AKUNTABILITAS, TRANSPARANSI, DAN PRODUKTIVITAS KINERJA

0
7,975 views

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (Depdiknas/Pusat Bahasa 2008:33), kata akuntabel dimaknai sebagai dapat dipertanggungjawabkan dan akuntabilitas didefinisikan sebagai perihal bertanggungjawab; keadaan dapat dimintai pertanggungjawaban. Dalam perjalanan penggunaannya dalam komunikasi sehari-hari, kata akuntabilitas (yang merupakan kata jadian dari kata sifat akuntabel) memiliki makna bernuansa ganda. Satu makna bernuansa negatif, seperti yang dikandung ungkapan Anda harus akuntabel bila terjadi apa-apa pada aset perusahaan ini. Dalam ungkapan ini kata akuntabel dipergunakan dalam maknanya yang sepadan dengan yang membuat sesuatu kesalahan terjadi.
Makna yang mengandung muatan negatif lain terasa kental dalam ungkapan berikut: Manajer X diminta akuntabilitasnya atas lingkungan kerja yang telah mencelakakan bawahannya. Penggunaan kata akuntabel dan akuntabilitas dalam kedua contoh ini bernuansa negatif karena mengarah pada pertanggungjawaban yang bertautan dengan suatu pelanggaran terhadap suatu aturan.
Oleh karena itu, sesungguhnya penggunaan kata akuntabel dan akuntabilitas dalam konteks contoh ini digandengkan dengan ungkapan kalau terjadi apa-apa biang-keroknya akan ditindak (yang tidak dieksplisitkan di sini). Dalam penggunaannya di dalam organisasi-organisasi perusahaan dan yayasan yang progresif, kata akuntabel dan akuntabilitas cenderung dimaknai sebagai suatu cara pikir (mindset) yang positif.
Tak seperti yang dikesankan dalam penggunaan kata akuntabilitas dalam pengertiannya yang bernuansa negatif, kata ini tidaklah semata-mata berurusan dengan ketaatan terhadap aturan-aturan hukum dan perangkat standar industri. Jauh dari keterbatasan itu, kata akuntabilitas bertaut erat dengan tujuan organisasi dan kepercayaan publik. Akuntabilitas merupakan kunci bagi pencapaian hasil kerja organisasi karena akuntabilitas dengan segala kebiasaannya mengeksplisitkan rincian tugas dan ekspektasi capaian kinerja itu dapat membantu kita mengidentifikasi berbagai kesempatan yang ada dalam jangkauan organisasi yang bersangkutan.
Meminta pegawai bersikap akuntabel? misalnya?sesungguhnya dapat membantu yang bersangkutan memahami apa arti kepuasan mencapai sasaran kerja optimal dan apa artinya berkinerja sesuai standar. Akuntabilitas dapat berarti bisa diandalkan. Kita dapat menakar akuntabilitas dalam pengertian ini dengan mengajukan pertanyaan kepada diri-sendiri: Dapatkah orang lain mengandalkan kita untuk mengerjakan sesuatu yang kita janjikan akan kita lakukan? AKUNTABILITAS, TRANSPARANSI, DAN PRODUKTIVITAS KINERJA Agar sukses, para manajer harus menagih dirinya sendiri untuk selalu akuntabel tentang program-program yang dicanangkannya dengan cara menindaklanjuti programnya dengan rangkaian tindakan akuntabilitas.
Salah besar jika seorang manajer memulai proses dan sistem akuntabilitas, tetapi kemudian dia tidak menindaklanjutinya. Gejala semacam ini dapat disebut omdo omong doang atawa sekadar pembicaraan tanpa realisasi. Omdo adalah kegagalan.
Kegagalan ini dapat menurunkan penghargaan staf terhadap proses dan sistem akuntabilitas yang telah diinisiasi tersebut dan hal ini dapat memicu keraguan di kalangan pegawai tentang komitmen atasannya terhadap visi, misi, dan program kerjanya.
Akuntabilitas dapat juga berarti para pejabat publik, organisasi swasta dan yayasan nirlaba mampu menjelaskan tindakan-tindakannya sesuai ketentuan; dan hal ini juga berarti ada kesempatan untuk memperbaiki kekeliruan yang telah terlanjur terjadi dalam menjalankan komitmen kerja yang telah digariskan.
Dalam literatur profesional dikenal berbagai jenis akuntabilitas yang alur pertanggungjawabannya bergerak ke sedikitnya empat arah: akuntabilitas ke atas (upward accountability) yang bergerak dari pelaksana tugas ke atasannya; akuntabilitas ke bawah (downward accountability) yang berlaku bagi para manajer dalam kewajibannya melibatkan staf bawahannya dalam partisipasi?pengambilan keputusan (participatory decision-making); akuntabilitas ke dalam (inward accountability) yang berurusan dengan pertanggungjawaban dengan hati-nurani dan prinsip-prinsip profesionalitas; dan akuntabilitas ke luar (outward accountability) yang bertautan dengan menanggapi kepentingan pelanggan, pemangku kepentingan dan kepada masyarakat luas (oleh karena itu, akuntabilitas jenis ini disebut juga market dan political accountability).
atau nilai yang memandu sistem akuntabilitas juga beraneka, termasuk tuntutan
(1) kepatutan penggunaan kekuasaan/kewenangan
(2) pengerahan sumberdaya perusahaan/organisasi harus diarahkan untuk pencapaian misi dan prioritas perusahaan/organisasi
(3) pelaporan kinerja harus dilakukan secara terbuka karena akuntabilitas itu bersifat publik
(4) efektivitas dan efisiensi penggunaan sumberdaya harus dijamin dengan cara membandingkannya dengan capaian kinerja yang dihasilkan
(5) jaminan kualitas program dan layanan yang dihasilkan; dan (6) bersifat menguntungkan publik.
Akuntabilitas tidak dapat secara sertamerta terbentuk dalam suatu organisasi. Banyak yang harus dipenuhi bila kita hendak mengembangkan sistem akuntabilitas dalam suatu oraganisasi, termasuk lima persyaratan berikut. Pertama, semua staf yang ada dalam organisasi kita harus mengetahui apa yang kita lakukan.
Ini berarti kita harus terbuka dan menyempatkan diri membicarakan visi dan misi yang kita gariskan dan sasaransasaran yang kita pancangkan secara gamblang sehingga hal ini menjadi jelas bagi anggota pelaksana program dan staf pendukung yang lain. Pembicaraan ini mungkin harus dilakukan berulang-kali di berbagai tempat dan dalam berbagai kesempatan agar program ini terhayati dan terinternalisasi menjadi program pribadi semua orang.?disepakati secara kolektif.