Sementara itu Prof. Dr. Endang Caturwati, S.ST.M.S. Praktisi pendidikan dan Guru Besar Seni Pertunjukan Indonesia – Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung berpendapat bahwa APK Pendidikan Tinggi memberikan dampak bagi kualitas dan kuantitas partisi pantingkat pendidikan tinggi oleh masyarakat usia aktif (antara 19 – 23 tahun), memang sangat diperlukan. Di usia aktif tersebut dibutuhkan SDM kreatif yang mampu menghasilkan produk – produk unggulan produktif hasil karya industri. Industrialisasi pada masa kini menuntut masyarakat memiliki keterampilan dalam pekerjaan. Oleh karenanya Perguruan Tinggi, baik negeri maupun swasta harus melaksanakan layanan pendidikan, selain berbasis akademik, harus lebih banyak membuka layanan pendidikan yang melahirkan manusia-manusia yang terampil dalam bidang pekerjaan yang akan digelutinya di bidang industri. Pandangan mengenai jalur vokasi yang melahirkan SDM dengan jalur ketrampilan atau terapan masih dipandang kurang berkelas, dibandingkan dengan jalur akademi harus dirubah, karena pada kenyataannya karya nyata industri adalah bagian implementasi dari konsep akademis. Karena itu harus ada sinerji yang nyata dari kedua jalur diatas.
Dijelaskan beliau bahwa : Indonesia ini sangat luas dengan kondisi geografis sangat berbeda dibanding negara Malaysia maupun Singapura.
Karena itu, fakta bahwa keberadaan Perguruan Tinggi belum merata terutama yang berada di daerah-daerah, juga masih ada kendala akses atau jarak masyarakat di saat hendak memperoleh pendidikan tinggi perlu disikapi. Oleh karenanya harus ada terobosan, yakni : menerapkan sistem pendidikan jarak jauh (PJJ), berupa kuliah dalam jaringan (daring) harus segera dilaksanakan. Harus ada ‘Gerakan Daring’ sebagai ‘kunci utama’ untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM). Sebagai contoh. Kuliah jarak Jauh dan Ujian jarak Jauh telah dilakukan oleh Lemhannas sejak belasan tahun yang lalu (saya mengalami selama tiga bulan ketika mengikuti Pendidikan PPSA Lemhannas pada tahun 2012, sebagai pra pendidikan di kelas, karena 50 orang adalah para petinggi negara, serta para Rektor Perguruan Tinggi, yang tentu mempunyai waktu yang sangat terbatas. Program ini pun telah saya lakukan, berupa bimbingan dan ujian tingkat Doktoral dengan Mahasiswa Program Doktoral di Universitas of Malaya Malaysia dengan cara ‘Jaringan Jarak Jauh’).
Faktor-faktor yang menjadi hambatan dalam peningkatan angka partisipasi kasar masyarakat untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi yang paling utama adalah Sumber Daya Manusia (SDM), serta sarana dan prasarana Perguruan Tinggi di Indonesia yang belum merata. Oleh karenanya diperlukan segera meningkatkan akses pendidikan tinggi untuk seluruh anak bangsa dari Sabang sampai Merauke. Program kegiatan yang dapat dilakukan institusi pendidikan tinggi dalam menunjang peningkatan angka partisipasi masyarakat dalam melanjutkan pendidikan tinggi salah satunya cara yang efektif adalah bersinergi dan kerjasama antara Perguruan Tinggi. Dengan cara kerjasama Program Pengiriman Dosen, atau pertukaran Dosen, baik berupa dosen tamu maupun tatap langsung dengan membuat Team Teaching’ lintas Perguruan Tinggi di daerah-daerah secara kuantitas dan kualitas, serta program Pembelajaran Sistem Pendidikan Jarak Jauh (PJJ).
Para Dosen yang akan mengajar membuat modul pembelajaran tepat guna dan berdaya guna untuk tetap mempertahankan kualitas materi bahan ajar agar proses belajar mengajar dapat dilakukan secara praktis dan efesien. Pihak terkait, pendidikan tinggi harus menjalankan pembinaan?terhadap perguruan tinggi – perguruan tinggi swasta untuk mengembangkan Sistem PJJ di kampus mereka. Bisa juga ada kerjasama antara Perguruan Tinggi, antara lain bagi Perguruan Tinggi yang belum memiliki program jarak jauh dapat belajar dari perguruan tinggi yang sudah memiliki program tersebut. Hambatan yang paling utama biasanya di jaringan infrastruktur internet. Pembelajaran Jarak Jauh dengan proses pembelajaran daring sangat membutuhkan dukungan infrastruktur jaringan internet yang baik. Selanjutnya, bagi pihak pengelola perguruan tinggi dan masyarakat dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas terhadap APK-PT. Di antaranya, membuka prodi-prodi vokasi dengan program lulusan siap kerja, siap pakai menjadi para profesional yang trampil dan handal.
Program pembelajaran Sistem PJJ tersebut, harus segera dilaksanakan, karena sangat berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan Perguruan Tinggi, terutama dalam menghadapi persaingan secara global. Sementara, bagi para dosen wajib memiliki Laptop serta jaringan internet sendiri, tidak hanya mengandalkan jaringan dari lembaga/instansi. Kegiatan dosen yang multi peran, sebagai pengajar, peneliti, pengabdi di masyarakat, tidak cukup hanya beraktifitas di kelas. Banyak Pekerjaan rumah yang bisa dikerjakan di manapun berada. Dosen di Era Globalisasi,wajib membuka carawala medsos dengan jaringan yang luas. Kini bisa dengan cara hotspot dari ponsel masing-masing. Dosen sebagai figur model mahasiswa harus berperan aktif membentuk kelompok-kelompok kreatif dalam implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan melibatkan para mahasiswa bimbingannya berperan aktif. Dalam kaitan itu, Prof. Endang berpendapat Pemerintah (Kemenristekdikti), harus segera membuat kebijakan serta payung hukum Pendidikan Jarak Jauh (PJJ), serta implementasi melakukan ‘Gerakan Sistem PJJ’ ke seluruh daerah, bekerjasama dengan pihak terkait, terutama juga Telkomsel. Karena banyak daerah-daerah yang masih belum dapat jaringan internet. Akan tidak ada artinya kalau jalur Internet masih menjadi kendala.
(By : Keni Kaniawati – 25 Februari 2019)