebih survive dan kariernya lebih mapan dibandingkan mereka yang tidak pernah ikut organisasi kemahasiswaan atau organisasi
lainnya.

Soft skill sebagai materi disisi lain, disamping proses kegiatan belajar mengajar merupakan proses pembentukan diri bagi mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi. Kehadirannya tidak langsung nampak dalam kurikulum pembelajaran yang ada, namun harusnya melekat atau berdampingan dengan proses belajar mengajar pada mata kuliah yang
tercantum dalam kurikulum. Keberhasilan soft skill tergambarkan seperti kisah sdr. Hendry Bunardi tersebut diatas, namun hal ini sangat tergantung pada kesadaran sang mahasiswa itu sendiri untuk memilih jalan yang akan ditempuh selama dia
mengikuti proses perkuliahan.

Suatu pertanyaan Apakah perlu di fasilitasi wadah untuk pembentukan karakter diri mahasiswa itu melalui aktivitas soft skill,
dengan cara mewajibkan para mahasiswa untuk memilih aktivitas non kurikuler yang mengandung materi soft skill disamping
aktivitas rutin perkuliahannya? Akhirnya kita sampai pada suatu kesimpulan bahwa materi yang mengandung soft skill ternyata sangat baik dan penting disediakan untuk mendampingi kegiatan kurikuler perkulihan rutin dalam rangka membentuk kader pemimpin yang unggul. (EB. Misnan).

pada kenyataan di dunia kerja telah membuktikan bahwa umumnya mahasiswa yang sering atau pernah aktif dalam organisasi kemahasiswaan lebih survive dan kariernya lebih mapan