Transformasi Pendidikan Tinggi di Era Digital Dalam Konteks Global

0
1,543 views

“Catatan International Association of Universities”
Transformasi Pendidikan Tinggi di Era Digital
Dalam Konteks Global

Adalah The International Association of Universities (IAU), organisasi independen non-pemerintah, yang memiliki status konsultatif di Dewan Ekonomi dan Sosial PBB (ECOSOC). IAU didirikan tahun 1950 di bawah naungan UNESCO adalah
asosiasi global terkemuka dari lembaga dan organisasi pendidikan tinggi, yang beranggotakan lebih dari 650 anggota dari 130 negara.

IAU bertujuan memajukan pendidikan tinggi dan peran pentingnya dalam perkembangan masyarakat dunia. Fungsi IAU sebagai forum global bagi para pemimpin pendidikan tinggi untuk merefleksikan dan bersatu dalam prioritas bersama. IAU bertindak sebagai suara pendidikan tinggi UNESCO dan organisasi internasional lainnya, Asosiasi ini menawarkan berbagai layanan seperti: acara jejaring, penelitian, pelatihan, dan layanan konsultasi.

Pada 1 November 2018 hingga 1 April 2019 lalu ?International Association of Universities (IAU) melakukan Konsultasi Terbuka dengan para anggota dengan tujuan menginventarisir kondisi transformasi digital pendidikan tinggi saat ini, sekaligus akan menginformasikan pengembangan Kebijakan IAU yang baru.

Hasil konsultasi menyimpulkan beberapa hal yang menjadi sorotan. Catatan umumnya, bahwa tidak ada satu ukuran yang cocok transformasi digital dalam pendidikan tinggi. Lembaga perguruan tinggi berbeda sifat, berbeda dalam ruang lingkup dan operasi, serta dalam konteks yang sangat berbeda. Namun, kemajuan teknologi memiliki dampak di seluruh dunia pada kehidupan sehari-hari warga, pada bagaimana masyarakat berkembang, pada keterampilan dan kompetensi yang dibutuhkan untuk ambil bagian dalam masyarakat; dan yang paling penting tentang cara mengakses informasi dan pengetahuan. Meskipun transformasi terjadi dengan cara yang berbeda, pada langkah yang berbeda, dan dengan cara-cara yang berbeda, peluang secara umum adalah bahwa semua lembaga perguruan tinggi dihadapkan pertanyaan bagaimana beradaptasi dan membentuk pendidikan tinggi di dunia yang semakin digital.

Teknologi memang hanya sarana untuk mencapai tujuan, dan oleh karena itu penting untuk memperdebatkan, mempertanyakan dan menanyakan tentang tujuan transformasi digital, yang idealnya tentu untuk memajukan dan meningkatkan kualitas dan relevansi pendidikan tinggi.

Kebijakan IAU yang baru bertujuan untuk mengidentifikasi seperangkat prinsip dan nilai yang harus mendukung transformasi digital dalam mendukung tujuan keseluruhan pendidikan tinggi, dan pada saat yang sama mempertimbangkan peluang serta tantangannya. Untuk mendefinisikan prinsip-prinsip dan nilai-nilai Kebijakan Baru tersebut, penting untuk memahami keadaan transformasi saat ini, untuk memastikan hubungan yang koheren antara kondisi pendidikan tinggi saat ini dan perumusan prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang diambil dalam Pernyataan Kebijakan Baru tersebut.

Transformasi digital adalah prioritas bersama di antara lembaga perguruan tinggi, terlepas dari dan di mana lembaga-lembaga tersebut berada. Konsultasi terbuka yang telah digelar tersebut menegaskan bahwa sebagian besar responden dalam konsultasi menganggap transformasi digital sebagai prioritas tinggi (68%) untuk lembaga. Konsultasi komprehensif menegaskan bahwa ada dukungan kepemimpinan yang kuat (72%) untuk mengubah dan memanfaatkan teknologi baru. Meskipun konsultasi menunjukkan bahwa transformasi digital adalah prioritas penting disertai dengan dukungan kepemimpinan, namun demikian tidak membuat proses transformasi menjadi mudah.

Hasil konsultasi tersebut menyimpulkan beberapa kecenderungan sebagai penawaran, dan refleksi bagaimana hasil tersebut dapat menjadi prinsip-prinsip Pernyataan Kebijakan Baru IAU. Refleksi terkait Transformasi Digital Pendidikan Tinggi ?tersebut meliputi 5 (lima) dimensi sebagai berikut: Kebijakan Pendidikan Tinggi di Tingkat Nasional, Investasi Keuangan, Perubahan Teknologi versus Manusia, Ketimpangan, serta Dimensi Etika.

  • Kebijakan Pendidikan Tinggi di Tingkat Nasional

Dalam hal tata kelola nasional pendidikan tinggi, hambatan utama transformasi digital di tingkat kelembagaan adalah ‘kurangnya dukungan keuangan nasional’ yang diberikan kepada perguruan tinggi untuk berubah. Meskipun terdapat beberapa perbedaan mengenai sejauh mana kerangka kerja, kebijakan dan peraturan nasional yang dianggap kondusif untuk transformasi, ‘kerangka keuangan nasional’ dianggap sebagai kendala terpenting di semua wilayah. Namun, di Asia dan Pasifik, kebijakan, peraturan, dan sistem pendidikan tinggi nasional dianggap lebih kondusif untuk transformasi dan di Eropa kurang kondusif jika dibandingkan dengan kawasan lain.

Di luar keuangan nasional ?kerangka kerja, sistem akreditasi dan pengakuan serta jaminan kualitas dianggap kurang kondusif untuk transformasi jika dibandingkan dengan opsi lain. Terhadap inovasi tertentu yang berasal dari perkembangan teknologi dan akan menarik untuk dikaji lebih jauh ketegangan antara kebijakan dan regulasi nasional serta transformasi digital di perguruan tinggi.

  • Investasi Keuangan

Investasi keuangan kembali digarisbawahi sebagai penghalang utama menuju transformasi digital di tingkat kelembagaan. Menarik untuk dicatat, Eropa – salah satu wilayah di dunia dengan penetrasi internet tertinggi – juga merupakan wilayah dengan persentase tertinggi yang menunjukkan kurangnya investasi keuangan sebagai kendala utama untuk mengejar transformasi digital. Ini menunjukkan bahwa bukan sekadar masalah memiliki infrastruktur dasar dan kemudian dapat memanfaatkan potensi.

Sebaliknya, kecenderungannya adalah lebih banyak akses yang anda miliki ke infrastruktur dasar, semakin banyak investasi diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut potensi teknologi. Jika kecenderungan ini benar, itu merupakan prospek mengkhawatirkan bagi negara dan wilayah yang masih berjuang untuk mendapatkan infrastruktur paling dasar.

  • Perubahan Teknologi versus Manusia

Perkembangan teknologi seringkali diiringi dengan serangkaian kontras. Kontras antara potensi dan risiko, penggunaan yang tepat dan penyalahgunaan. Salah satu perbedaan menonjol adalah perbedaan antara kecepatan perkembangan teknologi dan kecepatan perubahan dalam budaya kelembagaan serta perilaku manusia. Ini dianggap sebagai penghalang terpenting kedua untuk transformasi kelembagaan. Budaya kelembagaan tidak berubah dengan kecepatan sama dengan perkembangan teknologi.

Berarti salah satu kendala utama transformasi teknologi adalah faktor manusia. Ini mengandaikan bahwa untuk memimpin transformasi yang sukses, pemangku kepentingan yang berbeda (apakah fakultas, staf, mahasiswa) harus menjadi bagian dari proses dan mengambil kepemilikan dari proses tersebut. Ada kebutuhan akan dukungan kepemimpinan yang kuat untuk transformasi, namun mereka yang peduli dengan perubahan harus dilibatkan dalam membentuk transformasi; harus mengambil bagian dalam refleksi, percakapan dan penilaian kritis dalam hal peluang dan risiko.

Kepemimpinan dapat memberikan kerangka untuk memotivasi dan memobilisasi institusi, tetapi perlu dikombinasikan dengan peningkatan kapasitas, dan secara fleksibel memasukkan inovasi yang didorong oleh fakultas dan staf dalam kaitannya dengan berbagai jenis tugas dan misi. Banyak lembaga perguruan tinggi yang mengindikasikan bahwa mereka telah membuat unit khusus di dalam institusi yang bertugas untuk menguji dan mendorong transformasi digital ke depan.

  • Ketimpangan

Sisi lain menunjukkan adanya ketidaksetaraan dalam hal akses untuk menggali potensi teknologi di perguruan tinggi, misalnya dalam hal infrastruktur internet. Ini merupakan ancaman utama bagi masyarakat masa depan, hal seperti itu menggambarkan dengan jelas perbedaan antara mereka yang memiliki akses dan yang tidak.

Tentu saja pada awalnya merupakan kunci prioritas yang harus ditangani di tingkat nasional, tetapi implikasi dari ketimpangan ini juga harus dipertimbangkan di tingkat global untuk menangkal risiko peningkatan perpecahan, dan untuk menghasilkan kolaborasi yang memungkinkan terjadinya lompatan dan peningkatan kapasitas. Penting untuk memastikan bahwa peluang baru lahir dari kemajuan teknologi tidak menyebabkan ketidaksetaraan baru atau memperburuk.

Sementara teknologi dan akses internet hanyalah alat untuk mencapai tujuan, masalah mendasar utama yang menimbulkan masalah besar bagi masa depan masyarakat adalah bahwa ‘sarana’ ini memberi manusia akses ke data, informasi dan pengetahuan. Pengetahuan adalah fundamental bagi politik, ekonomi, budaya masyarakat modern, serta pada saat sama penting bagi individu untuk mengambil keputusan terinformasi tentang hidupnya. Jadi, meskipun teknologi hanyalah alat untuk mencapai tujuan, tetapi alat yang penting untuk mengakses pengetahuan. ? Ketika teknologi tidak tersedia secara merata untuk semua, kami mengacu pada pembagian digital, tetapi masalah utamanya adalah penciptaan pembagian pengetahuan, yang menghasilkan peluang berbeda dan tidak setara untuk bertindak, mengambil bagian, dan mengembangkan masyarakat. Lembaga pendidikan tinggi merupakan jantung dari penciptaan dan penyebaran pengetahuan, oleh karena itu wajar jika pendidikan tinggi berperan aktif dalam membentuk masyarakat pengetahuan.

  • Dimensi Etika

Dalam hal pencapaian utama lembaga pendidikan tinggi dalam hal transformasi digital, yang pertama adalah pengelolaan informasi dan data secara online. Sebagian besar lembaga pendidikan tinggi, misalnya mengelola pendaftaran siswa sepenuhnya secara online dibandingkan dengan 30 tahun lalu ketika proses ini dilakukan di atas kertas. Ini adalah contoh tipikal bagaimana beberapa perubahan dilakukan untuk melakukan hal yang sama, tetapi dengan menggunakan teknologi untuk meningkatkan prosedur dan manajemen informasi.

Namun, peningkatan data digital juga menyiratkan cara-cara baru untuk menganalisis dan memanfaatkan informasi, yang mengarah pada cara baru pertanyaan etis dalam hal hak atas privasi data, transparansi dalam penggunaan informasi, serta kebutuhan menguraikan ‘kode etik’ atau kebijakan data untuk memastikan para pemangku kepentingan mengetahui tentang bagaimana data yang dikumpulkan digunakan, sehingga menciptakan lingkungan yang terpercaya, transparan, dan aman untuk pengelolaan data.

Implikasi etis dari perkembangan teknologi baru banyak ragamnya, kompleks dimana lembaga pendidikan tinggi harus berusaha bertindak sebagai ‘panutan’ di bidang ini dan merintis penggunaan data online yang positif dan transparan. Penyelidikan etis tentang perkembangan teknologi menjadi semakin penting dan harus lebih dari sebelumnya dimasukkan sebagai bagian dari kurikulum – bahkan mungkin sebagai transversal hasil pembelajaran, apa pun bidang studinya – untuk merangsang kesadaran dan pemahaman tentang implikasi perilaku di ruang digital.

Dasar untuk membangun perilaku etis dan bertanggung jawab saat menavigasi atau berkontribusi ke ruang online pendidikan tinggi juga memiliki berperan mendidik dan membina peserta didik yang bertanggung jawab untuk mendukung dan menciptakan norma serta sikap yang mendukung perilaku bertanggung jawab, tidak hanya dalam dunia fisik, tetapi juga di dunia online.

 

Kondisi Transformasi dan Kebijakan Baru IAU

Kecenderungan dalam kesimpulan tersebut menggambarkan tantangan utama yang dihadapi lembaga pendidikan tinggi dalam transformasi saat ini dan yang sedang berlangsung di area digital. Oleh karena itu semua dimensi di atas telah dimasukkan dalam Pernyataan Kebijakan IAU sebagai seperangkat prinsip, norma, dan nilai untuk dicita-citakan ketika mengejar transformasi digital.

Versi draf dibagikan kepada Anggota IAU di akhir 2019 lalu untuk menyerap komentar dan versi final akan diserahkan ke Konferensi Umum IAU pada 16 November 2020 di Dublin, Irlandia. Tujuan Pernyataan Kebijakan adalah untuk menetapkan prinsip dan nilai kami – komunitas pendidikan tinggi ? memberi adukunng bersama dalam upaya membentuk transformasi digital yang inklusif, etis, dan berbasis tujuan.

Sementara semua lembaga pendidikan tinggi diatur oleh negara dan kebijakan nasional masing-masing, di era digital, akses ke informasi melampaui batas-batas nasional, dan oleh karena itu penting memiliki platform global untuk bertukar dan membahas bagaimana teknologi baru mengubah pendidikan tinggi, bagaimana caranya memanfaatkan potensinya dalam pendidikan tinggi, dan bagaimana membangun jembatan antara lokal dan konteks global. Ini adalah ruang kolaborasi yang dibina IAU – komunitas pendidikan tinggi global untuk pertukaran berdasarkan toleransi, saling pengertian, dan keragaman – untuk membahas masalah utama yang dipertaruhkan, berbagi praktik terbaik, dan bersama-sama menangani tantangan dan menemukan cara mengembangkan cara terbaik untuk mengeksplorasi peluang.

Saatnya merevitalisasi dan memelihara rasa tanggung jawab bersama, serta mengakui bahwa kita hidup di satu dunia, di mana kita harus menanggapi kebutuhan spesifik dalam konteks lokal, namun pada saat yang sama mengakui bahwa setiap konteks secara intrinsik terhubung dengan seluruh dunia. Mari kita gunakan posisi unik lembaga pendidikan tinggi di masyarakat untuk menjadi yang terdepan dalam mengidentifikasi dan melawan risiko terkait perkembangan teknologi dan mengeksplorasi peluang untuk menciptakan masyarakat yang sehat, berkelanjutan, saling berhubungan dan berpusat pada manusia di mana semua warga negara memiliki akses sama ke pengetahuan, dan dengan demikian memiliki kemampuan mengambil keputusan yang terinformasi tentang hidup mereka.

Pengembalian investasi atas tanggung jawab bersama ini mungkin dipertanyakan, tetapi ini hanya prasyarat menjadi bagian dari teka-teki global dan berkontribusi membangun sesuatu yang bermakna, stabil, dan berkelanjutan. Sehingga semua warga negara memiliki kesempatan sama mengejar potensi mereka. Mungkin sulit mengukur secara finansial atau nyata, tetapi ini merupakan investasi jangka panjang dalam kemanusiaan, dalam masyarakat, dan kontribusi yang rendah hati pada mandat UNESCO – membangun perdamaian di benak pria dan wanita. (ed.-lee ? 021020)

Sumber: HIGHER EDUCATION IN THE DIGITAL ERA, the current state of transformation around the world, Trine Jensen, 2019, International Association of Universities