Peningkatan Soft Skill Mahasiswa pandangan Rektor ITB

0
878 views
Peningkatan Soft Skill Mahasiswa pandangan Rektor ITB

Wawancara

Peningkatan Soft Skill Mahasiswa pandangan Rektor ITBProf. Dr. Kadarsah Suryadi. Ir., DEA – Rektor ITB

Softskill senantiasa disoroti dunia pendidikan tinggi maupun dunia kerja dalam perspektif mendidik di satu sisi dan memberdayakannya di sisi lain. Bukan hal yang sederhana merumuskan dan mensinergikan softskill bagi keduanya. Dunia pendidikan menyadari arti panting keseimbangan antara hardskill dan softskill bagi mahasiswa peserta didik, agar mereka memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang baik sebagai manusia terdidik.

Karena itu, pembinaan softskill mahasiswa pada kegiatan akademis maupun non akademis perlu dilakukan secara optimal. Berikut bincang-bincang Komunita dengan Rektor ITB tentang pembinaan “softskill” dalam perspektif perguruan tinggi.

Komunita : Mohon penjelasan bapak tentang konsep ‘softskill’ dalam membangun karakter positif (character building) bagi sivitas akademika sehingga mampu dipahami sebagai suatu role model di lingkungan perguruan tinggi ?

Prof. Dr. Kadarsah : Ketika kita menjalankan suatu aktivitas di tingkat perguruan tinggi, esensi yang sebenarnya adalah adanya suatu proses transfer pengetahuan kepada para mahasiswa agar diharapkan menjadi insan yang cerdas, berkemampuan dan memiliki keterampilan profesional dalam bekerja sehingga bermanfaat bagi masyarakat. Hal itupun ternyata masih dirasa kurang lengkap bagi saya, maka muncullah apa yang disebut dengan konsep “4-R” yakni: RASIO – RAGA – RASA – RELIGI.

  1. Rasio merupakan unsur dimana seseorang mendalami proses belajar, meningkatkan keterampilan dengan berbagai macam pengalaman sehingga membentuk dirinya menjadi insan yang cerdas, pintar, profesional dan siap
  2. Raga merupakan unsur jasad yang berhubungan dengan stamina tubuh para mahasiswa agar senantiasa sehat & Di lingkungan ITB sendiri telah mewajibkan kepada para mahasiswa tingkat pertama untuk berolahraga.
  3. Rasa merupakan unsur yang didalamnya terkandung akhlak mulia atau berbudi Pola interaksi yang terjalin diantara unit-unit organisasi kampus diharapkan dapat terjalin dengan baik, mengedepankan sikap toleransi, memiliki jiwa empati, membudayakan sikap saling tolong-menolong. Begitupun dengan unit kesenian yang turut mendukung dan menciptakan keharmonisasian rasa dalam kalbu. Pola rasa ini sangat dekat dengan pendekatan dasar softskill yang diterapkan kepada mahasiswa ITB melalui program pelatihan, workshop, dialog dan contoh-contoh praktis kekinian, tugas kelompok (soliditas tim), dan KKN tematik dalam rangka menumbuhkan empati kepada masyarakat yang kurang beruntung.
  4. Religi merupakan unsur yang berkaitan dengan nilai-nilai keluhuran agama dalam diri Hal ini yang akan memayungi ketiga unsur sebelumnya, karena memang sangat fundamental.

Saya berikan contoh lain penerapan softskill kepada para mahasiswa adalah “silaturahmi” yakni ketika kita melakukan proses interaksi dengan orang lain. Oleh karenanya silaturahmi menjadi kunci panting dalam menjalankan suatu organisasi kemahasiswaan dan mengaplikasikan kehidupan di lingkungan masyarakat. “Sofskill dibutuhkan karena kita berinteraksi dengan sesama manusia, bukan dengan mesin atau bahkan dengan barang”

Komunita : Bagaimana konsep softskill ini dapat diterapkan di lingkungan ITB serta apakah ada tips khusus dalam pengimplementasiannya ?

Prof. Dr. Kadarsah : Memang segala sesuatu tidak bisa instan (secara dadakan), namun harus tetap kita lakukan dengan kontinuitas. Bukti tips secara aplikatif sebagaimana yang saya sampaikan kepada para kabinet kemahasiswaan adalah menjalin komunikasi antar sesama sivitas akademika. Melalui best practice yang ada, komunikasi antara dosen dengan mahasiswa kemudian antara pejabat rektorat – dekanat dengan para unit di bawahnya menjadi kunci keberhasilan softskill.

Dengan kata lain bahwa trik utama dalam pola interaksi antar pejabat, dosen serta mahasiswa adalah melalui komunikasi dua arah secara berkesinambungan dan terpadu yang akan menciptakan transparansi informatif (keterbukaan) di lingkungan perguruan tinggi.

Komunita : Apa saja yang termasuk dalam komponen atau atribut yang melekat pada keterampilan softskill?

Prof. Dr. Kadarsah : Begitu banyak teori yang menjelaskan tentang pendekatan softskill itu sendiri, namun menurut saya dalam rangka membangun dan mengembangkan nilai konsep ini terdiri atas 3 tahap, yaitu :

  1. Behaviour, perilaku yang dibangun atas dasar niat dan kesadaran dari dalam diri manusia sehingga melahirkan norma/aturan untuk menghindari terjadinya sanksi yang telah Apabila suatu perilaku telah diimplementasikan secara berkesinambungan maka lama kelamaan akan terbiasa dan berubah menjadi sebuah sikap (attitude).
  2. Attitude, sikap yang muncul akibat adanya kesadaran diri terhadap semua aturan dan ketentuan secara umum. Kebiasaan ini pun jika dilakukan terus menerus maka akan menciptakan suatu budaya (culture) dalam sebuah institusi/organisasi.
  3. Culture, budaya merupakan suatu kebiasaan umum alas perilaku seseorang atau kelompok akibat adanya kesamaan sikap dalam mematuhi norma/aturan yang berlaku serta menghindari adanya sanksi akibat

Setiap perguruan tinggi tentu memiliki tata aturan/norma yang telah ditetapkan bagi para pegawai dan sivitas akademika. Contohnya : buku pedoman peraturan pegawai, dan buku peraturan akademik bagi para dosen dan mahasiswa. Di dalamnya berisi tentang semua aturan dan sanksi yang wajib dipatuhi agar tercipta pola kehidupan kampus dengan nyaman dan harmonis.

Komunita : Untuk membangun ketiga kunci sukses atas penerapan softskill ini tentu perlu proses panjang secara berkesinambungan. Mohon penjelasan bapak mengenai faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung terhadap ketiga kunci tersebut ?

Prof. Dr. Kadarsah : lya betul, dalam mewujudkan ketiga kunci tersebut memang membutuhkan waktu dan proses panjang serta konsisten. Adapun faktor yang menjadi pendukung utamanya pun terdiri alas 3 unsur, yakni :

  1. Commitment, merupakan keinginan/kemauan dalam diri seseorang/kelompok untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.
  2. Involvement, merupakan unsur dari adanya keterlibatan semua pihak – baik sebagai tim penyokong maupun yang memegang peranan penting dalam proses perubahan.
  3. Support, merupakan unsur pendukung dari segala aktivitas yang dilakukan oleh segenap sivitas akademika baik secara materiil maupun non materiil.

Suatu unsur komitmen akan melahirkan sebuah SK (Surat Keputusan), kemudian unsur keterlibatan akan melahirkan adanya himbauan, sementara unsur pendukung akan melahirkan suatu sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam setiap aktivitas.