Menggapai sebuah mimpi menjadi kenyataan memang memerlukan tekad, perjuangan, dan pengorbanan yang tidak ringan. Adalah Eriana Kartajumena seorang dosen FE UTama dalam menempuh studi lanjut jenjang S3 hingga berhasil meraih Ph. D di Hull University – England. Dengan berpegang pada prinsip : “We have to push this journey moving forward even it slow yang artinya kita harus tetap memaksa perjalanan ini untuk terus maju ke depan walaupun dirasakan lambat”, dia berhasil menggapai sebagian mimpinya. Sementara mimpi-mimpi lain sedang ia rajut agar menjadi kenyataan.
Eriana memulai kisahnya, bahwa sebenarnya niat untuk memperoleh beasiswa studi lanjut keluar negeri sudah sejak tahun 2011 (6 tahun lalu) terinspirasi seorang dosen Fakultas Teknik, Yudha Prambudia yang mengambil gelar doktor pada salah satu universitas di Jepang. Selain itu, keinginan melanjutkan studi keluar negeri adalah dorongan pimpinan univertas dan pihak keluarga dalam memberikan pengalaman berbeda kepada anak, di samping menghindari rutinitas kerja sebagai Kaprodi Akumansi.
Berbagai upaya telah saya tempuh dalam mewujudkan cita-cita studi lanjut keluar negeri, namun satu kendala yang dihadapi saat itu – yakni bahasa Inggris. Memang tingkatan score/ nilai TOEFL & IELTS bahasa Inggris saya kurang dari batas ketetapan, sehingga diperlukan upaya untuk mengikuti kursus bahasa Inggris. Kemudian ada salah satu tawaran dari Dikti agar mengambil pelatihan/kursus bahasa lnggris di Yogyakarta yang memang dikhususkan bagi dosen. Akhirnya tawaran kursus tersebut saya ambil selama 3 bulan guna memperoleh basil yang diharapkan. Alhamdulillah, setelah 3 bulan mengikuti kursus, ternyata score IELTS-nya sudah mencukupi umuk dapat diajukan memperoleh beasiswa keluar negeri. Setelah semua persyaratan lengkap, saya membuat proposal riset untuk disampaikan kepada para promotor di universitas yang dituju. Hal ini dilakukan 1 tahun sejak 2011 sampai 2012 untuk mencari profesor yang dapat membantu serta menerima proposal riset penelitian saya dalam pencapaian studi doktor di luar negeri.
Pada akhir tahun 2012, LOA (Letter of Acceptance) proposal riset saya akhirnya diterima di dua universitas Inggris yaitu: Hull University dan Mastry University. Kemudian di bulan September 2012, saya ajukan LOA risetnya ke pihak Dikti untuk dilengkapi dengan persyaratan yang ada disana di lembaga Dikti sendiri ternyata prosesnya tidak mudah, sehingga ketika wawancara pada tahap 1 ( batch 1) dinyatakan gagal karena hasil simpulan dari reviewer, nilai bahasa lnggrisnya tidak mencukupi padahal dalam LOA-nya tidak menyatakan hal tersebut. Setelah kejadian itu, saya tidak patah semangat melainkan mengajukan nota keberatan atas prosesnya ke pihak Dirjen Ketenagaan Dikti disertai dengan dukungan dari pimpinan universitas untuk mengajukan kembali. Lalu solusinya adalah dengan mengajukan lagi di tahap ke-2 ( batch 2) dengan harapan dapat diterima semua persyaratan termasuk hasil wawancara reviewer dan dibiayai. Pendek kata, akhirnya saya lolos dan berangkat pada bulan September 2013 ke Inggris dengan tujuan “Hull University” jurusan akuntansi, supervisornya Weymen Rogers (Profesor Akuntansi) dari Chicago University (Amerika Serikat). Saya sangat menikmati semua proses studi disana dengan waktu 3 tahun (LOA dari bulan September 2013 – September 2016) baik dari segi sistem pengajarannya maupun dosen yang memberikan ilmu serta pengalaman.
Kunci dalam rangka mengikuti studi di luar negeri (S3) sebenarnya ada 3, yaitu : Passion, Determination and Self Discipline. Jikalau riset yang kita dalami tidak memiliki minat yang kuat (passion) dari diri sendiri maka akan sulit ditempuh secara totalitas. Kemudian ditambah lagi dengan adanya tuntutan dari pihak internal maupun eksternal institusi ( determination) yang membutuhkan ketekunan dan kegigihan dalam meraihnya. Modal utama yang ketiga adalah kedisiplinan diri (self discipline) guna mengatur segala rencana yang berkaitan dengan proses studi Ianjut agar semuanya terkelola secara sistematis.
Beasiswa yang saya peroleh saat itu adalah Beasiswa Luar Negeri (BLN) dari DIKTI, karena memang disesuaikan dengan profesi sebagai seorang dosen. Sementara untuk beasiswa dari LPDP (Kementerian Keuangan RI) kebanyakan berasal dari para praktisi dan eksekutif muda/pengusaha yang memang cukup memahami bidang keilmuan usahanya. Setelah semua persyaratan administrasi dari DIKTI serta perlengkapan dasar lainnya terpenuhi, akhirnya saya berangkat ke universitas yg dituju di lnggris sekitar bulan September 2013.
Selain terinspirasi oleh salah satu dosen yang telah belajar di luar negeri, obsesi dan harapan saya untuk studi di luar negeri akhirnya terkabulkan sehingga cita-cita untuk membawa anak dalam rangka melanjutkan sekolah di luar negeri tersampaikan juga karena pastinya akan merasakan kondisi serta pengalaman yang berbeda dengan situasi di dalam negeri. Menikmati segala proses kehidupan di luar negeri setelah dinyatakan lulus untuk studi lanjut (S3) bersama dengan keluarga adalah sungguh hal yang mengejutkan dan membawa kesan serta pengalaman tersendiri meskipun di saat pemberangkatannya tidak bersama-sama karena segala sesuatunya (urusan administrasi keluarga & anak) perlu diselesaikan secara terpisah. Keluarga saya baru bisa berangkat dan menyusul ke lnggris setelah 6 bulan kemudian.
Fasilitas tinggal yang saya dapatkan beserta keluarga di sana, adalah disediakan satu unit rumah yang memiliki perlengkapan cukup memadai serta terjangkau. Suasana kehidupan atmosfir kampus di sana sangat terasa kenyamanannya dengan disertai berbagai fasilitas lengkap, dan memadai, serta durasi jam kerja yang dibuka selama 24 jam (open 24 hours). Begitu pun dengan fasilitas perpustakaan yang durasi jamnya pun selama 24 jam. Keadaan ruangan dan fasilitas perpustakaan pada Hull University merupakan salah satu yang terbesar di lnggris, berjumlah 8 lantai. Kenyataan yang terjadi bahwa saya tidak pernah melihat fasilitas perpustakaan (library) sepi dan hening kecuali pada momenttertentu saja, seperti : pada malam Natal dan malam Tahun Baru. lntinya saya sangat menikmati kehidupan dan proses studi lanjut di sana karena semua fasilitas dapat diakses selama 24 jam penuh terutama jumlah ruangan dan fasilitas perpustakaannya yang sangat mend uk ung dalam p roses pembuatan riset akhir penelitian. {Written by Abdul Rozak)