Di sela-sela kesibukannya sebagai Rektor baru Universitas Widyatama 2014-2018, tim redaksi majalah Komunita melakukan audiensi seputar Dinamika Pendidikan Tinggi bersama Dr. Islahuzzaman. Bagaimana Widyatama mensikapinya? Berikut hasil petikan wawancaranya.
Komunita: “Bagaimana pandangan bapak mengenai ‘Perkembangan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia’ saat ini (dipandang dari berbagai sisi) ?”.
Dr. Islahuzzaman: “Pendidikan di Indonesia saat ini sedang dalam posisi membangun, notabene selalu dibandingkan dengan negara lain, misalnya: Malaysia, Thailand, Singapura, Filipina, serta negara-negara di wilayah Eropa dan Amerika. Membandingkan dengan mereka memang posisi Indonesia tertinggal. Oleh karena itu kita (red: Indonesia) dituntut meningkatkan kualitas pendidikan. Jika dilihat dari sisi ukuran kualitas, maka di Indonesia dikenal dengan nama akreditasi, yaitu proporsi penilaian kualitas pendidikan secara nasional baik untuk jenjang SMK, SMP maupun Pendidikan Tinggi.
Untuk jenjang pendidikan tinggi, ukuran akreditasi dibagi menjadi dua, yakni akreditasi program studi dan akreditasi institusi. Disusul kemudian dengan adanya perkembangan sistem LAM (lembaga akreditasi mandiri) yang digunakan dalam menilai akreditasi program studi, sementara untuk menilai akreditasi institusi masih menggunakan BAN-PT. Dilihat dari ukuran indikatornya baik dari sisi institusi maupun prodi, maka akreditasi merupakan bukti akuntabilitas perguruan tinggi kepada masyarakat. Isinya pun sudah mencakup secara keseluruhan, mulai dari aturan bidang manajemen hingga kerjasama (Tri Darma Perguruan Tinggi), termasuk sistem proses belajar-mengajar, kemudian kemahasiswaan serta alumni.
Dari sisi pengelolaan, pendidikan tinggi di Indonesia dikelola oleh swasta dan negeri. Umumnya perguruan tinggi negeri dipandang baik oleh masyarakat, namun tidak menutup kemungkinan juga ada institusi negeri yang tingkat akreditasinya di bawah swasta.
Secara umum dari beberapa indikator akreditasi yang menjadi unsur penilaian menandakan bahwa pendidikan tinggi di Indonesia masih belum memuaskan. Untuk nilai A saja (PTN & PTS) kira-kira hanya memperoleh 10%, sementara yang lainnya kebanyakan mendapatkan nilai B & C. Nilai C umumnya berada pada perguruan tinggi di wilayah Sumatera, hal ini membuktikan bahwa kualitas pendidikan tinggi di Indonesia tidak merata dikarenakan minimnya fasilitas yang diberikan oleh pemerintah”.
Komunita: “Pandangan masyarakat menyatakan bahwa kualitas PTN masih jauh lebih baik dibandingkan dengan PTS dikarenakan mereka lebih berpengalaman. Bagaimana menurut bapak? kemudian bagaimana dengan posisi kualitas Universitas Widyatama ?”.
Dr. Islahuzzaman: “Seperti yang telah saya kemukakan, pada umumnya perguruan tinggi negeri masih dipandang baik oleh masyarakat. Namun dari hasil peringkat akreditasi, ada juga perguruan tinggi negeri yang memperoleh nilai B, sementara perguruan tinggi swasta nilai akreditasinya A, baik dari sisi penilaian institusi maupun program studi. Posisi Universitas Widyatama masih berjuang menuju nilai A dengan keseluruhan penilaian program studi maupun institusi. Dengan target pencapaian nilai A tersebut menandakan bahwa Universitas Widyatama kecil-kecil juga cabe rawit artinya kecil karena fakultasnya hanya 5 dengan jumlah program studi 14 mampu bersaing dengan tingkat capaian perguruan tinggi swasta dan negeri lainnya pada berbagai jenjang.
Menurut informasi dari Kopertis (koordinator Perguruan Tinggi Swasta) Wilayah IV, Universitas Widyatama berada di level atas, hal ini tidak terlepas dari adanya komitmen manajemen Yayasan & pengelola Universitas dengan capaian indikator yang baik. Diantaranya: hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh para dosen dan juga mahasiswa. Pemerintah (dalam hal ini Kementerian Pendidikan & Kebudayaan) terutama yang menangani level pendidikan tinggi, masih dirasakan belum adil dalam hal pembiayaan perguruan tinggi. Kalau perguruan tinggi negeri tidak sulit dalam memperoleh dana-dana hibah, beasiswa dan lainnya sementara perguruan tinggi swasta yang notabene paling banyak di Indonesia ( 90%) cukup sulit dalam memperoleh dana dari pemerintah. Selain itu, masyarakat masih berpandangan bahwa dengan menuntut ilmu di perguruan tinggi negeri maka akan memperoleh kemudahan dalam bekerja padahal tidak menutup kemungkinan banyak pula lulusan dari perguruan tinggi swasta yang terserap di dunia kerja”.
Komunita: “Bagaimana menyikapi adanya kebijakan serta aturan yang semakin ketat dari pemerintah berkaitan dengan hal-hal mengenai persyaratan pada sebuah perguruan tinggi, apakah Universitas Widyatama telah mempersiapkan diri terhadap hal tersebut ?”.
Dr. Islahuzzaman: “Widyatama harus siap dalam membangun dan mengikuti segala persyaratan/aturan pemerintah sekalipun ketatnya karena institusi kita berada di wilayah negara Indonesia. Dengan kata lain bahwa sepahit apapun kebijakan pemerintah tetap harus kita ikuti dengan baik. Dalam hal kebijakan/aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah hanya dapat menambah saja tanpa harus mengurangi segala kelemahannya. Contoh Widyatama, yang memiliki aturan/kebijakan dari pimpinan melebihi standar persyaratan pemerintah. Hal ini dilakukan agar Universitas Widyatama memiliki kelebihan nilai tambah dalam pandangan masyarakat dibandingkan dengan perguruan tinggi lain. Diantara muatan kurikulum tambahan pada beberapa program studinya (menjadi unggulan) adalah adanya mata kuliah SAP dan EPC sebagai bekal aplikasi di dunia kerja. Intinya yaitu kita harus mampu bersaing meskipun di satu sisi masih ada kekurangannya dengan senantiasa melakukan perbaikan terus menerus sehingga nantinya tidak tergolong dalam perguruan tinggi bermasalah”.
Komunita: “Geliat pendidikan tinggi semakin berkembang pesat dan dinamis, bapak selaku rektor baru di
Universitas Widyatama tentunya memiliki berbagai strategi dalam menghadapi tantangan tersebut. Bagaimana penjelasan bapak (sebagaimana terdapat dalam visi, misi, dan yang lainnya ?”.
Dr. Islahuzzaman: “Iya pasti, saya memiliki strategi dan kebijakan perubahan ke arah yang lebih baik sebagaimana tercantum dalam visi & misi Universitas Widyatama. Visi & misi ini harus diwujudkan/dilaksanakan yang bermakna bahwa visi merupakan cita-cita sementara misi adalah metode/teknik dalam melaksanakan serta mengaplikasikan suatu visi ke dalam kehidupan nyata sehari-hari. Hal ini wajib dilaksanakan oleh segenap civitas agar dapat meningkatkan kemampuan bersaing secara luas guna menghasilkan dan membentuk mutu SDM yang profesional di bidangnya. Sebagai rektor baru, maka saya akan melakukan penguatan terlebih dahulu secara internal yakni dengan mempertahankan kondisi yang sudah baik hingga ditingkatkan lalu memperbaiki segala kekurangannya guna lebih memantapkan sisi fundamentalnya. Pembenahan yang lebih kuat lagi di internal universitas dapat memacu progress perkembangan secara luas agar mampu berlari kencang (bersaing secara global). Untuk menghadapi berbagai tantangan ke depan, maka akan diawali dari restrukturisasi organisasi dan staffingnya mulai dari jajaran pimpinan universitas hingga tingkat prodi. Yang kedua adalah peningkatan skor akreditasi BAN-PT dengan target perolehan nilai dari semua program studi adalah A”.
Komunita: “Widyatama sebagai sebuah institusi pendidikan tinggi tentunya memiliki ciri & kekhasan
tersendiri yang menjadi pembeda diantara perguruan tinggi swasta sekelas lainnya. Apa sebenarnya yang menjadi ciri & kekhasan tersebut ? tolong bapak jelaskan”.
Dr. Islahuzzaman: “Yang menjadi ciri pertama disini yaitu bahwa kami sangat berkomitmen terhadap peningkatan kualitas pendidikan, kemudian yang menjadi pembeda adalah dengan adanya muatan kurikulum sebagaimana telah diterangkan sebelumnya. Hal ini tentu akan dilaksanakan guna menghasilkan mutu lulusan di bidangnya dengan memiliki keterampilan yang profesional baik pada tingkat nasional maupun internasional. Jika saya paparkan lebih singkatnya lagi mengenai ciri & kekhasannya yakni: yang pertama adalah friendly campus artinya suasana kampus yang kondusif dan nyaman, kemudian yang kedua adalah kurikulum serta yang ketiga adalah kedisiplinan”.
Komunita: “Bagaimana rencana (action plan) pengembangan Universitas Widyatama dibawah kendali bapak selama periode 2014 – 2018 ?”.
Dr. Islahuzzaman: “Melaksanakan visi & misi yang telah ditetapkan kemudian sebagai rel-nya supaya bisa terukur minimal adalah akreditasi melalui pemenuhan indikator ke-5 standar penilaian. Agar dapat tercapai hal-hal tersebut dengan baik maka yang harus dibenahi pertama kali adalah struktur organisasi kemudian proses aktivitas dari seluruh unit yang ada dibawah komando pimpinan universitas. Selanjutnya adalah melakukan rencana strategis pengembangan universitas untuk masa bakti 2014-2018 sebagaimana tercantum dalam butir-butir akreditasi, diantaranya :
- Melaksanakan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran (1 butir),
- Tata Pamong, Kepemimpinan, Sistem Pengelolaan dan Penjaminan Mutu (7 butir),
- Mahasiswa dan Lulusan (15 butir),
- Sumber Daya Manusia (11 butir),
- Kurikulum, Pembelajaran, dan Suasana Akademik (7 butir),
- Pembiayaan, Sarana dan Prasarana, serta Sistem Informasi (15 butir),
- Penelitian, Pelayanan/Pengabdian Kepada Masyarakat dan Kerjasama (11 butir).
Apabila kesemua butir tersebut ditingkatkan dengan maksimal maka tidak menutup kemungkinan kita akan mampu bersaing secara global melalui acuan peningkatan indikator akreditasi internasional”.
Komunita: “Bagaimana kesiapan dan peran dari Universitas Widyatama dalam menghadapi AEC ? Asean Economic Community 2015 mendatang, serta tantangan pembangunan Indonesia khususnya pada aspek SDM di bidang teknologi dan ekonomi ?”.
Dr. Islahuzzaman: “Agar mampu bersaing pada tataran global maka kita persiapkan segala sesuatunya dengan maksimal melalui peningkatan akreditasi baik di tingkat nasional maupun internasional, diantara contohnya adalah peningkatan mutu lulusan yang profesional di bidangnya. Ada beberapa hal supaya kita dapat memenangkan dalam kancah persaingan dunia, yaitu dengan meng-adop dan meningkatkan pengetahuan di bidang teknologi & ekonomi yang cukup disertai ketekunan dan kerja keras”.