Transformasi

Transformasi Pertama

Seperti mahluk hidup yang baru terlahir mencoba mengenali, berinteraksi, beradaptasi dengan lingkungan sekitar supaya dapat melebur dan pada akhirnya menjadi bagian dan memiliki nilai tambah tak terpisahkan bagi dunia.

Begitu pula kami. Majalah Komunita, majalah pendidikan tinggi lahir di Bandung. Layaknya bayi yang baru lahir, kami mencoba mengenali, berinteraksi, beradaptasi dan memperbaiki diri agar pada akhirnya dapat menjadi bagian tak terpisahkan dan memiliki nilai tambah bagi lingkungan pendidikan tinggi pada khususnya dan bagi pembaca khalayak banyak pada umumnya.

Dengan semangat perubahan, kami berusaha melakukan lompatan menjadi jauh lebih baik. Memasuki penerbitan tahun kedua, di edisi tujuh, majalah Komunita berusaha tampil lebih fresh, elegant, stylish, minimalis, desain menarik dan kekinian dalam setting serta layout mulai dari gambar serta foto sampai jenis cetakan huruf. Hal tersebut dilakukan tak lain dan tidak hanya ingin supaya kami lebih dekat dan diterima oleh para pembaca tanpa harus merubah konteks sebagai majalah pendidikan.

Itulah transformasi majalah Komunita yang pertama, khususnya dalam aspek logo, desain cover dan tata letak majalah.

 Transformasi Kedua

Dinamika perubahan di era kini mengalami percepatan yang sangat tinggi dipercepat perkembangan teknologi komunikasi dan informasi. Di tahun keempat dan memasuki tahun kelima pada edisi #16, majalah Komunita melakukan transformasi kedua. Transformasi kali ini menyangkut dua hal, yakni : 1) menguatkan agar tampilan selalu lebih fresh, elegant, stylish, minimalis, dengan desain menarik dan kekinian dalam setting serta layout; 2) menegaskan dirinya bahwa majalah Komunita adalah majalah pendidikan yang memfokuskan diri pada isu-isu pendidikan tinggi dan perguruan tinggi (PT).

Pendidikan tinggi dalam usia 63 tahun masih banyak menghadapi permasalahan mendasar yang memerlukan sinergi dalam mencari solusi bagi kemaslahatan bangsa dan generasi masa depan. Masalah mendasar pendidikan tinggi dan PT adalah problem relevansi dan mutu yang belum menggembirakan. Pendidikan tinggi belum bisa menjadi faktor penting yang mampu melahirkan enterpreneur dengan orientasi job creating dan kemandirian. Pengangguran terdidik dari hasil pendidikan terus bertambah, problem pengabdian masyarakat dimana PT tersebut berada dirasa kurang responsif, dan berkontribusi terhadap problem masyarakat. PT juga belum sepenuhnya mampu melahirkan lulusan yang memiliki akhlak mulia dan karakter yang kuat (Marzuki Alie).

Perjalanan lebih dari setengah abad (63 tahun) ternyata belum menjadikan pendidikan tinggi kita mendekati harapan semua pihak. Sehubungan dengan itu, kami berusaha lebih intens sesuai dengan peran kami membangun pendidikan tinggi dan perguruan tinggi yang lebih baik, berkualitas, serta memberikan kontribusi bagi harapan masyarakat.

Kami terus mencoba mengenali, berinteraksi, beradaptasi dan memperbaiki diri agar pada akhirnya dapat menjadi bagian tak terpisahkan dan memiliki nilai tambah bagi lingkungan pendidikan tinggi dan perguruan tinggi pada khususnya, serta bagi pembaca khalayak pada umumnya. Kami berusaha selalu seiring sejalan, bersinergi dan saling menguatkan dengan semua komponan bangsa mengembangkan pendidikan tinggi dan perguruan tinggi yang kita cintai. Untuk itu kami hadir pula dalam format digital dihadapan anda.

Transformasi Ketiga

Sains Populer Komunita Online lahir sebagai upaya menjawab  kebijakan “Merdeka Belajar, Kampus Merdeka, Organisasi Penggerak, Guru Penggerak, Transformasi Dana untuk PT, dan Sekolah Penggerak” yang intinya “kolaborasi membangun kualitas pendidikan dan lulusan (berbasis proses, output dan outcome)”. Juga sebagai bentuk kepedulian mendorong semangat, membangun budaya riset dan inovasi, serta sinerginya dengan masyarakat keilmuan, masyarakat industry, dan masyarakat umum.  Hal tersebut sebagai kristalisasi diskusi-diskusi intens dengan unit Entrepreneur and Innovation Center/EIC  Universitas Widyatama.

Inilah bentuk Transformasi Ketiga majalah Komunita menjawab tantangan yang dihadapi dunia pendidikan tinggi umumnya dan Universitas Widyatama khususnya yang kami luncurkan menyongsong ulang tahun majalah Komunita yang kesepuluh.

Riset dan inovasi adalah wujud dari sifat-sifat universal kecerdasan manusia dalam menghadapi tantangan alam dan ekosistemnya. Karena itu, riset dan inovasi seyogyanya melekat dalam diri manusia. Namun, perlu dirawat dan dikembangkan agar menjadi terlena, sehingga kita bukan sekedar sebagai pengguna riset dan inovasi yang sudah ada. Apalagi perguruan tinggi sesungguhnya harus menjadi salah satu pusaran riset dan inovasi yang dapat diandalkan sebagai hasil buah pikir dan kreasi para cendekia kampus.

Sains Populer Komunita Online hadir untuk memberi ruang lebih kepada dosen dan mahasiswa selaku cendekia kampus dalam menguatkan, meliterasi, serta membagi ilmu pengetahuan dan teknologi berlandaskan  etika akademik dan kecendekiaan bagi kemaslahatan kita bersama.

Transformasi Keempat

Duabelas (12) tahun – Agustus 2011 – majalah Komunita hadir menemui sidang pembaca membawa misi berkontribusi mencerdaskan kehidupan bangsa melalui literasi pendidikan tinggi dalam tulisan-tulisannya.  Selama itu majalah Komunita berusaha melakukan transformasi secara bertahap. Tiga transformasi telah dilalui. Kini transformasi keempat  di tahun ke duabelas pada edisi #37 lebih mendorong  kemampuan berpikir kritis dalam menganalisis dan mensintesis informasi yang berlebih, juga menguatkan tampilan cover dan tata letak  yang lebih menggambarkan keterbukaan dan otonomi bertanggungjawab. Komunita menyediakan informasi pendidikan berkualitas, mendorong diskusi dan pemikiran kritis, serta menghadirkan diversitas pemikiran dalam mendorong lingkungan pendidikan yang lebih berdaya. Demikian pula tampilan cover dan tata letak sederhana dan menarik, namun  senantiasa tegar menghadapi dinamika pendidikan tinggi di era global.

Semoga kehadiran kami majalah KOMUNITA, semakin bermanfaat serta mengembangkan cara pandang positif kita tentang keilmuan, kecendekiaan, serta keliterasian. Vivat Widyatama, Vivat Civitas Academica, Vivat Indonesia dan Nusantara tercinta. (lee)