Pendidikan karakter dimulai bagaimana seseorang bisa memberikan empati (our under achievening collegues). lntinya bagaimana melatih mahasiswa untuk empati. Seharusnya Dosen memberikan team dynamics theory. Contoh : KKN tematik (menyelesaikan masalah-masalah di masyarakat) untuk membangun rasa empati. Pendidikan pembenrukan karakter dimulai dari membangun rasa empati sehingga timbul rasa ingin membangun atau memperbaiki sesuatu yang kurang tepat yang akhirnya timbullah integritas (kejujuran) dari setiap individu. Mengenali pemahaman langkah supaya terintegrasi, yakni : dimulai yang pertama yaitu konsep, IPK (inregritas, prestasi dan komitmen), dirancang memasuki rahapan yaitu akademik, co-kurikuler dan extra-kurikuler . Karena perubahan perilaku mahasiwa tidak cukup dengan hanya membuat SK (surat keputusan).
Menumbuhkan softskill memerlukan environment yang mendukung, terintegasi antar dosen, mahasiswa, dan seluruh elemen karyawan. Keberhasilan seseorang tidak ditentukan dengan IPK atau IQ seseorang, tetapi bagaimana seseorang bisa berinteraksi dengan orang lain.
lnteraksi sangat luas. lntrapersonal ke dalam diri , sedang interpersonal dengan sesama. lntrapersonal lebih pada kemampuan mengendalikan emosi/ emotional intelligence (mengenali, memahami, mengendalikan dan mengarahkan emosi), mengelola diri seperti time management, selalu mengasah gergaji (long-life kearning yaitu teknik belajar terus) seperti olahraga yaitu mengasah dirinya untuk hidup sehat, spiritual.
Kemampuan berkomunikasi interpersonal dengan orang lain tidak hanya untuk berbicara tetapi juga mendengar individu lain. Aktif di kegiatan himpunan (leadership & sinergi). Sinergi artinya mencari jalan keluar yang lebih baik dari dua pikiran yang berbeda, mendengarkan dengan empati (emphatic listening) memahami lawan bicara kita, sudut pandang seseorang, kemampuan membentuk team works.
Hal senada diungkapkan Dr. Hj. Dewi Indriani SE., M.Si, Direktur Taman Lalu Limas Bandung yang juga Rektor International women University (IWU): Softskill pada dunia pendidikan sangat penting karena merupakan panah dan ujung rombak sebagai modal awal dalam peningkatan kompetensi diri dengan penguasaan interpersonal skill, pengalaman, dan pengkayaan wawasan ilmu pengetahuan. International Women University dalam kajian khusus tentang kewanitaan berkehendak melahirkan lulusan wanita yang berkarakter, jujur, knowledge, religius, mengedepankan kehormatan wanita menjadi terdidik dalam segala hal, serta meningkarkan kualitasnya dengan memiliki kemampuan melahirkan satu generasi.
Dalam penerapan konsep softskill, yang harus ditanamkan dalam jiwa para lulusan perguruan tinggi adalah : Pertama, menjaga nama baik almamater dengan mengedepankan rasa memiliki dan tanggungjawab yang tinggi. Jika seorang alumni berkarir sebagai entrepreneur, maka jadilah entrepreneur yang jujur dan transparan . Hal ini merupakan modal urama dalam melakukan kompetisi dengan lainnya. Kejujuran itu mahal dan merupakan modal utama dalam pembangunan karakter (Character Building). Namun demikian kepintaran pun tidak saja cukup, perlu proses penanaman nilai-nilai kejujuran dalam lingkungan keluarga yang merupakan unsur embrio bagi masyarakat dan instansi lainnya. Kedua, dengan memiliki jiwa kedisiplinan dalam setiap aktivitas yang dilakukan . Unsur ini sebagai modal urama lainnya bagi seseorang yang relah berkarir di dunia kerja.
Suyanto – CEO Cardinal, menggambarkan kapasitas dan kompetensi karyawan di lokasi perusahaanya berjumlah 1500 orang tersebar pada beberapa bagian, yakni: bagian cutting, bagian bordir, bagian pergudangan, dan lainnya. Sistem yang diterapkan, sebagian menggunakan mekanisme ‘sub-contract’. Yakni para karyawan senior diberi kesempatan untuk mengembangkan usahanya sendiri dengan menjadi mitra, sebagai pemasok barang ke perusahaan Cardinal. Sistem ini dimaksudkan untuk tetap menjaga kualitas dan kuantitas produk/ barang selain dapat memberikan tambahan kesejahteraan bagi penduduk karyawan disekitarnya.
Proses perekrutan SDM menjadi karyawan di perusahaan Cardinal terbuka bagi siapapun yang memenuhi kriteria dan persyara tan. Kecenderungan sekarang masyarakat makin berpendidikan, sehingga mudah mencari lulusan jenjang D3 dan Sarjana. Kompensasi bagi para karyawan tentunya didasarkan oleh jenjang pendidikan dan skill yang dimiliki, semakin ahli dan berkompeten di bidangnya maka akan semakin tinggi upah/kompensasi yang diberikan.
Mengenai kesesuaian (link and match) antara mutu lulusan perguruan tinggi dengan keburuhan dunia industri. Suyanto menekankan pada peran dosen seharusnya mampu menyeimbangkan keilmuannya yang bersifat praktis maupun akademis (antara praktik dan teori). Selama ini terkesan lebih dominan sisi teori, meskipun sekarang relah diselenggarakan jenis perkuliahan umum dengan mengundang pakar praktisi namun secara kondisi dan waktu sangat singkat dan padat.
Saya berharap perguruan tinggi terutama para pendidik (dosen) memperhatikan penerapan softskill. Salah sarunya mempertemukan para alumni untuk menyempatkan wakrunya berbagi pengalaman maupun ikut mengajar. Profesi mereka sebagai seorang praktisi, pengusaha atau lainnya tentunya memiliki bestpractice dan pengalaman yang bisa di-sharing kepada mahasiswa dan juga dosen. Hal lain, generasi sekarang lebih berani berpendapat namun secara etika tampaknya ada yang kurang. Sering saya sampaikan kepada para karyawan bahwa jadikanlah bekerja sebagai sarana belajar sebaik mungkin, salah satunya sebagai pengasah softskill. Jika suatu saat mereka mendapatkan tempat yang lebih baik seharusnya begitu. (Lee, andall team)