lnovasi Bahan Bakar Perguruan Tinggi

0
859 views
Didi Tarmidi, Dosen Fakultas Bisnis & Manajemen UTama
Didi Tarmidi, Dosen Fakultas Bisnis & Manajemen UTama

 

Didi Tarmidi, Dosen Fakultas Bisnis & Manajemen UTama
Didi Tarmidi, Dosen Fakultas Bisnis & Manajemen UTama

Demo mahasiswa di Makassar ricuh. Mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Gerakan Mahasiswa Anti Korupsi terlibat aksi perusakan pos penjagaan keamanan. Dua dosen Fisika Sekolah Tinggi Keguruan dan llmu Pendidikan (STKIP) Surya di Gading Serpong diduga dikeroyok mahasiswanya. ltulah diantaranya realita perilaku mahasiswa yang menjurus kurang positif dan anarkis.

Tindakan melenceng mahasiswa sebaiknya segera diantisipasi. Apalagi di era digital saat ini, hanya pada hitungan satu, hal-hal tersebut bisa terjadi. Tidak adanya quick response membuat para mahasiswa membuat kegiatan yang tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran di perguruan tinggi. Bahkan sikap emosional lebih cenderung muncul untuk memenuhi imajinasinya. Akal sehat sering mereka tinggalkan hanya untuk kesenangan sesaat.

Memang seringkali perguruan tinggi abai memberi bahan bakar “inovasi” pada mata kuliah yang diajarkan kepada mahasiswa. Bahan bakar “inovasi” merupakan konsep soft skill yang sering terabaikan hanya karena ketakutan perguruan tinggi kehilangan simpati mahasiswa.

Bahan bakar “inovasi” tidak harus selalu mahal, apalagi diluar jangkauan kocek mahasiswa. Kita berikan sesuai dengan kemampuan atau bahkan ide inovasi yang berasal dari para mahasiswa itu sendiri. Yang penting perguruan tinggi ikut berperan serta menciptakan suasana kondusif bagi keberhasilan revolusi mental tersebut.

Sebagaimana gagasan bahwa pendidikan bukan lagi kompetitif, melainkan kolaboratif. Gagasan yang semula berasal dari atas dalam bentuk kurikulum atau silabus (top down), sebaiknya diawali dari bawah ke atas (bottom up). Cetusan bahwa pendidikan perlu kompetitif sebagaimana masa lalu, sebaiknya diberikan dengan model kolaboratif. Artinya kerjasama antar lembaga akan lebih berarti ketimbang persaingan. Kerjasama ini menjadikan perolehan pembelajaran yang sinergis.Demikian antara lain hasil “International Intellectual Discourse” yang diselenggarakan di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang awal September 2016.

Mimbar bebas para ilmuwan Indonesia, Malaysia, Singapura, lnggris, Sudan dan Cina itu lebih mendukung pola pembelajaran bottom up dan inovasi para mahasiswa dari hasil sinergis kolaboratif antar lembaga pendidikan. Sebagaimana sekarang ini dicanangkan Green School agar bisa membuahkan hasil secara nyata. Di tingkat perguruan tinggi ada perguruan tinggi yang membeli taman hiburan rekreasi untuk menambah incomenya. Bahkan Universitas Brawijaya mengembangkan temuan pakan ternak, vaksin dan obat obat tertentu untuk peningkatan pendanaan universitasnya. Gagasan gagasan itu tidak lebih dari menjadikan sekolah atau kampus lebih mandiri, dengan harapan berdampak pada para mahasiswa yang inovatif dan berjiwa mandiri.

Kota Kansas memberikan bahan bakar “inovasi” dengan pendekatan enterpreneurial . Beberapa yayasan membantu sekolah sekolah yang mengembangkan pilihan dan variasi pembelajaran untuk peserta didiknya. Mereka mengaitkan sekolah sekolah itu dengan sekolah yang ada di kota metropolitan. Hal ini dilakukan agar ada getaran lingkungan pendidikanyang memenuhi kebutuhan para peserta didik.

Bahkan, para Company Social Response (CSR) yang tanggap pendidikan membuat gebrakan dengan menjelalajahi negara untuk menentukan model yang pas.Untuk mencari model mereka tidak segan memberikan dukungan moril maupun materiil kepada sekolah. Hal ini terjadi di Cristo Rey, mereka membuat program Pembelajaran Ekspedisi Diluar (ELOBI Expeditionary Learning Outward Bound), dan Program Kemampuan Pengetahuan (KIPP!Knowledge is Power Program).