Mahasiswa yang Sukses, Aktif dalam Berbagai Kegiatan

0
831 views

Kegiatan positif lain yang bisa diikuti mahasiswa semasa kuliah adalah kuliah kerja nyata (KKN). Kegiatan ini akan memberikan mahasiswa kesempatan menjalin networking dengan masyarakat. Mahasiswa jangan mengejar nilai semata, tapi manfaatkan berinteraksi dengan banyak masyarakat. Sehingga apa yang tidak bisa didapatkan di kampus bisa didapatkan dalam kegiatan tersebut, ujamya.

Dalam kesempatan lain di Semarak kegiatan Orientasi Studidan

Pengenalan Kampus di Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. lntan Ahmad menyampaikan bahwa pendidikan dan pelatihan harus dilaksanakan secara sejalan dengan kerja sama yang baik antara pemerintah, dosen, dan seluruh Perguruan linggi. Karena itu, seluruh mahasiswa baru harus belajar secara optimal agar tidak hanya menjadi mahasiswa yang disiplin, produktif, dan aktif, namun juga pada akhimya menjadi lulusan yang handal dan unggul, memiliki kemampuan kompetitif, dan siap menjadi pemimpinmasa depan. Prof. lntan berharap agar para mahasiswa baru memiliki fokus dalam bidangnya masing? masing serta memiliki rasa empati, sehingga dapat berkiprah di masyarakat, bangsadannegara.

la juga memberikan dorongan kepada para mahasiswa agar menyiapkan diri dalam menghadapi berbagai tantangan global dengan berinovasi. “lnovasibukanhanyadidunia industri saja,namunjuga dapat berupa inovasi dalam mempersiapkan masa depan sejak masuk kuliah sehingga setelah lulus akan jelas masa depannya, dan siap bersaing dengan lulusan dari kampusdalam negerimaupun luarnegeri”.

Tantangan lain yang dihadapi mahasiswa adalah radikalisme. Pola pikir dan tindakan kekerasan bisa dilakukan banyak kalangan, termasuk mahasiswa. Prof. Intan Ahmad menilai radikalisme harus dicegah dengan cara berpikir terbuka. Mahasiswa diharapkan mengutamakanharmonisebagai ciribangsa Indonesia.

Perkembangan teknologi internet membuat inspirasi kekerasan dapat diakses dengan begitu mudah. Karena itu, mahasiswa harus menjadi yang terdepan dalam berpikir kritis. ?Jangan mudah percaya pada hal-hal yang tidak jelas. Contohnya, kita kadang-kadang karena tidak begitu kritis, menerima sesuatu di WA (WhatsApp), kemudian kita forward. Padahal, belakangan kita tahu itu suatu hoax,?ucap lntan Ahmad di kantor Kemenristek Dikti,Jumat (29n}.

Karena itu, dosen terkait serta rektorat di semua kampus untuk mengoptimalkan bimbingan terhadap unit-unit kegiatan mahasiswa (UKM). Namun, itu bukan pengawasan yang tidak mengindahkan otonomi kegiatan mahasiswa. Pengawasan yang sama juga diharapkan datang dari orang tua. “Jangan sampai, mahasiswa kita ini dibina oleh pihak lain. ltuyang akan menjadi masalah,” ucapnya.

Generasi Emas & Penggerak Masyarakat

Pada 2045 Indonesia akan melahirkan generasi emas melalui serangkaian strategi pendidikan. Pendidikan dan pelatihan adalah elemen utama untuk memfasilitasi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Saat ini Indonesia dalam Competitiveness Index and

 

Human Capital masih berada di peringkat 37 dunia dengan nilai 4,5. Artinya menunjukkan bahwa daya saing PT di Indonesia masih belum menggembirakan.

“Menjadi Generasi Emas” tidak harus menunggu 2045. “Buatlah

peran dimulai dari saat ini,human resources yang jelas kompetitif serta diintegrasikan dengan dasar nasionalisme dengan pengabdian”. Perubahan dalam pendidikan tidak hanya bertumpu pada privat goals seperti memutus rantaikemiskinan saja yang hanya dapat dirasakanoleh dirinya dan keluarga, melainkan public goals sebagai asset bangsa. Tuntutan peran besar ini perlu diambil oleh mahasiwa,karena hal-hal ini tidak dapat dipelajari di dalam pendidikan formal, non-formal menjadi penentu “Generasi Emas” yang lebih penting.Berprestasi adalah pijakan awalyang harus diteruskan dengan pendidikan soft skills agar dapat aktif dan bermanfaat bagi lingkungannya. Prof. lntan melanjutkan, bahwa “Pendidikan itu bukan hanya 144 SKS untuk menjadi Sarjana, tapi menjadi berpendidikan adalah mengetahui mana yang benar dan salah, adalearning outcome dari hanyasekedar otak”.

Jumlah mahasiswa Indonesia saat ini sekitar 7 juta. Sejumlah mahasiswa memang sedari awal bercita-cita untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan tidak bergantung pada orang lain. Jumlah entrepreneur kita masih di bawah dua persen dan itu sedikit sekali. Karena itu kita mendorong mahasiswa melakukan banyak kegiatan di luar kampus. Disisi lain, banyak lulusan perguruan tinggi (PT) pandai secara keilmuan, namun belum menjadi penggerak di masyarakat. Sehingga proses pembangunan wilayah berjalanlambat.

“PTmemang harus mencetak lulusanyang bermutudanproduksi riset yang paten, tapi tak cukup hanya itu. Lulusan PT harus menjadi penggerak masyarakat,” tegas Prof. lntan Ahmad dalam Temu llmiah Nasional dan Musyawarah Kerja IV Asosiasi Program Studi Manajemen/ Adminis1rasi Pendidikan Indonesia (APMAPI),di Surabaya.

“Hasil survei dari sebuah lembaga asingmenyimpulkan dosen di Indonesia belum mampu memandu mahasiswa tentang dunia kerjayang akan dimasuki setelah lulus. Mahasiswa Indonesia masih berorientasi gelar,karena itu gelar palsu menjadi marak,” ujamya. la berharap, dosen di masa depan selain mengajar, juga memiliki tugas lain untuk memotivasi mahasiswa tentang dunia kerja,termasuk mengajak diskusi untuk mahasiswa yang tertinggaldari mahasiswa lain.

“Di era global saat ini, lulusan PT tak hanya pintar secara keilmuan, tetapi juga harus pandai berkomunikasi dengan orang lain. Selain memiliki kemampuan dalam berbahasa asing,kritis, dan memiliki motivasi yang tinggi untuk sukses,” ujarnya. Selain memandu mahasiswa, bahwa PT harus mampu memandu masyarakat. Untuk itu, PT harus memiliki prodi yang relevan. Misalkan, kampus di kawasan perkebunansawitharusmemilikiprodi terkait sawit.

“Relevansi dengan masyarakat juga tak hanya terkait dengan dunia kerja, tetapi juga terlibat dalam mengatasi persoalan masyarakat. Misalkan, masyarakat yang lemah secara ekonomi, bisa dibantu”. Dengan demikian, PT menjadi agen budaya. Selain menjadi agen ekonomi dari suatu daerah. PT akan bermanfaat untuk mahasiswa dan masyarakat. (Leedariberbagai sumber)