Di tengah arus deras perubahan dan tekanan fiskal nasional, perguruan tinggi swasta (PTS) menghadapi ujian besar. Banyak PTS terpukul oleh menurunnya daya beli masyarakat, ketimpangan kebijakan pemerintah, hingga tantangan menjaga mutu di tengah keterbatasan sumber daya. Ketua APTISI Jawa Barat, Prof. Dr. Eddy Soeryanto Soegoto, M.T. membuka realitas ini yang menyoroti pentingnya kepemimpinan, kemandirian, dan paradigma baru dalam tata kelola PTS. Beberapa butir penting yang perlu menjadi pemikiran bersama komunitas pendidikan tinggi.
Dua Poros Tantangan PTS: Mutu dan Fiskal
Dua tantangan utama PTS saat ini adalah kualitas akademik dan tekanan keuangan. Banyak PTS masih bergantung pada satu sumber pendapatan: uang kuliah mahasiswa. “Kalau pemimpinnya tidak piawai dan yayasannya tidak mendukung, maka sulit berkembang,” tegas Prof, Eddy. Tidak sedikit pula PTS yang hanya mengejar keuntungan pribadi, menyelenggarakan pendidikan tanpa fondasi akademik yang kuat.
Ketimpangan Kebijakan: PTN Meluas, PTS Terdesak
Kegelisahan APTISI adalah kecenderungan PTN yang terus membuka jalur penerimaan mahasiswa secara agresif. “PTN seharusnya fokus pada S2 dan S3. Jangan menjadi seperti kapal keruk yang menampung semua,” kritik Prof. Eddy. Kondisi ini membuat PTS kehilangan calon mahasiswa potensial.
Perlu Transformasi Tata Kelola
Solusi tidak bisa hanya mengandalkan regulasi, yang utama adalah perubahan dari dalam, yakni membangun pola pikir kewirausahaan (entrepreneurial mindset) di kalangan pimpinan PTS. Unikom, misalnya, membangun unit-unit bisnis seperti restoran, peternakan, waralaba, hingga kapal ikan untuk menopang pendanaan kampus. “Jangan bergantung pada SPP saja. PTS harus bisa berdiri dengan kaki sendiri,” ujarnya.
Kepemimpinan adalah Kunci
Prof. Eddy menekankan pentingnya kepemimpinan yang jujur, visioner, dan mampu melihat peluang. Pemimpin yang baik tidak hanya duduk di belakang meja, tapi terjun ke lapangan, memberi kepercayaan pada timnya, dan menciptakan regenerasi kepemimpinan. “Pemimpin yang sukses adalah yang mampu melahirkan pemimpin-pemimpin baru,” ujarnya.
Kolaborasi sebagai Strategi Bertahan
APTISI terus mendorong kolaborasi antar PTS, juga antara PTS dengan PTN dan dunia industri. Namun, kerja sama ini memerlukan kesiapan. “Mahasiswa yang dikirim ke industri harus sudah siap, jangan merepotkan mitra industri,” pesannya.
Afirmasi Pemerintah Masih Minim
Kebijakan efisiensi fiskal pemerintah—seperti pemotongan anggaran Kementerian dan kenaikan pajak—semakin menekan PTS. Sementara, bantuan dan hibah pemerintah cenderung lebih berpihak kepada PTN. APTISI telah melakukan berbagai pelatihan dan pendampingan hibah, namun tidak semua PTS juga merespons dengan serius.
Menyelamatkan Mahasiswa dan Dosen
Dalam kasus PTS bermasalah, APTISI bersama LLDIKTI telah menyiapkan skema penyelamatan. Mahasiswa dari kampus yang ditutup bisa diterima di PTS lain yang lebih baik, meski biaya SPP-nya berbeda jauh. Dosen pun dibina untuk meningkatkan jabatan fungsional melalui pelatihan penulisan ilmiah.
Mimpi Besar: Dewan Nasional Pendidikan Tinggi
Solusi jangka panjang, APTISI setuju membentuk Dewan Nasional Pendidikan Tinggi yang berfungsi sebagai pemberi arah strategis dan pengawas kebijakan tertinggi. Dewan ini bisa memberi saran konkret kepada pemerintah dan menjadi penyeimbang antara PTN dan PTS.
Paradigma Baru atau Tersingkir?
Realitas PTS sangat beragam—ada yang unggul, ada yang bermasalah. Namun satu hal yang pasti: tanpa paradigma baru yang transformatif, PTS akan tertinggal. “Kalau visi-misinya jelas, kepemimpinan kuat, dan dukungan yayasan ada, PTS akan tumbuh. Kalau tidak, akan stagnan atau bahkan hilang,” tegas Prof. Eddy. APTISI akan terus berjuang sebagai motor kolektif perubahan. Karena hanya dengan sinergi dan keberanian berubah, PTS bisa tetap relevan di masa depan. Semoga.
(Written by: Tim Komunita)
Referensi
Wawancara dengan Ketua APTISI Jabar Prof. Dr. Ir. H. Eddy Soeryanto Soegoto, M.T.
PTS di Simpang Jalan, antara: Dua Poros Tantangan PTS: Mutu dan Fiskal; Ketimpangan Kebijakan: PTN Meluas, PTS Terdesak; Perlu Transformasi Tata Kelola; Kepemimpinan adalah Kunci; Kolaborasi sebagai Strategi Bertahan; Afirmasi Pemerintah Masih Minim; Menyelamatkan Mahasiswa dan Dosen; Mimpi Besar: Dewan Nasional Pendidikan Tinggi; Paradigma Baru atau Tersingkir?