Soft Skill Bentuk Karakter Mahasiswa. Gunungpangilun, Padek Peningkatan soft skill mahasiswa melalui pembinaan pada kegiatan akademis maupun nonakademis perlu dilakukan secara optimal di perguruan tinggi. Namun kenyataannya, pemberian soft skill hanya berkisar 10 persen. Sedangkan hard skill , persentasenya mencapai 90 persen. Seharusnya dibalik, soft skill 80 persen, kemampuan teknis (hard skill) 20 persen. Tuntutan masyarakat terhdap pendidikan tinggi dalam mempersiapkan mahasiswa menjadi insan yang utuh, saat ini semakin kompleks. Perguruan tinggi tidak cukup hanya mempersiapkan kemampuan hard skills , namun tuntutan terhadap perilaku personal dan interpersonal soft skills , juga harus dipersiapkan, kata Dosen Fakultas Ekonomi Unand, Dr Rahmi Fahmy saat Seminar Nasional Soft Skill Mahasiswa di aula STKIP PGRI Sumbar, Sabtu (15/12). Seminar nasional yang digelar Badan Eksekutif Mahsiswa (BEM) STKIP ini diikuti ratusan mahasiswa.
Hadir pembicara lainnya, Prof. Hana Suhenah (mantan Rektor Universitas Negeri Jakarta/UNJ). Peningkatan soft skill mhasiswa juga bertujuan untuk meningkatkan daya saing lulusan, sehingga kompetitif di tingkat nasional maupun internasional. Kami berharap setiap perguruan tinggi memberikan keterampilan kepada seluruh mahasiswa untuk meningkatkan soft skill untuk peningktan karakter lulusan, tutur Hana. Menurutnya, h ard skill , kompetensi teknis dan akademis sesuai keilmuan dan profesi. Sedangkan soft skill , kemampuan di luar kemampuan teknis, akademis dan profesional yang mengacu pada kemampuan intrapersonal yang cerdas spiritual, intelektual dan emosional. Wakil Ketua PB PGRI Pusat ini menambahkan, ada nilai-nilai yang perlu dikembangkan dalam pengajaran soft skill sehingga karakter mahasiswa berkembang. Wadah dari pengembangan ini keluarga kampus dan masyarakat.
Dalam perguruan tinggi, peran dosen akan sangat berperan untuk membentuk karakter mahasiswa. Yang nampak di luar permukaan, adalah kemampuan hard skill , sedangkan kemampuan yang berada di bawah permukaan dan memiliki porsi yang paling besar, yakni kemampuan soft skill , yang seringkali berhubungan dengan emosi manusia, ulasnya. Wakil Ketua III STKIP PGRI Sumbar, Mulyati menjelaskan, pihak kampus selama ini selalu memberikan kesempatan kepada mahasiswa dalam mengembangkan diri melalui proses intrakurikuler (proses belajar mengajar) dan ekstrakurikuler. Tak hanya mahasiswa, para dosen dan staf juga harus diasah soft skills -nya. Jika tidak, kita tak akan bisa mencetak lulusan yang berkualitas. Sementara lulusan yang dicari perusahaan saat ini, tidak hanya unggul dari prestasi akademik, namun calon karywan yang dicari perlu memiliki value added (nilai tambah), tegasnya. (san) http://padangekspres.co.id; 17/12/2012 12:12 WIB