Keindahan Permainan Layangan

0
1,545 views

Konsep Maya-Malawa-Gaula Raga masyarakat petani di Bali

Pada waktu upacara mebiu kukung itulah dipasang sunari(buluh perindu) dan pindekan yang berbunyi ngericit (ngicik/ ngesed) dan ada yang mengalun (mecengud), sehingga perpaduan suara buluh perindu dan pindekan itu akan merupakan komposisi nada musik yang memikat. Dewi Sri yang sedang kawin itu (penyerbukan) akan menjadi sangat bahagia sehingga padi akan menjadi sangat besar dan berhasil.
Menurut Peter Tompkins dan Christoper Bird, dalam bukunya The Secret Life of Plants, berdasarkan hasil riset Dr. T.C. Singh, kepala Departemen Tanaman di Universitas Annamalai di Madras, tumbuhan memang dapat dipengaruhi oleh musik ataupun bunyi-bunyian, dan menjadi tumbuh lebih subur.

Permainan Layangan Bali

Sejak pertengahan sasih kasa, permainan layang-layang di sawah yang dimulai oleh anak-anak dan terus berlangsung sampai sasih karo dan sasih katiga (antara bulan Agusutus hingga September) oleh semua usia. Di Bali, lomba layang-layang secara tradisi telah dikenal sejak dahulu, hanya istilahnya saja yang berbeda-beda. Ada dua teknik utama yang digunakan pada konsep aduan layang-layang menurut tradisi Bali, yakni dari segi kekuatan dan keindahan.

Berdasarkan Kekuatan
Teknik Makorot (line cutting)

layangan

Dalam layangan makorot ditentukan oleh kuat layangan bertahan dari korotan (goresan) tali lawan, dimana layangan/ tali yang putus dianggap kalah.

 

 

Teknik Mebadung (sky gliding)

lalayangan

Kemampuan layangan meluncur (glide) di udara yang menjadi suatu teknik tertentu untuk menghindari lawan atau pun menyerang.

 

 

 

Teknik Mengambun

lurr

Kemampuan layangan untuk bertahan tidak putus di langit hingga tersembunyi di balik awan. Teknik ini menjadi tolok ukur kekuatan benang dan kemampuan pelayang mengendalikan layangannya tetap stabil.

 

 

Berdasarkan Keindahan
Teknik Elog (attract)

lastyangan

Teknik Elog (disebut juga ngelog) merupakan sebuah teknik atraktif yang membuat layangan menari dengan gerakan berkelok-kelok untuk pamer kemampuan pelayang dan juga untuk menantang lawan. Dalam pertandingan, teknik ini memberi nilai plus yang tinggi.

 

 

Teknik Mampetukan (whistling/provoke)

Untuk membuat layangan dapat bersiul, dibutuhkan sebuah teknik khusus dan mulut (guang) layangan yang membuatnya dapat bersiul, baik itu untuk pamer keindahan, ataupun mengejek atau menantang lawan (provokatif).
Kebahagiaan serta kebanggaan bagi seorang pelayang timbul kala layangan ngambun (mengudara) sampai gaya atraksi (elog) yang membawa suara guangan sayup-sayup, jernih dan merdu. Masyarakat Bali mengatakan bunyi guangan itu mengalun seperti bunyi sunari, atau suling sucinya Bhatara Wisnu dan Sri Kresna.