Green Curriculum merupakan upaya pendidikan dalam rangka menjawab tantangan
perubahan iklim dengan tujuan menciptakan kesadaran lingkungan dan memberdayakan
generasi muda menghadapi tantangan perubahan iklim. Green curriculum melibatkan
perubahan dan sistem pendidikan yang memprioritaskan topik lingkungan, keberlanjutan dan
perubahan iklim. Green curriculum sebagai upaya mengintegrasikan prinsip-prinsip
keberlanjutan ke dalam kurikulum perguruan tinggi. Green curriculum didefinisikan sebagai
program dan proses pendidikan that incorporates principles of sustainability enables all people
to become effective, engaged, global citizens by empowering them with the knowledge, values
& skills to promote a future that is socially just, and humane, economically viable, ecologically
sound, supporting healthy quality of life and holistic well-being” (Sustainable Peralta Green
Curriculum Subcommittee, 07 Nov 2006).
Berkaitan dengan tantangan mencapai SDGs Indonesia menuju 2030 yang mencakup:
1) Kesenjangan Wilayah, disparitas pembangunan antara daerah perkotaan dan pedesaan; 2)
Pendanaan, keterbatasan sumber daya finansial untuk pembiayaan berbagai program SDGs; 3)
Kapasitas Institusional, keterbatasan kapasitas di tingkat lokal mengimplementasikan dan
memantau pencapaian SDGs; 4) Perubahan Iklim, ancaman perubahan iklim yang dapat
mempengaruhi berbagai sektor pembangunan. Merujuk Peta Jalan SDGs Indonesia secara
langsung green curriculum mencakup upaya mencapai:
1) SDG-4, Pendidikan Berkualitas: mendorong akses pada pendidikan yang mendukung
keberlanjutan, termasuk metode pembelajaran yang inovatif dan inklusif.
2) SDG-13, Penanganan Perubahan Iklim: melakukan riset yang berkontribusi pada solusi
perubahan iklim dan mengajarkan mahasiswa tentang dampak perubahan iklim.
3) SDG-11, Kota dan Komunitas Berkelanjutan: perguruan tinggi dapat bekerja sama dengan
pemerintah untuk mengembangkan kebijakan lokal yang mendukung keberlanjutan.
4) SDG-12, Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab: mendorong pola konsumsi yang
bertanggung jawab di kampus serta mengembangkan riset terkait produksi berkelanjutan.
Sedang secara tidak langsung green curriculum mencakup dampak pada: SDG-1, SDG-
2, SDG-3, SDG-6, SDG-7, SDG-8, SDG-9, SDG-10, SDG-16, dan SDG-17.
Peta Jalan SDGs Indonesia Terkait Green Curriculum
1. Pendidikan Berkualitas (SDG 4):
Program dan Inisiatif: Program Indonesia Pintar, Wajib Belajar 12 Tahun, dan Peningkatan Kualitas
Pendidikan Tinggi.
Target: Memastikan semua anak mendapatkan akses pendidikan dasar dan menengah yang gratis,
setara, dan berkualitas.
2. Kota dan Komunitas Berkelanjutan (SDG 11):
Program dan Inisiatif: Pengembangan Kota Cerdas (Smart City), Peningkatan Transportasi Umum, dan
Perencanaan Perkotaan yang Berkelanjutan.
Target: Meningkatkan kualitas hidup di perkotaan dan memastikan pembangunan kota yang inklusif dan
berkelanjutan.
3. Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab (SDG 12):
Program dan Inisiatif: Program Pengelolaan Limbah, Promosi Konsumsi Berkelanjutan, dan Edukasi
tentang Produksi Ramah Lingkungan.
Target: Mengurangi separuh sampah makanan per kapita dan memastikan pola konsumsi dan produksi
yang berkelanjutan.
4. Penanganan Perubahan Iklim (SDG 13):
Program dan Inisiatif: Program Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim, Penghijauan, dan Pengurangan
Emisi Gas Rumah Kaca.
Target: Mengurangi emisi karbon hingga 29% (dengan upaya sendiri) atau 41% (dengan bantuan
internasional) pada tahun 2030.
Peran dan Kontribusi Perguruan Tinggi
Menjawab tantangan pendidikan tinggi terkait green curriculum, perguruan tinggi dapat
berperan aktif dalam tiga hal utama: penyusunan kurikulum, pengembangan infrastruktur ramah
lingkungan, dan penelitian serta pengabdian masyarakat yang mendukung keberlanjutan.
Upaya mengintegrasikan prinsip-prinsip keberlanjutan ke dalam kurikulum perguruan tinggi
dapat dilakukan melalui:
• Kurikulum Berbasis Keberlanjutan: menyusun program studi yang mencakup topik-topik
seperti ekologi, perubahan iklim, energi terbarukan, dan pengelolaan sumber daya alam.
• Pembelajaran Interdisipliner: menggabungkan ilmu sosial, sains, dan teknologi dalam
memahami isu keberlanjutan dari berbagai sudut pandang.
• Penerapan Teori ke Praktek: mengadakan kegiatan yang memungkinkan mahasiswa terlibat
langsung, seperti praktik lapangan, program magang pada lembaga yang bergerak di bidang
lingkungan, dan proyek penelitian keberlanjutan.
Nana Supriatna mengilustrasikan green curriculum dalam pelajaran sejarah
mencontohkan dalam dua hal: Pertama, sebagai pendekatan untuk memilih materi pelajaran
sejarah tentang masalah lingkungan hidup, kerusakan lingkungan, bencana kemanusiaan,
pemanasan global yang berlangsung dalam perjalanan sejarah umat manusia yang disebabkan
oleh adanya hegemoni pemilik kuasa (power) atas kelompok lain. Kedua, sebagai cara
pandang kritis (critical theory) yang relevan dengan pemikiran postmodernism tentang
pentingnya otonomi para siswa untuk menentukan jalan hidupnya pada masa yang akan
datang, tentang pentingnya menggali kearifan lokal masyarakat (termasuk sejarah lokal) dalam
beradaptasi dengan lingkungan hidup, serta tentang pentingnya mengembalikan posisi biner
(binari) kepada masyarakat setempat (masyarakat lokal) seperti diungkap oleh para pendukung
postcolonial theory. Cara pandang kritis tersebut difasilitasi dengan menggunakan konsep
dalam ecopedagogy sebagai bagian dari critical pedagogy (Nana Supriatna – Universitas
Pendidikan Indonesia, Agustus 2017).
Dampak Positif Green Curriculum
Perguruan tinggi sudah merasakan dampak positif penerapan green curriculum.
Program-program keberlanjutan yang mereka integrasikan ke dalam kurikulum dan aktivitas
kampus telah memberikan hasil signifikan, baik dalam hal perubahan perilaku mahasiswa
maupun dalam kinerja institusi. University of Queensland berhasil meraih Penghargaan Green
Gown pada 2021 untuk inisiatif pengurangan karbon, serta rating Silver dalam STARS yang
mengakui performa keberlanjutan mereka di tingkat internasional. Gothenburg University dan
Wageningen University telah melaporkan peningkatan dalam efisiensi energi dan pengurangan
emisi sebagai bagian dari program green curriculum, juga mencatat pengurangan penggunaan
plastik sekali pakai di laboratorium dan kampus. Wageningen University telah menghasilkan
lulusan yang berperan penting dalam penelitian lingkungan global dan pengembangan teknologi
hijau. Banyak alumninya bekerja di organisasi internasional untuk menyelesaikan masalah
keberlanjutan pangan dan lingkungan. Kyoto University memperkenalkan kurikulum
keberlanjutan yang berfokus pada adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, serta pengelolaan
sumber daya air. Kurikulum ini melibatkan mahasiswa dalam riset tentang teknologi energi
terbarukan, kebijakan lingkungan, dan mitigasi bencana. Lulusan Kyoto kini bekerja di sektor
energi, pemerintahan, dan organisasi internasional, dan mereka turut serta dalam
pengembangan kebijakan lingkungan Jepang yang lebih ketat. Perguruan tinggi ini telah diakui
sebagai model penerapan green curriculum di Asia Timur.
Penerapan green curriculum memberi dampak menguntungkan tidak hanya perguruan
tinggi, tetapi juga masyarakat luas, terutama pada:
• Peningkatan Kesadaran Lingkungan: mahasiswa dan masyarakat menjadi lebih sadar akan
pentingnya menjaga lingkungan dan peran mereka dalam upaya keberlanjutan.
• Pengembangan SDM Ramah Lingkungan: lulusan yang memiliki pemahaman kuat terhadap
isu lingkungan dan kemampuan menerapkan praktik berkelanjutan di dunia kerja.
• Inovasi dalam Teknologi Hijau: riset-riset yang dihasilkan perguruan tinggi berpotensi
menghasilkan teknologi ramah lingkungan dan solusi inovatif untuk tantangan lingkungan,
serta menghasilkan teknologi energi terbarukan dan praktik keberlanjutan yang dapat
diadopsi oleh industri dan masyarakat.
• Kebijakan Pemerintah yang Lebih Berwawasan Keberlanjutan: banyak lulusan perguruan
tinggi berkontribusi dalam kebijakan publik yang mendukung praktik ramah lingkungan di
sektor energi, transportasi, dan pengelolaan limbah.
• Masyarakat yang Berkelanjutan: adanya tenaga ahli di bidang keberlanjutan, masyarakat
dapat lebih cepat beradaptasi dengan kebijakan yang mendukung keberlanjutan lingkungan,
baik di sektor industri, pemerintahan, maupun pendidikan.
Implementasi green curriculum akan semakin relevan seiring dengan kebutuhan untuk
mencetak lulusan yang dapat menjadi pionir dalam pencapaian keberlanjutan, baik di dalam
maupun di luar kampus. Green curriculum memberikan kontribusi signifikan bagi SDGs dan
masa depan keberlanjutan global, serta mempersiapkan generasi baru yang tidak hanya
memiliki kemampuan profesional, tetapi juga pemahaman mendalam akan tanggung jawab
mereka terhadap lingkungan.
Written by: lili irahali dari berbagai sumber: https://sdgs.bappenas.go.id/, Sterling, S. (2002), Cortese,
A.D. (2003), Leal Filho, W., et al. (2018), Clugston, R.M., & Calder, W. (2000), Nana Supriatna. (2017).