Pak Martoni,
Saringan Air Mesin UTama, Inovasi untuk Masyarakat
Berawal dari pengalaman pribadi menghadapi kondisi air bersih yang tidak layak Pak Martoni, dosen Fakultas Teknik UTama mengulik kebutuhan air di rumahnya dengan membuat penyaringan air berdasar coba-coba menentukan formula dengan metode ilmiah (scientific metode).
Keberhasilan ini ia teruskan ketika tempatnya bekerja melaksanakan Pengabdian kepada Masyarakat di sekolah yang tidak memiliki air bersih. Padahal sekolah tersebut paling tidak menampung 300 siswa dan guru. Itulah SMK Putra Bahari di Soreang yang sumber air bersihnya tidak bisa digunakan. Walau sempat bimbang namun temuannya ia terapkan di sekolah tersebut. Langkah pertama untuk masyarakat menambah keyakinannya. SMK Putra Bahari sangat terbantu dengan penyaringan air temuannya. Semula untuk berwudlu saja susah, karena airnya keruh dan berbau. Sekarang air di sekolah tersebut dapat dipergunakan, bahkan bisa dipakai merebus telor/memasak.
Atasi Keluhan Warga Cimahi Selatan
Temuan ini terus dikembangkan di tempatnya bekerja melalui kerjasama Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat dengan Pemda Cimahi yang didukung unit kerjanya Fakultas Teknik. Pemda Cimahi mengalami kendala pengadaan air bersih untuk kebutuhan secara komunal. Salah satu permasalahan yang dihadapi adalah air bersih, jernih yang dapat dikonsumsi untuk keperluan sehari-hari, seperti: mandi, mencuci pakaian sampai dengan keperluan memasak. Air bersih hal penting dalam meningkatkan kualitas hidup sehat masyarakat di suatu wilayah. Namun tidak sedikit yang mendapat kendala masalah ketersediaan air bersih untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Setelah kerja Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat berjalan selama tiga bulan didukung Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman (DPKP) Kota Cimahi serta Kelompok Pengguna dan Pemanfaat Air (KP2A). DPKP Kota Cimahi menyerahkan satu unit instalasi penjernih air untuk kapasitas 180 KK kepada kelompok KP2A di atas, di Kelurahan Cibeureum, Cimahi Selatan. Itulah projek percontohan untuk warga RW 14 Kelurahan Cibeureum yang dikembangkan dari hasil temuan Pak Martoni. Kerja untuk masyarakat ini melibatkan dosen serta mahasiswa Program Studi (Prodi) Teknik Mesin, Fakultas Teknik UTama melalui kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) melakukan penelitian terhadap air keruh dan berbau di daerah tersebut dan memberi solusi satu unit instalasi penjernih air.
Pendekatan Ilmiah dan Raihan “Silver Medal”
Martoni, ST., MT., adalah dan Kaprodi Teknik Mesin D3 UTama terpanggil untuk mendapatkan solusi atas fenomena air tersebut. Tentu yang menjadi perhatian Pak Martoni sebagai akademisi adalah scientific method atau metode ilmiah yang memang menjadi pijakan dalam penelitian. Salah satu tantangan dalam inovasi ini adalah bagaimana mendapatkan kebaruan, mampu menyelesaikan masalah di masyarakat dan memiliki nilai ekonomis.
Permasalahan di atas memang perlu diselesaikan, apalagi bagi seorang akademisi. Untuk bisa lebih dipertanggungjawabkan, inovasi tersebut sudah dibuat dalam bentuk penelitian dan sudah terbit dalam publikasi jurnal dengan judul Research the effect of sarsing media compotition on filtered water quality, 2020. Kedepan, inovasi ini akan dilanjutkan dengan pengembangan berbasis standardisasi sehingga dapat diterima oleh pasar dengan standardisasi yang ditetapkan oleh pemerintah.
Inovasi dikembangkan juga di kampus dengan dukungan Rektorat dan Dekan Fakultas Teknik UTama, Pak Martoni mendesain secara sederhana alat ini yang diberi nama “SarmUT, Saringan air mesin Universitas Widyatama”.
Inovasi yang berbasis penelitian ini melewati beberapa tahap yang dilakukan oleh Pak Martoni yaitu:
SarmUT tidak berhenti sampai disitu, tapi dikembangkan lebih lanjut dengan melibatkan tim beranggotakan lima mahasiswa, yaitu Muhamad Farhan Anshari, Maxi Millian, Taufik Waliyudin, Fitra Rizkiarjo serta Faris Kusuma Alfano dibimbing Pak Martoni, ST., MT., sebagai dosen pembimbing. Lalu ikut serta dalam ajang “International Invention Competition Young Moslem Scientists” (IICYMS) tahun 2021. SarmUT meraih “Silver Medal” setelah bersaing dengan 105 tim dari 13 negara yang ambil bagian di kompetisi tersebut. IICYMS adalah kompetisi inovasi produk tingkat internasional diselenggarakan Indonesian Young Scientist Association (IYSA) dan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Bandung, pada tanggal 1- 4 Juli 2021 lalu.
Selamat Pak Martoni, semoga terus berkarya dan berinovasi. Namun perlu diingat keberhasilan tersebut memerlukan dukungan semua pemangku kepentingan, ekosistem penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, serta kebijakan yang berpihak. Inilah wujud Dosen Penggerak dan Organisasi Penggerak dalam koridor Kampus Merdeka – Merdeka Belajar. Semoga Pak Martoni dan UTama terus berkembang maju, khususnya dalam penelitian dan pengembangan yang mampu memberi solusi bagi masyarakat. (lili irahali)