Dilansir dari, CNN Indonesia?? Dimas Djayadiningrat, Sutradara musik, film dan iklan, menekankan bahwa inspirasi bisa muncul jika seseorang sudah memiliki standing point. Jika standing point seseorang hanya setengah hati maka pekerjaan apapun yang dikerjakan tak akan menghasilkan apa-apa.
Penekanan Dimas Djay diungkapkan dalam acara 1 Hari 3 Ilmu yang diadakan?CNNindonesia.com?di kampus Universitas Widyatama Bandung, Rabu (13/12).
Jadi kita mau berdiri di mana? Idealis atau mengikuti tren yang ada? ujar Dimas di hadapan para peserta. Dimas menyatakan, jika orang memilih idealis maka dia harus siap karyanya mungkin tak dilirik oleh orang lain. Namun idealis kadang memunculkan suatu kekhasan dari karya itu sendiri. Sementara mengikuti tren artinya apa yang dihasilkan akan sama dengan karya orang lain, tapi tak ada kekhasan yang muncul.
Meski memiliki sisi positif dan negatif, kedua hal itu bisa berjalan bersama-sama dan dilakukan oleh orang. Hal itu, tergantung kebutuhan dan kondisi di lapangan. Saya maunya idealis, tapi ada beberapa yang minta mengikuti tren. Jadi istilahnya 50-50, katanya.
Setelah memiliki standing poin, ide dan komunikasi menjadi hal yang harus dipikirkan. Karya yang diciptakan, apapun itu, harus memiliki makna yang jelas, disampaikan secara efektif, tapi tetap harus memberikan hal yang berani.
Hal berani yang dimaksud adalah sesuatu yang out of the box, itu agar karyanya menarik perhatian orang. Jika poin-poin itu bisa dijalankan, Dimas meyakini inspirasi karya-karya akan muncul dengan gaya masing-masing. Namun, dia menegaskan bahwa jangan sampai inspirasi-inspirasi itu tak disenggol oleh pemikiran yang terlalu banyak atau overthinking. Overthinking?itu membunuh kebahagiaan, overthinking kills your happiness, katanya.
Musisi Erix Soekamti juga menjadi salah satu pembicara yang menyampaikan ide dan gagasannya mengenai inspirasi dalam berkarya.?Ada tiga poin utama yang ditekankan Erix terkait dengan inspirasi, yaitu ide, potensi, dan kreativitas.
Menurut Erix, ide dan potensi akan muncul tergantung pada masing-masing orang dan apa yang akan dijadikan karyanya. Dia mencontohkan band Endank Soekamti sebagai objek yang akan dijadikan karya. Menurutnya seseorang harus melihat ke mana arah band Endank Soekamti untuk menemukan ide yang pas. Endank Soekamti mengarah ke komunitas, jadi ada fans salah satunya, kata dia.
Jika potensi dan ide tersebut telah ditemukan dan dimatangkan, kreativitas menjadi puncak dari inspirasi tersebut. Menurut Erix, jika kreativitas untuk mempromosikan suatu karya terbilang biasa saja maka karya itu tak akan dilirik oleh orang. Sementara jika kreativitas itu bisa dikembangkan menjadi suatu hal yang?out of the box, maka karya yang dibuat pasti akan dilirik oleh khalayak. (Mkt)