Wawancara bersama : Perry Tristianto,
Pengusaha Bandung – Jawa Barat
Bagi orang yang bersentuhan dan berkecimpung di bidang kewirausahaan di Bandung, atau Jawa Barat, bisa dibilang mengenal Bapak yang satu ini. Perry Tristianto, seorang wirausahawan Bandung & Jawa Barat yang telah merintis berbagai usaha, dan berhasil. Dalam meraih kesuksesannya, pria lulusan Stanford College – Singapura ini selalu berupaya membuka dan menciptakan pasar. Ia tak pernah memasuki pasar. Pasalnya, keuntungan yang diperoleh dari menciptakan pasar akan lebih besar ketimbang memasuki pasar. Ia juga bisa mengubah jalanan yang semula sepi menjadi jalanan ramai. Hal ini dilakukannya demi menciptakan pasar. Perry berhasil mengubah jalan Sukajadi yang sepi menjadi ramai dengan factory outlet. Ia juga sukses menyulap kawasan Geger Kalong hingga Lembang – Bandung menjadi tempat yang ramai. Ia mampu mendirikan Kampung Bakso, Rumah Sosis, Tahu Susu Lembang, Floating Market, dan Farm House (Kompas.com). Berikut hasil petikan inti sari wawancara beliau tentang kewirausahaan.
Komunita : Kami menyoroti isu yang sedang berkembang seputar kewirausahaan (entrepreneurship) di wilayah Jawa Barat. Mengingat jumlah pengusaha termasuk UKM (Usaha Kecil Menengah) masih sekitar 3,1%, sementara terdapat beberapa kendala yang dihadapinya baik dari sisi legalitas maupun permodalan. Bagaimana pandangan bapak dalam menyikapi hal ini ?
Perry Tristianto : Menurut pendapat saya mengenai permasalahan UKM yang terjadi di Jawa Barat terlalu dimanjakan oleh berbagai fasilitas dari pemerintah, sehingga terkesan menginginkan sesuatu yang serba gratisan. Sementara, saya memandang bahwa hampir semua pelaku UKM tidak mampu menciptakan pasar yang langsung berhubungan dengan konsumen akhir (pembeli). Kebanyakan sikap para pelaku UKM selalu menitipkan produknya pada berbagai toko, seperti: supermarket yogya. Padahal seharusnya bukan dititipkan, namun langsung dijual banyak memikirkan tentang modal, akan tetapi kebanyakan berfikir bagaimana mengatur strategi agar produknya dapat terjual dengan cepat.
kepada konsumen akhir sehingga modalnya akan terus berputar. Hal inilah yang menimbulkan pretensi bahwa kaitannya dengan proses titip menitip barang, bermakna tidak ada pengusaha besar yang membantu kepada pengusaha kecil untuk terus maju. Malah pada akhirnya, para pelaku UKM besar semakin makmur akibat didorong terus oleh pengusaha kecil. Dengan melihat kondisi ini, saya menyatakan kehebatannya kepada para pedagang kaki lima yang mampu menjual produk melalui proses interaksi langsung dengan pembeli. Mereka tidak
Komunita : Apakah potensi/skill sumber daya manusia yang diperlukan oleh para wirausaha (entrepreneur) telah sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan ? (khusus bagi alumnus perguruan tinggi). Mohon penjelasannya seiring dengan semakin meningkat jumlah lulusan perguruan tinggi dari berbagai jenjang ?
Perry Tristianto : Saya pernah berbicara di forum kementerian dengan beberapa perwakilan perguruan tinggi; yakni dari medan dan ujung padang. Menurut para utusan dari perguruan tinggi tersebut menyatakan bahwa saat ini kita sedang mengalami kekurangan jumlah UKM yang berkecimpung pada bidangnya masing-masing. Sementara saya sendiri mengamati bahwa di Bandung jumlah pelaku UKM sudah sangat banyak dengan semakin maraknya para WUB (wirausaha baru) berkiprah melakukan berbagai pembinaan dan penyuluhan.
Sisi lainnya yakni telah banyak universitas berkelas, lalu memiliki nama terkenal dengan biaya relatif mahal memiliki jurusan kewirausahaan (entrepreneurship). Namun coba kita perhatikan, ternyata alumnus dari jurusan tersebut tidak mampu berkarir sebagai seorang entrepreneur sejati. Yang pada akhirnya, kebanyakan dari mereka kembali berkarir menjadi pegawai baik pada instansi pemerintah ataupun swasta. Oleh karenanya, saya menyatakan bahwa perilaku entrepreneurship itu timbul bukan dipelajari dalam bidang formal namun proses pembelajarannya berdasarkan istilah Learning by Doing , yakni suatu proses pembelajaran melalui implementasi sekaligus penerapan langsung di lapangan.
Komunita : Bagaimana cara mengimplementasikan konsep kewirausahaan dalam dunia akademis dan pelaku UKM itu sendiri ?
Perry Tristianto : Menurut saya berikan fasilitas memadai yang ada kaitan dengan bisnis melalui modal secukupnya. Sebagai contoh dibuatkan wadah inkubator bisnis yang bermodalkan kecil agar menjadi pemicu semangat dalam pengembangan potensi diri dan bakat masing-masing. Selain inkubator bisnis bisa saja diterapkan model koperasi yang memberikan modal cukup memadai sehingga akan menambah jumlah peminat dan pelaku bisnis dari kalangan akademisi. Metode yang diterapkannya biasa melalui ajang pembuatan proposal sebagai bentuk rencana bisnis guna memperoleh hasil implementasi sesuai harapan bersama. Namun dari sekian banyak proposal bisnis yang dibuat, menurut pilihan saya yaitu jenis proposal yang kesannya tidak tersusun rapih namun ide dan implementasi dilapangannya sangat bagus. Saat ini saja saya sedang membina para wirausaha mandiri yang disponsori oleh Bank Mandiri. Melalui ajang tersebut, mereka saling berlomba membuat proposal bisnis guna meraih juara sehingga pada akhirnya memperoleh modal usaha. Dari sejumlah proposal yang telah dibuat, sudah baik dan tersusun secara rapih mengenai ide rencana bisnisnya. Namun dalam implementasinya, sering dihadapkan pada berbagai kendala sehingga segala yang telah direncanakan menjadi gagal untuk diterapkan.
Hal inilah menurut kesimpulan yang saya bahwa dalam rangka memulai untuk melakukan suatu bisnis, agar diperhatikan aspek implementasinya dengan matang bukan sekedar mengejar kemenangan untuk mendapatkan modal usaha. Yang paling penting adalah bagaimana suatu bisnis dapat diwujudkan secara nyata tanpa basa basi yang berkepanjangan.
Komunita : Berkaitan dengan semakin maraknya metode pengembangan bisnis jaman sekarang yakni melalui mekanisme ‘Digital Online’ serta nuansa media sosial yang memberi warna bagi perkembangan online shop pada berbagai gerai toko. Bagaimana pandangan bapak sebagai pelaku UKM sekaligus kaitannya dengan usaha yang sedang dijalani ?
Perry Tristianto : Memang bila kita mendengar dan melihat langsung kondisi saat ini, mengenai perubahan gaya hidup konsumtif seseorang telah bergeser ke arah suasana yang relatif lebih simpel dan praktis, terutama jika dihubungkan dengan perkembangan bisnis online. Berbicara tentang perubahan berarti kebanyakan orang menanggapi dengan adanya perubahan teknologi. Saat ini beberapa perusahaan berkategori sedang dan besar, telah berusaha memenangkan persaingan melalui media online. Sementara usaha yang saya jalani hingga detik ini, masih menerapkan jalur ‘hospitality = Keramahan’. Artinya bahwa saya berpendapat untuk saat sekarang masih belum sepenuhnya efektif menggunakan media online karena sebagian pengusaha masih membutuhkan tenaga kerja terampil.
Media promosi yang saya terapkan bukan melalui online akan tetapi bagaimana membuat strategi bagi para pembeli agar mereka dilibatkan pula menjadi penjual. Bagi saya jargon hospitality itu paling penting, apalagi telah secara langsung diterapkan pada bidang pariwisata. Menurut Menteri Pariwisata, terjadinya lingkup pariwisata terdiri atas: 60% dari budaya, 35% infrastruktur dan 5% buatan manusia. Makna budaya disini bukan lagi sekedar dari adat istiadat dan tarian daerah, melainkan suatu nilai tatakrama atau sikap yang harus kita junjung tinggi dalam berinteraksi kepada sesama apalagi bila diterapkan dalam bidang bisnis.
Komunita : Apa harapan bapak terhadap banyaknya kebijakan melalui berbagai regulasi yang dikeluarkan pemerintah terhadap perkembangan UKM di Indonesia ?
Perry Tristianto : Sebenarnya berbagai jenis UKM kita sangat menarik, karena mereka mampu menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi sesama, namun masih terkendala oleh sistem pemasaran. Maka dari itu harus terus dilakukan pembinaan yang terarah sehingga akan membuka wawasan pengetahuan dari berbagai aspek keilmuan, khususnya pada bidang pemasarannya. Diharapkan para pelaku UKM tidak sekedar menunggu kucuran dana dan fasilitas pemerintah, namun tetap saja terus berusaha semaksimal mungkin mengerjakan usahanya dengan baik sesuai aturan dan kebijakan pemerintah. Regulasi yang telah dikeluarkan oleh pemerintah tentunya diputuskan dalam rangka peningkatan dan pengembangan UKM guna meraih tingkat kesejahteraan bagi masyarakat di Indonesia.
Komunita : Selama ini yang dilakukan bapak dalam mengkoordinir para UKM tentu ada saja hambatan yang terjadi. Kira-kira apa saja hambatan yang dialami oleh kebanyakan para UKM dalam meningkatkan kualitas maupun kuantitas produknya ?
Perry Tristianto : Mereka memiliki teknik tersendiri dalam berusaha, namun belum memahami tentang konsep variasi layanan dalam teknik operasional pengemasannya yang membuat pembeli menjadi tertarik. Lebih dari itu pula, layanan dan fasilitas yang nyaman, bersih dan higienis pun tentu harus diperhatikan sekali agar konsumen betah dan mau datang kembali untuk melakukan pemesanan berulang. Rata-rata hampir para pelaku UKM kita tidak memiliki konsep dalam menciptakan pasar untuk mengambil simpati dari para konsumen. Malah terkadang mereka melakukan usaha pada berbagai tempat yang dipandang kurang? layak/tidak nyaman bagi kita ataupun pemerintah setempat. Hal inilah yang membuat saya memiliki inisiatif untuk menciptakan pasar melalui berbagai strategi dan konsep yang matang dalam mengkoordinir para pelaku UKM agar mau berdagang di area yang telah tersedia berbagai fasilitas memadai, menarik dan nyaman bagi semua kalangan pembeli di manapun. Kami pun menyediakan sarana kenyamanan dan playground yang tertata rapih bagi semua pengunjung individu maupun kelompok atau keluarga berupa taman permainan, taman perkebunan, serta area menarik lainnya sehingga akan membuat pengunjung menjadi betah berada di dalamnya dan akan terus menjadi inspirasi bagi diri sendiri serta pengunjung lainnya untuk datang kembali.
Komunita : Apa yang memberikan rasa ketertarikan bapak dalam menggeluti bidang UKM, sehingga mampu memberikan kesan dibenak konsumen akan adanya nuansa warna yang berbeda dalam berbelanja ?
Perry Tristianto : Berbicara mengenai dunia entrepreneurship ini memang menarik bagi diri saya karena selalu memberikan warna keindahan tersendiri, dinamis, variatif dan berinteraksi satu dengan yang lainnya dari berbagai daerah. Sebagai contoh lokasi wisata berkuda de Ranch yang saya miliki telah memberikan suasana di alam bebas dan nyaman, sambil menikmati area berkuda bagi para pengunjung. Konsep area yang tertata rapih, enak dipandang serta terdapat area playground dan outbound ini membuat betah konsumen didalamnya. Pokoknya berbincang tentang dunia kewirausahaan ini menjadikan diri kita selalu bermanfaat bagi orang lain khususnya dalam pengembangan konsep serta atau ide gagasan? menarik dengan lebih kreatif dan inovatif.
Komunita : Terkait dengan adanya konsep market ? in apa yang menjadi alasan bapak mendirikan konsep ini bila dihubungkan dengan bisnis kewirausaan?
Perry Tristianto : Market-in ini tentu didirikan karena lahirnya WUB (wirausaha baru) dan kepanjangan dari organisasi IMA (Indonesia Marketing Association) Jabar yang pada waktu itu diketuai saya sendiri. Hingga saat ini pun keberadaan IMA masih simpang siur kepastiannya, sehingga muncul lagi organisasi baru bernamakan ICSB yang digagas pula oleh pak Hermawan. Nah, usulan dari saya agar ICSB ini dapat digabungkan dengan dewan organisasi UKM yang ada di koperasi. Untuk ketua pengurusnya bisa diambil oleh pak Duddy selaku Kepala Dinas UKM yang memiliki kewenangan di provinsi Jawa Barat. Saya memandang bahwa terlalu banyak wadah organisasi bagi UKM membuat nantinya jadi pusing sendiri dan tidak fokus. Oleh karenanya lebih baik disatukan saja agar mampu tercapai target dan tujuan utamanya sehingga dengan segera dapat diimplementasikan di masyarakat.
Komunita : Bagaimana harapan bapak terhadap para pelaku UKM bagi pengembangan dan peningkatan kualitas serta kuantitas produknya di masa mendatang ?
Perry Tristianto : Iya mereka perlu lebih banyak lagi belajar mengenai konsep pemasaran yang baik dengan diawali oleh hal-hal kecil, sehingga nantinya akan terus berkembang sedikit demi sedikit, selain itu perlu pengorbanan dan kegigihan. Selama ini para pelaku UKM telah hebat-hebat dalam menciptakan produk bagi konsumen, akan tetapi ilmu dagangnya yang masih perlu ditingkatkan agar mampu memberikan rasa kenyamanan bagi konsumen dalam berbelanja. Itulah pentingnya konsep ‘hospitality in entrepreneurship’ yang membawa suasana keramahan pada dunia kewirausahaan sehingga akan terus menjadikan inspirasi yang mendalam di benak konsumen. (Nugroho Hardiyanto)