Masalah kualifikasi pekerjaan tidak memenuhi, materi ajar yang tidak sesuai dengan
kebutuhan dunia kerja, lowongan pekerjaan terbatas, banyak pekerja yang diberhentikan (PHK),
serta minimnya kemandirian berwirausaha adalah beberapa faktor klasik yang menjadi realita
bagi lulusan pendidikan tinggi. Kondisi tersebut terjadi tidak saja di negeri ini juga di negara
lain. Asumsi pun bermunculan menjawab akar permasalahannya: dari buruknya kurikulum,
rendahnya kualitas dosen, minimnya fasilitas dan sarana pendidikan, serta pertumbuhan
kesempatan kerja yang rendah. Namun pada intinya permasalahan tersebut saling berkaitan satu
sama lain. Sehingga diperlukan paradigma baru mengenai pendidikan tinggi untuk memahami
lebih dalam, sekaligus mencari solusi permasalahan tersebut.
Kemajuan teknologi informasi menyebarkan informasi ke seluruh dunia dengan
kecepatan luar biasa sehingga semakin banyak pengetahuan yang mudah diakses. Pemanfaatan
pengetahuan yang tersedia secara sistematis tersebut membutuhkan seperangkat keterampilan
baru manusia. Orang dituntut memiliki kualifikasi lebih tinggi dan mampu memiliki kemandirian
intelektual lebih besar. Mereka harus fleksibel dan senantiasa terus belajar dengan baik di luar
kampus dan sekolah. Generasi baru menuntut pendidikan akademik yang unggul; menjadi
individu yang berpengetahuan luas, juga sebagai warga negara toleran dan bertanggung jawab
yang memahami dan menghargai konteks sosial, politik, ekonomi, teknologi, dan lingkungan.
Demikian pula dunia kerja telah berubah. Saat ini, kekayaan global lebih terkonsentrasi
pada pengetahuan, keterampilan dan sumber daya manusia. Modal manusia semakin penting
bagi pertumbuhan ekonomi. Karena itu mengembangkan sistem pendidikan tinggi berkualitas,
yang mampu memberikan pengetahuan dan keterampilan relevan merupakan satu-satunya
pilihan. Memang, pendidikan tinggi bukan sekedar menghasilkan sarjana, tapi yang lebih penting
bagaimana menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi keahlian, dan
keterampilan sesuai kebutuhan masyarakat kini. Nah, memahami dimensi kualitas dan relevansi
pendidikan tinggi dengan dunia kerja diharapkan bisa menjawab permasalahan di atas.
Upaya menjawab kebutuhan dunia kerja, kebijakan dan program tampaknya sudah lama
diluncurkan pemerintah. Layanan pendidikan tinggi bermutu, berdaya saing, dan berkesetaraan
melalui lima program utama, yakni: peningkatan akses, peningkatan mutu, peningkatan
relevansi, daya saing, dan peningkatan tata kelola. Persoalannya, bagaimana kecerdasan institusi
pendidikan tinggi mewujudkan kualitas dan relevansi tersebut di tengah berbagai persoalan
internal masing-masing. Kalau demikian, apa sesungguhnya kualitas dan relevansi pendidikan
tinggi ?
Dinamis dan Multidimensi
Merujuk studi Rintu Saikia, Dr. Pranjal Bezborah dalam International Journal of
Scientific & Engineering Research, Volume 5, Issue 2, February-2014 lalu yang kita pandang
masih relevan seyogyanya menyadarkan kita. Pendidikan tinggi saat ini menjadi penting bagi
masa depan negara berkembang. Bahwa kekayaan global lebih terkonsentrasi pada pengetahuan,
keterampilan, dan sumber daya manusia. Modal manusia kini semakin penting bagi ekonomi
dunia. Penemuan ini telah mengarah pada prioritas politik mengembangkan Sistem Pendidikan
Tinggi yang berkualitas, untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan lanjutan yang relevan
yang menjadi keunggulan di tempat kerja bagi generasi baru ke depan. Karena, tentunya kita
tidak menginginkan pengangguran lulusan berpendidikan tinggi meledak.
Bahwa revolusi teknologi dan globalisasi telah memberikan “pengaruh pada sifat institusi
yang berdampak pada pendidikan tinggi”, juga pada “cara dan sarana untuk menyediakan
pendidikan tinggi” (Nayyar, 2008). Pendidikan baik dalam hal apa yang diajarkan dan apa yang
diteliti, … telah menggeser minat mahasiswa dan penawaran perguruan tinggi dari studi
akademik yang lebih luas … menuju program kejuruan yang lebih sempit” (Duderstadt et.al,
2008).
Di sisi lain, saat ini banyak pemangku kepentingan yang berbeda selain akademisi, yang
ingin memberikan suara mereka dalam menentukan kualitas pendidikan tinggi – diantaranya
mahasiswa, orang tua, calon pemberi kerja, Negara dan badan pendanaan (Barnett, 1992 dan
Staropoli 1991). Maka, memperoleh gagasan tentang kualitas pendidikan tinggi, terlebih dahulu
memiliki konsepsi yang cukup jelas tentang apa yang mungkin, termasuk dalam konsep payung
“pendidikan tinggi” (Barnett, 1992). Kualitas berdampak pada isi, proses, keluaran atau produk
pendidikan tinggi, karena berupaya mengembangkan sumber daya manusia dengan keterampilan
yang diperlukan, unggul dalam kinerja dan mampu, menghasilkan barang sebagai satu kesatuan
pekerjaan (P.K.Dutta, 2007).
Pasal 11, Deklarasi Dunia tentang Pendidikan Tinggi yang diterbitkan Perserikatan
Bangsa-Bangsa/PBB menyebutkan kualitas dalam pendidikan tinggi adalah konsep multi-
dimensi, yang harus mencakup semua fungsi dan kegiatannya, yakni: program pengajaran dan
akademik, penelitian dan beasiswa, kepegawaian/dosen, siswa, gedung, fakultas, peralatan,
melayani masyarakat dan lingkungan akademik. Untuk ini harus diupayakan evaluasi diri
internal dan tinjauan eksternal, yang dilakukan secara terbuka oleh spesialis independen, jika
memungkinkan dengan keahlian internasional, yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas.
Pemangku kepentingan ini memiliki kepentingan yang berbeda-beda dan memberikan prioritas
pada aspek-aspek yang berbeda.
Terkadang dimungkinkan untuk menyepakati kombinasi beberapa aspek, untuk
memberikan gambaran yang lebih lengkap. Tetapi kadang-kadang mungkin terjadi persepsi yang
sangat berbeda; kombinasi tidak mungkin; kita harus memilih satu atau yang lainnya. Penyebab
lain dari perbedaan persepsi adalah bahwa pendidikan tinggi dengan sendirinya tidak se-
homogen sebelumnya. Saat ini, mengikuti perluasan dan diversifikasi pendidikan tinggi yang
sedang berlangsung, ada banyak jenis lembaga pendidikan tinggi. Dengan demikian mutu
pendidikan bersifat “multidimensional” dimana melalui pendidikan tinggi berupaya
mengembangkan sumber daya manusia yang berstandar global. Dianggap demikian, kualitas
mendefinisikan tujuan dan tujuan pendidikan.
Relevansi adalah tentang hubungan mendalam antara siswa, minatnya yang muncul di
bidang tertentu dan tantangan pembelajaran kompleks yang menentukan bidang itu. Relevansi
dimulai dan diakhiri dengan apa yang benar-benar ingin dipelajari dan diperluas oleh mahasiswa;
mahasiswa membuat koneksi dan ingin belajar lebih banyak. Menentukan apa yang relevan
merupakan bagian penting dari pembelajaran setiap mahasiswa. Dunia tindakan, dan minat
mahasiswa pada dunia tindakan itu, akan menuntunnya pada pengetahuan tekstual yang dia
perlukan untuk berhasil menghadapi tantangan masa depan dalam pekerjaan hidupnya.
Mengatasi apa yang relevan membutuhkan hubungan khusus mahasiswa – dosen, di mana
dosen menjalin hubungan dengan mahasiswa melalui minat mahasiswa. Karena hubungan ini
membangun tingkat dan kualitas motivasi mahasiswa untuk belajar, baik mahasiswa maupun
dosen dapat lebih berhasil memahami dan mengejar strategi pembelajaran yang ketat (Dr Elliot
Washor, 2008).
Kualitas dan Relevansi Pendidikan Tinggi
Kualitas dan Relevansi dalam pendidikan tinggi adalah titik di mana keterampilan dan
minat manusia, teknologi, manajemen, dan lingkungan sosial dan bisnis semuanya bertemu.
Perguruan Tinggi adalah tempat di mana Kualitas dan Relevansi terkait pengembangan tenaga
terampil benar-benar tercipta. Ini adalah tempat di mana seluruh jajaran pengetahuan yang
tersedia dan penerapannya untuk kehidupan berkualitas bersatu untuk menghasilkan ide-ide
berkelanjutan, aplikasi yang sesuai untuk membuat hidup layak dijalani. Efektivitas fungsi
gabungan keduanya mencerminkan popularitas perguruan tinggi di masyarakat sebagai penyedia
tenaga terampil yang andal yang memiliki Kualitas dan Relevansi untuk peningkatan taraf hidup
masyarakat.
Kualitas dan relevansi tidak dapat dilihat sebagai konsep statis. Kualitas dan relevansi
sebenarnya adalah hal yang relatif – relatif terhadap waktu dan tempat tertentu, serta terhadap
mahasiswa tertentu dan keadaan mereka. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang
membekali mahasiswa dengan perangkat untuk menghadapi dan menemukan solusi atas
tantangan dalam kehidupan nyata. Dalam dunia yang sedang berubah ini berarti bahwa apa yang
dianggap sebagai pendidikan berkualitas kemarin, mungkin tidak memenuhi standar apa yang
akan dipahami sebagai berkualitas esok hari. Hal-hal yang dipelajari seharusnya relevan dengan
kebutuhan individu dan juga kebutuhan masyarakat. Salah satu aspek penting dari kualitas
adalah relevansi kurikulum dan tujuan pendidikan. Ini khususnya, benar untuk saat ini jika kita
mempertimbangkan perubahan cepat yang diciptakan oleh teknologi baru.
Kualitas dan Relevansi dalam pendidikan tinggi dapat diimplementasikan dengan
kerangka proses yang berpusat pada perencanaan, desain, implementasi, pemantauan, review,
evaluasi dan perbaikan. Ada kebutuhan untuk mendiskusikan konsep ini secara terus menerus
dan mendefinisikan serta mendefinisikannya kembali.
Hal ini tentunya mendorong sistem perguruan tinggi yang bersangkutan di masa depan
mencoba untuk mengetahui persyaratan mahasiswa, minat, kapasitas, sifat dan perilaku individu,
dan toleransi terhadap jenis keterampilan tertentu, dan melatih mereka sesuai dengan itu. Harus
ada ketelitian sedemikian rupa dalam kurikulum sehingga para mahasiswa menemukan waktu
untuk mengungkapkan kualitas terpendam mereka dalam diri mereka dalam mengejar gelar
kelulusan. Hanya dengan begitu para mahasiswa akan dapat memperoleh keuntungan dari proses
pendidikan tinggi. Inovasi dan kreativitas mahasiswa harus diilhami dan diperhitungkan saat
mengevaluasi mereka untuk memberikan gelar kelulusan.
Peningkatan Kapasitas Dosen
Pengetahuan tidak hanya menjadi pendorong pembangunan nasional, tetapi juga penentu
akses warga negara terhadap sumber daya ekonomi dan budaya dunia. Perekonomian suatu
masyarakat bergantung pada kualitas keterampilan dan tindakan elit terpelajarnya. Dengan
demikian perguruan tinggi harus terus meningkatkan diri dengan mensikapi perubahan dalam
masyarakat dan menyediakan generasi masa depan dengan pendidikan tinggi berkualitas yang
relevan. Dalam konteks ini perguruan tinggi ditantang memposisikan diri merespon tuntutan dari
tipe kader pembelajar yang berbeda. Kader seperti itu ingin menjadi “multiskill” serta terus-
menerus dilatih ulang melalui pembelajaran sepanjang hayat untuk tetap mengejar daya tarik
lingkungan kerja yang terus berubah.
Karena itu kualitas dan relevansi dalam program pendidikan tinggi harus menjadi
perhatian. Untuk menghadapi tantangan-tantangan baru tersebut, sistem harus merobek dirinya
sendiri dari balutan aturan dan regulasi yang telah dibuatnya sendiri, dan merestrukturisasi
dirinya sendiri untuk berkembang ke segala arah yang relevan. Perguruan tinggi harus
memposisikan dirinya, serta meninjau posisi alternatifnya. Pengembangan staf Dosen yang kuat
dan inovatif adalah salah satu strategi yang menjamin kualitas dan relevansi pendidikan tinggi di
dunia yang terus berubah.
Perguruan tinggi adalah kumpulan bakat terkonsentrasi yang perlu dikelola dengan baik
untuk memanfaatkan sumber daya manusia tersedia (Dosen) yang tak ternilai harganya. Hal
tersebut hanya dapat dilakukan dengan menciptakan lingkungan sumber daya yang
memungkinkan (keuangan, teknis dan manusia), serta kerangka peraturan untuk menuju
keunggulan dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Ketika target tersebut terpenuhi, perguruan tinggi dapat memperbaharui misinya dan
menetapkan target lain, sehingga mampu mengembangkan dirinya, individu dan masyarakatnya.
Hal ini harus pula menjadi pusat penciptaan pengetahuan di mana pengetahuan sistematis
digunakan untuk menyalakan imajinasi mahasiswa, serta suasana diciptakan untuk mendukung
inovasi dari bidang apapun, terlepas dari kualifikasi akademik sehingga dapat menangkap
kumpulan bakat di perguruan tinggi itu sendiri.
Jalan Istikomah
Kualitas dan relevansi untuk mahasiswa mengacu pada situasi pembelajaran
interdisipliner dan kontekstual yang langsung terhubung dengan masalah dunia nyata mulai dari
situasi rutin hingga situasi kompleks. Relevansi untuk Dosen dan administrator berarti
menetapkan visi dan misi, dan bergerak maju dalam inisiatif perbaikan dan perubahan yang
memiliki tujuan dan fokus pada kebutuhan yang disepakati dari institusi dan populasi mahasiswa
tertentu. Jadi, kualitas dan relevansi mengacu pada aplikasi dunia nyata, serta kebutuhan dan
minat budaya mahasiswa dan perguruan tinggi.
Dalam kesimpulannya Rintu Saikia, Dr. Pranjal Bezborah menegaskan: memiliki mutu
dan relevansi di perguruan tinggi berarti memiliki tujuan untuk memastikan bahwa mahasiswa
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dalam hal pengajaran dan dukungan pendidikan. Juga,
harus ada evaluasi dan evaluasi ulang dalam setiap kegiatan di perguruan tinggi sehingga ada
kemajuan yang sistematis dan tercatat untuk mengetahui bahwa tidak ada waktu yang terbuang
sia-sia untuk melakukan pekerjaan yang tidak produktif. Selanjutnya harus ada studi lacak di
mana dampak pada kelompok sasaran ditelusuri kembali ke unsur-unsur tertentu dari suatu
proyek atau program sehingga komponen proyek yang efektif dan tidak efektif dapat
diidentifikasi. (lee)
Rewriter: lili irahali- Desember 2022
Sumber: Rintu Saikia, Dr Pranjal Bezborah – International Journal of Scientific & Engineering Research.