Komunita : Begitu pentingnya proses pengembangan dan implementasi softskill di lingkungan perguruan tinggi akan berdampak pada kondisi sosial masyarakat dan kalangan dunia usaha. Sebenarnya softskill apa saja yang dibutuhkan oleh kalangan masyarakat dan dunia usaha sebagai tolak ukur dalam mencapai kesuksesannya?
Prof. Dr.Kadarsah : Di ITB sendiri dalam rangka mengetahui hasil implementasi softskill pada kalangan dunia usaha dapat ditelusuri melalui kegiatan Tracer Study. Alhamdulillah kegiatan ini telah mendapat penghargaan dan pengakuan oleh lembaga di Eropa. lstilah tracer study bagi kami merupakan metode komunikasi dengan kalangan dunia usaha dan organisasi pemerintah atau kemasyarakatan yang berhubungan dengan angkatan lulusan, khususnya dari ITB. Kita kirimkan kuesioner atau daftar pertanyaan melalui teknik wawancara yang isinya mengenai potensi, bakat dan minat serta kesesuaian lainnya dalam implementasi softskill pada tempat bekerja. Melalui wadah lembaga kemahasiswaan, kita lakukan penelusuran dan analisis mendalam sehingga dapat diketahui bagian softskill mana yang sudah bagus atau belum.
Kemudian jika masih ada bagian softskill yang kurang, maka diharapkan dapat menginformasikannya sehingga akan menjadi bahan koreksi bagi kami untuk kepentingan di masa mendatang (feedback tertulis atau secara langsung).
Komunita :Model pembelajaran komprehensif dan muatan seperti apa saja yang diterapkan dan diimplementasikan ITB ?
Prof. Dr. Kadarsah : Kurikulum terbaru yang berlaku di ITB sejaktahun 2013 telah didasarkan pada 4 prinsip, yaitu:
- Outbiss curriculum, merupakan kurikulum berbasis outcome business – dengan melihat pada kebutuhan dunia usaha terhadap basis kompetensi dan mutu
- Student centered learning, merupakan kurikulum berbasis keaktifan mahasiswa pada saat mengikuti proses pembelajaran di kelas dengan jumlah mahasiswa yang relatif
- Continues improvement, merupakan kurikulum berbasis pada perbaikan secara terus menerus dengan mengikuti Hal ini dapat dilakukan setiap semester jika memang dibutuhkan mendesak tanpa harus menunggu perbaikan selanjutnya pada 5 tahun mendatang.
- lnternastional Standard, merupakan kurikulum yang berbasis pada standar internasional dengan mengacu pada pengakuan lembaga atau badan akreditasi Target kami pada tahun 2019 mendatang, semua program studi S1 harus sudah terakreditasi secara internasional.
Dalam rangka menyelaraskan “continues improvement dan international standard”, maka dibuatlah dokumen rinci dalam bentuk portofolio dosen yang berisi tentang evaluasi tatap muka, penilaian, metode, dan bahan pembelajaran. Hal ini diperlukan sebagai suatu perwujudan evaluasi diri bagi setiap dosen tentang keberhasilan dalam penyampaian ilmu pengetahuan baik dari segi teoritis muatan silabus matakuliah hingga kepada sikap praktisnya. Dokumen portofolio ini mulai diterapkan pada masing-masing program studi S1 di ITB sejak adanya pengakuan dari lembaga akreditasi internasional, seperti : Amerika, lnggris, Jerman, Jepang dan Korea.
Komunita : Bagaimana eksistensi lembaga SPM (Satuan Penjaminan Mutu) yang dimiliki ITB dalam memonitor kualitas pembelajaran bila dikaitkan dengan softskill-nya ?
Prof. Dr. Kadarsah : ITB sendiri memang memiliki lembaga SPM (Satuan Penjaminan Mutu) yang menerapkan konsep CIS (Commitment-Involvement ? Support), yakni bahwa dalam mengimplementasikan penjaminan mutu ini tidak hanya mengandalkan pada satu unit saja melainkan harus menyeluruh – mulai dari pejabat rektorat, dekanat hingga ke tingkat mahasiswanya. Di pusat sudah disediakan lembaga SPM, begitupun pada tingkat fakultas dan program studi yang kesemuanya telah berkoordinasi rutin dan terjadwal membahas seputar perkembangan kualitas akademik dan operasionalisasi berbagai kegiatan kampus.
Komunita : Bentuk perwujudan apa saja yang telah dilakukan oleh pemerintah (Kemenristekdikti) dalam proses pengembangan softskill serta saran bapak agar hal ini mampu diimplementasikan secara komprehensif sehingga mencapai keberhasilan guna mewujudkan cita-cita bangsa yang bermartabat ?
Prof. Dr. Kadarsah :Pemerintah (Kemenristekdikti) memiliki kegiatan softskill yang didanai, contohnya adalah PKM (Pekan Kreatifitas Mahasiswa). Kegiatan ini merupakan bagian dari softskill yang mengaplikasikan sikap toleransi, bekerja keras, berlomba dan siap untuk menerima kemenangan/kekalahan, bekerjasama dalam tim, disiplin waktu, dan berkomunikasi dengan publik.
Saran saya terhadap kegiatan ini agar terus ditingkatkan jumlahnya dan jangan sampai dihilangkan. Yang kedua adalah kegiatan KKN Tematik, merupakan wujud empati mahasiswa dalam merealisasikan kemampuannya untuk membantu kebutuhan masyarakat dengan berbasiskan pada tema-tema tertentu. Contoh : membangun jembatan , membuat energi listrik tenaga matahari, membuat saluran irigasi, membuat sistem pengawetan ikan,dan lain sebagainya.
Saya juga menginginkan agar pemerintah turut mendukung program kegiatan KKN Tematik ini yang notabene telah berhasil mewujudkan impian masyarakat secara nyata. Pesan saya kepada para lulusan khususnya alumni ITB yang kelak diamanahkan menjadi pemimpin, yakni “jadilah orang biasa yang menghasilkan karya luar biasa bagi kemaslahatan diri dan lingkungannya”. (Abdul Rozak)