Publikasi Ilmiah, Semangat Keilmuan & Etika serta Administratif

0
637 views

Bait lagu Indonesia Raya “….Hiduplah tanahku, Hiduplah neg’riku, Bangsaku, Rakyatku, semuanya, Bangunlah jiwanya, Bangunlah badannya, Untuk Indonesia Raya. …” mengajak kita membangun keseimbangan jiwa dan raga. Jiwa dalam pandangan Al-Farabi mempunyai: 1) Daya al-Muharrikat (gerak), yang mendorong untuk makan, memelihara, dan berkembang; 2) Daya al-Mudrikat (mengetahui), yang mendorong untuk merasa dan berimajinasi; 3) Daya al-Nathiqat (berpikir), yang mendorong untuk berpikir secara teoretis dan praktis (Sirajuddin Zar, Filsafat Islam, 2017).

Pendidikan salah satu upaya membangun jiwa generasi masa depan. Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan dan dosen (pendidik) di dalamnya menyiapkan warisan bagi generasi masa depan melalui  upaya mengembangkan jiwa mereka – setidaknya mendekati pandangan Al-Farabi. Maknanya dosen berkewajiban mengembangkan jiwa generasi masa depan agar mereka mampu mengembangkan dan memajukan diri, bangsa, dan peradaban.

Publikasi Ilmiah sebagai buah dari Tri Dharma (pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat) merupakan sarana untuk menyampaikan informasi keilmuan dan kepakaran yang diharapkan mampu memberikan kontribusi positif bagi pengembangan wawasan ilmiah bagi dosen dan para pihak. Publikasi Ilmiah tentunya sebagai upaya mengembangkan semangat keilmuan sekaligus etika yang terkandung di dalamnya. Semakin banyak riset dan publikasi yang dilakukan akan  menghasilkan dosen yang semakin ahli dan ujung-ujungnya pengalaman serta hasil penelitian merupakan bahan yang sangat baik untuk memperkaya  bahan kuliah yang akan disampaikan kepada mahasiswa .

Dari pengamatan, karya-karya penelitian dosen tidak selalu mengalami “uji publik” sehingga mereka hanya melakukan penelitian untuk kemudian hasilnya ditulis menjadi laporan  tertulis  sebagai bukti penelitian mereka tanpa harus diuji oleh publik. Apakah hasil penelitian itu memang benar-benar sahih ataukah hanya sekedar teori yang masih sulit diterapkan dalam praktek. Maka Publikasi Ilmiah akan mendorong peneliti lebih giat melakukan kajian-kajian sehingga karya mereka tidak hanya tersimpan  di rak-rak perpustakaan yang tidak dapat dinikmati oleh masyarakat  sehingga  dapat diaplikasikan bagi pengembangan ilmu  pengetahuan.

Menurut Wahyudi Darmalaksana dan Yaya Suryana (2018) Publikasi Ilmiah merupakan indikator kinerja utama akademisi. Belum bermakna hasil penelitian tanpa sebuah publikasi, baik publikasi pada media online atau media cetak lainnya. Publikasi Ilmiah adalah penerbitan paper hasil penelitian pada jurnal nasional atau internasional secara on-lineatau berbasis OJS (open journal system). Publikasi Ilmiah merupakan salah satu output dari penelitian. Publikasi yang baik dimulai dari memilih jurnal berkualitas, jurnal berkualitas dapat dicirikan dengan terindeksnya jurnal tersebut seperti Google Scholar, DOAJ, Scopus, Thomspon and Reuters, atau jurnal terakreditasi nasional atau internasional sesuai yang dipersyaratkan serta menghindari jurnal predator.

Akhir-akhir ini bermunculan jurnal-jurnal predator,  umumnya jurnal OJS luar negeri yang menawarkan kemudahan terbit dengan biaya tertentu. Agar tidak terjebak dengan hal tersebut sebaiknya melihat kualitas jurnal tersebut pada Scimago. Selanjutnya penelusuran referensi yang sebagian besar dari pustaka primer seperti jurnal ilmiah dan conference/prosiding terbaru. Untuk menemukan sebuah referensi yang berbasis jurnal dapat diperoleh melalui Google Scholar, DOAJ, Scopus atau indeksing lainnya yang menyimpan ratusan bahkan ribuan judul jurnal yang bereputasi.

Namun, publikasi ilmiah dapat saja terkendala faktor korespondensi yang berakibat macetnya capaian indikator kinerja utama tadi (Lukman, 2016). Menulis artikel pada jurnal perlu memiliki keterampilan khusus dalam menyusun setiap paragrap kemudian menjadi paper yang siap terbit. Jurnal atau berkala ilmiah atau paper ilmiah yang selanjutnya disebut sebagai jurnal adalah bentuk terbitan yang berfungsi meregistrasi kegiatan kecendekiaan, mensertifikasi hasil kegiatan yang memenuhi persyaratan ilmiah minimum, mendiseminasikannya secara meluas kepada khalayak ramai, dan mengarsipkan semua temuan hasil kegiatan kecendekiaan ilmuwan yang dimuatnya (Lukman, 2016). Umumnya pada jurnal disediakan template sebagai aturan, kaidah dan tata cara penulisan sehingga menjadi paper yang utuh sesuai dengan style penulisan jurnal tersebut. Tiap jurnal memiliki template yang berbeda sesuai dengan style jurnal tersebut.

Sasaran publikasi hasil penelitian menjadi titik tekan pemerintah akhir-akhir ini adalah kewajiban bagi dosen untuk mempublikasikan hasil penelitiannya pada jurnal terindeks Scopus atau Thompson Reuter atau jurnal internasional bereputasi yang dicirikan dengan Q1, Q2  Q3 dan Q4 sebagai salah satu sasaran output yang harus dicapai oleh perguruan tinggi menuju World Class University. Adalah jumlah publikasi ilmiah di jurnal dan seberapa banyak jurnal tersebut dimanfaatkan oleh akademisi lain dengan mensitasi tulisan yang dihasilkan. Salah satu sarana diseminasi jurnal yang efektif saat ini melalui jurnal elektronik (e-journal) (Lukman, 2016; Pribadi & Delfy, 2015).

Penelitian/ riset merupakan proses mengumpulkan, menganalisis, dan menerjemahkan informasi dan/ atau data secara sistematis untuk menambah pemahaman terhadap suatu fenomena tertentu (Ramdhani, 2013). Riset berbasis outcome merupakan jalinan yang terintegrasi antara input, output, outcome, benefit dan impact. Integrasi ini diorientasikan dalam rangka peningkatan mutu dan kualitas penelitian. Dalam konteks Indonesia, riset berbasis outcomemerupakan kebijakan yang mempunyai dua sisi, yakni substansi dan administrasi.

Penyelenggara penelitian mesti melibatkan jaminan mutu untuk tujuan meningkatkan kualitas penelitian. Mutu penelitian yang berkualitas adalah yang menghasilkan output, outcome, benefit dan impact. Secara sentral kebijakan penelitian di Indonesia mengarahkan segenap institusi perguruan tinggi untuk meningkatkan mutu dan kualitas penelitian, baik substansi maupun administrasi (Darmalaksana, 2017). Oleh karena itu, publikasi ilmiah sangat membutuhkan peran koresponden. Secara teknis, penulis paper dapat terdiri atas penulis pertama atau penulis utama, penulis pendamping, dan penulis koresponden (corresponding author). Untuk menuju ke arah sana maka perlu dipersiapkan naskah yang baik, pengelolaan jurnal yang professional dan mekanisme diseminasi yang efektif dari jurnal yang diterbitkan.

Korespondesi sendiri adalah proses keterhubungan antara penulis paper dan penerbit jurnal, yang dalam sistem OJS, seluruhnya dilaksanakan secara on-line sesuai ketentuan sistem manajemen jurnal. Dengan perkataan lain, sistem OJS tidak melayani komunikasi di luar sistem, dan seluruh korespondensi harus berlangsung di dalam dan/atau sesuai sistem.

Penulis pertama atau penulis utama adalah penulis yang dicantumkan pada urutan pertama pada sebuah paper, atau penulis yang memiliki kontribusi paling besar dalam sebuah paper, atau penulis yang mempunyai komitmen paling kuat untuk publikasi ilmiah. Penulis pendamping ialah pembimbing seperti dalam penulisan karya ilmiah skripsi, tesis, atau disertasi. Sedangkan penulis korespondensi, yaitu penulis yang bertanggungjawab atas semua korespondensi serta perbaikan artikel. Atau penulis yang bertanggungjawab atas isi dan legalitas pengiriman artikel. Secara teknis, adanya penulis korespondensi pada sebuah paper mengindikasikan pembagian tugas secara proporsional dan profesional. Secara umum, karya tulis ilmiah membahas sebuah subjek secara akurat, impersonal dan objektif (Pribadi & Delfy, 2015).

Karya ilmiah yang dipublikasikan merupakan kontribusi pemikiran untuk menjawab berbagai permasalahan yang terjadi pada kehidupan manusia (Rohmah, et al., 2016). Semoga.

 

Rewriter: lili irahali- Oktober 2022, dari berbagai sumber.