Era Metaverse Dalam Pendidikan

0
1,791 views

Era Metaverse Dalam Pendidikan

  Metaverse secara Etimologi berasal dari kata “meta” yang artinya melampaui dan “verse” berarti alam semesta. Sehingga metaverse bisa diartikan melampaui alam semesta.

  Istilah metaverse diperkenal oleh Neal Stephenson yang menyebutkan istilah tersebut pada novelnya berjudul Snow Crash di tahun 1992. Metaverse merujuk pada dunia virtual 3D yang dihuni oleh avatar orang sungguhan.

Teknologi Virtual Reality (VR) Mulai Diterapkan di Sekolah Jakarta   Kemudian metaverse digaungkan kembali oleh Mark Zuckerberg pendiri Facebook yang mengembangkan konsep yang menggambarkan lingkungan virtual yang bisa kita masuki, bukan hanya sekedar melihat layar. Metaverse merupakan sebuah konsep rancangan dunia virtual di mana seseorang dapat membuat dan menjelajah dengan pengguna internet lainnya dalam bentuk avatar dirinya sendiriMetaverse sebagai dunia komunitas virtual tanpa akhir yang saling terhubung, di mana orang-orang dapat bekerja, bertemu, bermain dengan menggunakan headset virtual reality, kacamata augmented reality, aplikasi smartphone dan atau perangkat lainnya.

  Augmented reality (AR) adalah teknologi yang menggabungkan benda maya dua dimensi dan ataupun tiga dimensi ke dalam sebuah lingkungan nyata lalu memproyeksikan benda-benda tersebut secara realitas dalam waktu nyata. Sementara virtual reality (VR) adalah teknologi yang mampu menciptakan simulasi. Simulasi ini bisa mirip seperti dunia nyata, seperti suasana saat pengguna berjalan-jalan di sebuah tempat

  Sehingga, Metaverse merupakan sebuah rancangan yang memadukan dunia nyata dan dunia digital. Atau secara lebih luasMetaverse adalah sebuah ruang virtual yang memanfaatkan teknologi virtual reality dan augmented reality yang memungkinkan untuk setiap orang dari seluruh dunia berkumpul dan berinteraksi.(Anugrah Aji Pariris, S.Pd., M.Pd., 2022)

  

Lalu Apa Era Metaverse Dalam Pendidikan ?

  Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Statista pada 4 Februari 2022 lalu, sebanyak 52% responden menyebutkan bahwa mereka ingin masuk ke metaverse agar bisa mendapatkan pengalaman bekerja di ruang kerja virtual.

  Kegiatan yang Ingin Dilakukan Orang di Dunia Metaverse (2021)

Bekerja di ruang virtual

.

.

.

Menonton seni & hiburan

.

.

.

Investasi Kripto

.

.

.

Pendidikan/Belajar

.

.

.

Kencan Online/bersosial

.

.

.

Bermain Gim

.

.

.

Hiburan Dewasa

.

.

.

0

20

40

60

Sumber : Statista

  Di masa yang akan datang, perkembangan metaverse akan semakin pesat dan massif, dikarenakan teknologi semakin canggih dari waktu ke waktu. Juga pengembangan Metaverse oleh perusahaan-perusahaan teknologi raksasa, maka dunia pendidikan mau tidak mau harus menyiapkan diri menyambut teknologi tersebutDunia pendidikan tidak dapat menolak kemajuan teknologi. Justru wajib memanfaatkan kemajuan teknologi tersebut sebagai alat untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang positif.

  Metaverse suatu saat akan membuat guru sejarah tidak perlu membawa peserta didiknya ke museum di dunia nyata. Peserta didik cukup diajak masuk ke Metaverse yang di sana sudah tersedia museum virtual tiga dimensi. Contoh lain, dalam pelajaran geografi, guru dapat mengajak peserta didik melihat peristiwa gunung meletus, bahkan bisa juga sekaligus melakukan wawancara kepada ahli vulkanologi secara virtual. Metaverse akan menjadikan pelajaran yang sebelumnya hanya bisa dilihat dalam dua dimensi, menjadi sebuah pengalaman yang lebih nyata. Peserta didik dibawa keluar dari dimensi abstrak menuju sebuah realitas virtual.

  Metaverse mungkin suatu saat akan membuat seluruh aktivitas dalam dunia pendidikan dapat dilakukan dalam dunia virtual. Sekolah akan dibangun di dunia virtual, banyak kelas akan terdapat di dunia virtual, pembelajaran dilakukan secara virtual, bahkan administrasi sekolah juga dapat dilakukan secara virtual. Metaverse membuat kita dapat melakukan apa pun tanpa harus bertemu secara langsung. Jika hal ini terjadi, tentu menjadi sebuah disrupsi bagi dunia pendidikan masa kini.

  Metaverse memang masih merupakan ide untuk teknologi masa depan namun beberapa bagian teknologinya sudah ada dan tanggal diintegrasikan. Karena itu, dunia pendidikan perlu merespon secara tepat dan baik. Memang butuh persiapan yang matang agar tidak terbawah oleh arus teknologi yang berdampak kurang baik. Bagi dunia pendidikan, perkembangan Metaverse tidak boleh dianggap hanya sebagai ilusi.

  Kekhawatiran dunia pendidikan adalah masalah kemandirian manusia. Kemandirian pada peserta didik lebih khususnya, karena pada keadaan dua tahun pandemi Covid-19 belakangan ini semenjak perubahan sistem pendidikan dengan melaksanakan pembelajaran jarak jauh banyak masalah sosial yang timbul.

  Namun demikian, perkembangan teknologi bagaimanapun tidak bisa kita cegah. Kita hanya perlu bijak menggunakan teknologi tersebut sehingga membawa manfaat sebesar-besarnya bagi kehidupan manusia, khususnya dalam bidang pendidikan.

  Perkembangan teknologi, termasuk metaverse, hakikatnya hanyalah sebuah cara, tidak bisa dijadikan esensi kehidupan. Sekolah fisik dan semua kegiatan di dalamnya juga tidak akan digantikan oleh metaverse seutuhnya. Metaverse  hanya akan menjadi alat bagi dunia pendidikan untuk membuat pelayanan pendidikan menjadi lebih baik lagi, tanpa harus menghilangkan semua yang ada di dunia nyata. Bagaimanapun juga, pendidikan bertujuan memanusiakan manusia, bukan memvirtualkan manusia.

.

Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/tech/; https://lifestyle.kontan.co.id/; https://tekno.kompas.com/;      https://databoks.katadata.co.id/; https://ika.um.ac.id/

.