Paradigma Baru, Sikapi Revolusi Industri 4.0

0
1,217 views
Daya Saing Bangsa, APK Pendidikan Tinggi, dan Kualitas SDM

Jumlah perguruan tinggi Indonesia terbesar di dunia, yakni 4.539 perguruan tinggi Dari jumlah tersebut, 3.128 diantaranya perguruan tinggi swasta/PTS. Jumlah perguruan tinggi ini tentunya menghasilkan jumlah lulusan yang besar. Namun, melimpahnya jumlah lulusan perguruan tinggi tidak berbanding lurus dengan terpenuhinya kualitas lulusan dengan persyaratan dunia kerja. Kondisi di atas paling tidak disebabkan empat permasalahan utama, yakni: kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), kualitas perguruan tinggi, relevansi kualifikasi lulusan perguruan tinggi dengan dunia kerja, dan karakter manusia Indonesia.

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), semisal dosen. Bisa dilihat dari kualifikasi jabatan fungsional dan juga produktivitas dalam menjalankan tridharma, khususnya dalam aspek penelitian/publikasi dan pengabdian kepada masyarakat masih tergolong memprihatinkan. Padahal ada relevansi yang kuat antara pengajaran dengan dua dharma di atas dalam sisi kualitas. Fakta berbicara (lihat data PDPT, index Sinta, apalagi index global lainnya). Sementara, untuk kualitas perguruan tinggi (data BAN PT sebagai acuan standar pengelolaan perguruan tinggi menjelaskan yang terakreditasi APT: A = 72, B = 576, C = 936), sedang ribuan lainnya bahkan belum terakreditasi.

Relevansi kompetensi lulusan perguruan tinggi menunjukkan ketidaksesuaian dengan kebutuhan dunia kerja, atau artinya pekerja tidak linier dengan latar belakang pendidikannya. Hal ini menjadikan mereka kurang terserap, sehingga timbul banyak pengangguran terdidik lulusan perguruan tinggi yang setiap tahun cenderung meningkat. Hal ini menjadi stigma buruk dalam dunia pendidikan tinggi dan industrialisasi.

Sebagai ilustrasi, mahasiswa Indonesia hanya sekitar 5 % menempuh bidang pertanian, 16 % bidang teknik, sedang yang terbanyak bidang sosial dan politik berjumlah lebih dari 50 %. Seharusnya perguruan tinggi menghasilkan lulusan yang siap terjun mengelola potensi bumi Indonesia. Potensi bumi Indonesia terbesar di bidang pertanian dan kelautan. Potensi ini sangat memerlukan pengelolaan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi.

Perguruan tinggi juga dituntut merumuskan proses pendidikan yang dapat mengembangkan karakter para peserta didik. Sebab karakter merupakan satu modal penting untuk kesuksesan mereka. Lulusan yang unggul, harus memiliki karakter positif dan berkualitas. Berkaca dari bangsa Jepang yang mampu bangkit setelah hancur karena perang dunia II, bangsa Korea yang memperjuangkan kemerdekaannya 72 lalu mampu bangkit menjadi negara maju dan produktif.

Hal lain, padatnya tuntutan akademik yang menyebabkan mahasiswa kekurangan waktu meningkatkan kemampuan di luar kampus dan aktivitas organisasi. Kondisi itu, memang berdampak pada akreditasi kampus dan indeks prestasi kumulatif (IPK) mahasiswa tinggi. Namun tidak menjamin kematangan mahasiswa secara wawasan dan keorganisasian, agility mahasiswa. Untuk menunjang kualitas mahasiswa, perguruan tinggi perlu memberi keleluasaan mahasiswa berekpresi, kritis mensikapi problematik kemasyarakatan dalam pendekatan keilmuan secara inovatif.

Di dalam cengkeraman problematik di atas, perguruan tinggi dihadapkan pada era baru – era disruptif, Revolusi Industri 4.0 (Industri 4.0) yang bakal mengguncang eksistensi perguruan tinggi. Ibarat kata, bagai pepatah sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Namun, perguruan tinggi tidak boleh hilang harapan menjalankan perannya mencerdaskan bangsa. Sejauh perguruan tinggi senantiasa olah pikir, olah motivasi, serta, olah perilaku positif dan inovatif di depan pasti ada jalan.

Sebagai warga dunia, maupun warga bangsa, Revolusi Industri sesungguhnya sudah tiga kali kita alami dan kini Industri 4.0 yang menjadi perhatian. Industri 4.0 sebagai akibat perkembangan luar biasa teknologi robotika, machine learning dan kecerdasan buatan (Artificial Intellegence), Internet of Things, serta 3D printing yang hadir dan menjadi sebuah realitas tidak terbantahkan. Industri 4.0 berbasis pada kolaborasi, interkonektifitas, serta keterbukaan data yang memungkinkan kolaborasi antar manusia, bahkan antar mesin. Industri 4.0 merupakan era digital ketika semua mesin terhubung melalui sistem internet atau cyber system yang membawa dampak perubahan besar di masyarakat, serta menggejala di seluruh penjuru dunia.

Di dunia pendidikan tinggi tumbuh fenomena open educational resources (OER), situs tutorial online, massive open online course (MOOC) atau kuliah online seperti Coursera atau Udemy yang dapat menjadi ancaman. Kedua layanan tersebut menawarkan kenyamanan belajar dengan harga yang relatif murah. Materi yang ditawarkan dari berbagai topik IT hingga bisnis dan hukum. Waktu belajar pun fleksibel dan dapat dilakukan dimana saja.