MENCARI AKUNTABILITAS DAN INOVASI DI PERGURUAN TINGGI

0
813 views

18Sebagaimana?dilansir Great Britains Times Higher Education Supplement dan China Shanghai Jiao Tong University. Perguruan tinggi yang paling popular di Amerika Serikat dan secara komersil berhasil menduduki peringkat sebagaimana dilansir U.S News and World Report. Peringkat tergantung pada rentang data: reputasi survai akademik, kelulusan dan rata-rata pembelanjaan, penelitian dan gaji, ukuran kelas, penyeleksian mahasiswa dan ratarata kelulusan alumni.
Sementara itu, peringkat dapat dipertahankan dengan berbagai landasan ? kebanyakan tidak semua kriteria yang diteliti US News, tentu saja yang berkaitan dengan prospek mahasiswa. Kritikan seringkali dibantah bahwa mereka tidak terlalu berdasarkan pada ukuran input yang tidak perlu, yang banyak menceritakan konsumen tentang jenis pengalaman pembelajaran yang terjadi di kampus. Penulisan baru-baru ini dalam isu Washington Monthly, Kevin Carey, seorang analis dengan pemikian baru Pendidikan mengatakan: Apa yang hilang dalam peringkat adalah eqivalensi dari deretan bawah.
Seseorang secara dekat melihat usaha menciptakan jenis baru deretan bawah adalah National Survey of Student Engagement (NSSE), yang dilakukan oleh Peneliti Universitas Indiana. Mereka menanyakan kepada mahasiswa baru dan senior universitas serangkaian pertanyaan berkaitan dengan kualitas pengalaman sebelum sarjana (undergraduate). Menurut NSSE (diucapkan Nessie) faktor kosong yang dipercaya berkenaan dengan pembelajaran mahasiswa, berhubungan di luar dengan kelas profesor terhadap kesempatan masa belajar dengan jumlah buku dibaca dan sebagainya.
Survei itu sekarang digunakan oleh sekitar 1000 perguruan tinggi, setiap mahasiswa menerima laporan ringkas hasil mereka, sebagaimana pula kesepakatan mereka. Tetapi NSSE belum sempurna, sekolah yang ada dalam NSSE belum mengeluarkan hasilnya ke publik, lebih disukai untuk pengembangan sendiri secara internal. Mungkin yang paling krusial NSSE masih berguna dalam banyak hal, ia menyediakan ukuran tidak langsung dari pembelajaran mahasiswa.
Dengan pembatasan, pendekatan survai tergantung pada penilaian subjektivitas mahasiswa dari pengalaman perguruan tingginya. Apa yang lebih mungkin mengukur pengalaman sebelum sarjana serta mempelajari secara lebih langsung? Itu tujuan Collegiate Learning Assessment (CLA) yang dikembangkan secara non-profit oleh Council for Aid to Education ?aslinya berafiliasi dengan RAND Corporation ?dengan dukungan dari yayasan, termasuk Kauffman Foundation.
CLA bertujuan melihat jauh disiplin khusus pengetahuan untuk mengukur jenis berpikir kritis, mengatasi persoalan dan kecakapan menulis sebelum sarjana dianggap utama yang seharus diperoleh selama waktu di kampus. CLA meminta mahasiswa menjawab serangkaian pertanyaan terbuka tentang imajinasi tetapi skenario realistis (jatuhnya pesawat, misalnya), menganalisa dokumen dan data untuk menggambarkan kesimpulan persuasif dan membuat rekomendasi. Juga memberikan pertanyaan karangan mahasiswa yang disyaratkan dibuat ?dan kritik bantahan pada topik berbeda.
Mungkin janji terbesar CLA adalah upaya menguji nilai tambah kesuksesan relatif dari institusi berbeda dalam rangka meningkatkan kecakapan akademis mahasiswanya, apakah benar atau tidak sebelum sarjana memasuki perguruan tinggi sebagai pemeroleh prestasi tinggi. Dengan ujian misalnya atau semua mahasiswa baru atau senior, kemudian membandingkan nilai mereka (sesudah memasuki kualifikasi dilakukan secara konstan). Penganalisa CLA dapat menentukan; pertama, berapa banyak skor senior lebih tinggi daripada mahasiswa baru, dan semua pertanyaan penting dari perguruan tinggi meningkatkan skor.
CLA juga menggunakan data skor mahasiswa SAT dan ACT mendatang untuk mengukur apakah sebelum sarjana mencapai sekolah khusus lebih atau kurang daripada prediksi yang diberikan. Ini yang memberikan kesamaan kualifikasi mahasiswa institusi lain.
Seperti Marc Chun, ilmuwan riset di Council for Aid to Education menulis:
To assess students abilities in ballet… one could count number of toe Shoes theyve gone through, one could ask an external expert how strong the program is, and one could have the students complete a survey to capture what they think about their skills and how much theyve grown: or, alternatively, one could have them actually dance
. Sebagai gerakan untuk akuntabilitas perguruan tinggi ?melalui implikasi penting jangka panjang untuk kewirausahaan dan ekonomi tidak diragukan sistim penilaian variasi inovasi bertautan dengan perguruan tinggi perlu bersama sama diujikan, dikritisi dan disaring.
Sehingga akhirnya, apa yang jelas adalah keinginan kita untuk memahami dan meningkatkan pembelajaran yang terjadi di Indonesia nampaknya akan bertumbuh. Semoga. Didi Tarmidi