Komunita:
Dari pengalaman sebagai asessor, bagaimana kondisi yang terjadi pada saat melakukan visitasi ke beberapa perguruan tinggi?
Dr.Islahuzzaman: Saat ini, kondisi yang terjadi pada setiap perguruan tinggi baik negeri maupun swasta masih berfikir secara parsial dengan disertai oleh lemahnya kesadaran mengenai arti penting sebuah nilai akreditasi. Beberapa hal yang menjadi penyebabnya yakni: 1) Belum adanya pemahaman yang komprehensif diantara civitas akademia terhadap indikator-indikator kualitas dalam penilaian akreditasi tersebut. 2) Masih menganggap bahwa urusan akreditasi adalah sepenuhnya dibebankan kepada prodi. Sehingga unit/elemen lainnya merasa tidak memiliki kewajiban dan tanggungjawab yang sama besarnya. 3) Adanya kesan yang menganggap kurang baik dari segi tata tertib administratif sehingga sulit untuk dilakukan pengukuran terhadap segala rencana program kegiatan institusi akibat dari tidak terdokumentasi nya secara rapih Contohnya: pada saat menerjemahkan makna dari Visi & Misi program studi. Kebanyakan belum memahaminya secara menyeluruh, padahal di dalam Visi & Misi terkandung ruh utama untuk mengawali segala aktivitas yang akan dilakukan oleh seluruh civitas akademia. Kemudian ada juga yang masih menganggap akreditasi sebagai beban saja sehingga kurangnya nilai-nilai kesadaran akan pentingnya suatu akreditasi.
Komunita:
Apakah ada kewajiban sari asessor untuk memberikan pemahaman mengenai akreditasi?
Dr.Islahuzzaman: Tugas asessor sebenarnya hanya menjalankan dan melaksanakan kewajiban visitasi ke berbagai perguruan tinggi yang dituju dengan mengumpulkan informasi untuk disampaikan kepada BAN PT , kemudian hasil penilaiannya akan diputuskan pada saat rapat pleno di kantor pusat BAN PT. Jadi intinya tugas asessor hanya mencocokkan informasi + data-data lainnya dengan keadaan yang sebenarnya di perguruan tinggi. Pemberian pemahaman tentang akreditasi seharusnya dilakukan oleh pimpinan universitas hingga prodi kepada seluruh civitas akademia. Jika dilihat dari tingkat prosentasinya, hingga saat ini masih sekitar 70 ? 80% yang belum menyadari akan pentingnya suatu akreditasi.
Komunita:
Bagaimana jika dikaitkan dengan LAM yang telah diusulkan oleh PTS ?
Dr.Islahuzzaman: LAM merupakan suatu usulan yang diajukan oleh PTS dan hingga saat ini masih terdapat kesulitan dalam penerapannya, karena proses aplikasinya bermuatan politis dan akademis. Oleh karenanya jika dihubungkan dengan sisi akademis, indikator-indikator tersebut masih terkesan kaku sehingga pada akhirnya muncul pernyataan bahwa hal ini tidak dapat dibuktikan tetapi hanya bisa dirasakan Proses akhir dari penilaian akreditasi yang terjadi saat ini masih terkesan subyektif dan dikotomi antara PTN dan PTS. Karena yang muncul adalah efek judgment Profesional,, yakni dapat bersifat subyektif, koridor-koridor indikatornya hanya diberikan oleh pemerintah,, dan muatan indikator tersebut masih bisa diperdebatkan. Faktor keseriusan dan kesungguhan berdasarkan penilaian obyektifitas seorang asessor memang sangat sulit untuk dikendalikan, dikarenakan adanya negosiasinegosiasi antara kedua belah pihak. (AbR)