Peningkatan Soft Skill Mahasiswa di Perguruan Tinggi. Mahasiswa melalui pembinaan pada kegiatan akademis maupun non akademis perlu dilakukan secara optimal di perguruan tinggi. Namun dalam kenyataannya, proses pembinaan dalam aspek soft skill ini berjalan kurang seimbang. Pembelajaran aspek akademik berupa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni sebagai hard skills dirasakan mendominasi sistem pembelajaran kita. Sementara, peningkatan soft skill baik dalam proses pembelajaran maupun dalam bentuk pembinaan organisasi kemahasiswaan dirasakan kurang mendapat perhatian yang seksama dari berbagai pihak. Hal itu dikemukakan Bandi Sobandi, S.Pd, M.Pd (staf pengajar FPBS UPI Bandung) dalam lokakarya dan Training of Trainer (TOT) “Peningkatan Intensitas dan Volume Kegiatan Kemahasiswaan Melalui Workshop Pengembangan Soft Skill Mahasiswa” di Universitas Bung Hatta, Selasa (17/2).
Kegiatan yang digelar dalam rangka Program Hibah Kompetisi Institusi yang diraih UBH tahun 2009 – 2011 ini berlangsung 2 hari dengan peserta 17 orang dosen di lingkungan UBH. Bandi menyatakan, untuk mengoptimalkan peningkatan soft skill mahasiswa ini, perlu dilakukan beberapa upaya nyata, diantaranya adanya kebijakan yang melegalisasi pelaksanaan kegiatan kemahasiswaan yang berbasis soft skill, penyususun program pengembangan soft skill secara sistematis, dan desiminasi soft skill dilakukan dengan sinergi yang melibatkan semua pihak. Dosen jurusan pendidikan seni rupa FPBS UPI Bandung ini memandang pola pembinaan dan pengembangan soft skill bagi mahasiswa di perguruan tinggi selayaknya dilakukan secara terintegrasi antara kegiatan akademik dan non akademik. Pada kegiatan akademik, muatan soft skill ini perlu dibina dan dikembangkan dalam berbagai kegiatan, metode dan model pembelajaran.
Sementara itu, dalam kegiatan non akademik dapat dilakukan pembinaan secara terprogram dalam bentuk legalisasi dan kebijakan perguruan tinggi. Menurut dia, para dosen harus memiliki keyakinan bahwa proses pembelajaran perlu dilakukan secara sinergis antara penguasaan hard skills dan soft skills. Kemampuan soft skill tersebut mencakup; kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan kognitif, kemampuan komunikasi, dan kemampuan interpersonal dan bekerjasama. Proses pembelajaran bukan hanya proses penyampaian ilmu pengetahuan saja, tapi yang lebih penting perlu ada upaya dari dosen untuk mengembangkan potensi mahasiswa, sehingga menjadi lulusan yang berkualitas dan cekatan.
Dengan demikian, profil lulusan tidak hanya sosok yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (ipteks) dalam bentuk hard skill saja, tapi mesti dilengkapi dengan pengembangan sikap dan perilaku (softskills) mahasiswa yang mampu menjawab kebutuhan pengguna jasa (stakeholders), dan memiliki kemampuan untuk menciptakan lapangan kerja (enterpreneurship). “Profil lulusan yang dicari oleh perusahaan dewasa ini tidak hanya unggul prestasi akademik saja, namun calon karyawan yang dicari perlu memiliki “value added”, tegasnya. Sementara itu, Rektor UBH, Prof. Dr. Ir. Hafrijal Syandri, MS ketika membuka kegiatan ini mengingatkan, setiap kita bisa jadi dosen yang baik, tapi belum tentu jadi pendidik yang baik. Oleh karena itu, kegiatan ini bisa membekali dosen untuk meningkatkan pendidikan soft skill kepada mahasiswa, yang pada akhirnya akan meningkatkan pula soft skill lulusan, sehingga lulusan UBH punya daya saing tinggi untuk memasuki dunia kerja. (http://bunghatta.ac.id/berita/432 ;Selasa 17 Februari 2009) Medan