Muhasabah Widyatama: Dari mana kita berasal?

0
669 views
Muhasabah Widyatama: Dari mana kita berasal?

Muhasabah Widyatama:
Dari mana kita berasal?

Bandung, (30/08/2014). Universitas Widyatama menyelenggarakan Muhasabah dengan mengundang Cak Nur bersama Cak Ayub sebagai penceramah. Acara ini dihadiri seluruh Pimpinan Yayasan dan Universitas beserta jajarannya, dosen dan karyawan. Muhasabah Widyatama direncanakan dilaksana kan Insya Allah setiap 1 tahun satu kali, dengan tujuan membuat semua karyawan serta dosen lebih dekat dengan Allah SWT, tutur Bapak T.Ontowiryo Abdoelkadir S.E., MBA, Ketua Yayasan ketika memberikan sambutan sebelum acara berlangsung. Beliau menuturkan bahwa Muhasabah kali ini merupa kan tahap pertama dalam melakukan evaluasi diri Yayasan dan Universitas, karena akan ada muhasabah kedua yang insya Allah akan diselenggarakan berikutnya. Muhasabah pertama lebih menitikberatkan pada penguat?

Muhasabah Widyatama: Dari mana kita berasal?

an softskill, sedangkan muhasabah kedua lebih focus pada hardskill, kaitannya dengan evaluasi kinerja. Muhasabah berasal dari kata hasibah yang artinya menghisab atau menghitung. Muhasabah diidentikan dengan menilai diri sendiri atau mengevaluasi, atau introspeksi diri. Dalam ceramahnya, Cak Nur membedah isi Al-Quran beserta tafsirnya yang menjelaskan terbentuknya bumi sampai dengan binasa (Kiamat). Terbentuknya planet, menjadi sebuah orbit yang sering dijadikan penunjuk arah, Flora serta Fauna dan terbentuklah orang tua kita melalui tujuh masa.

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan, [Q.S.AlHasyr (59):18]. Dari firman Allah di atas tersirat suatu perintah untuk senantiasa melakukan muhasabah supaya hari esok akan lebih baik. Dalam melakukan muhasabah, seorang muslim menilai dirinya, apakah dirinya lebih banyak ber buat baik ataukah lebih banyak berbuat kesalahan dalam kehidupan sehari-harinya. Dia mesti objektif melakukan penilaiannya dengan menggunakan Al-Quran dan Sunnah sebagai dasar penilaiannya bukan berdasarkan keinginan diri sendiri. Oleh karena itu melakukan muhasabah atau introspeksi diri merupakan hal yang sangat penting untuk menilai apakah amal perbuatannya sudah sesuai dengan ketentuan Allah.(mkt)