GeNose Inovasi PT, Penghiliran dan Potensi Ekspor

0
605 views

.

GeNose

Inovasi PT, Penghiliran dan Potensi Ekspor

Sepanjang tahun 2020, semua orang di segala belahan bumi disibukkan pandemi yang terbesar selama satu abad terakhir (Gates, 2020). Pandemi Covid-19 yang disebabkan virus SARS-CoV-2 belum sepenuhnya terkendali setelah hampir setahun mendera bangsa di seluruh dunia (Looi, 2020; James & Menzies, 2020). Semua negara berupaya keras menghentikan penyebaran Covid-19, sedangkan krisis sosial-ekonomi dengan keparahan yang belum pernah kita alami selama rentang hidup mayoritas penduduk dunia telah mengancam masyarakat secara global, khususnya kelompok miskin (Buheji et al., 2020). Cara-cara menyelamatkan kehidupan manusia dari Covid-19 sekaligus harus memperhitungkan cara untuk tetap mempertahankan penghidupan.

Di tengah ketidakpastian tentang penyebaran Covid-19, para peneliti dan dosen UGM mengembangkan model-model matematik dan simulasi komputer. Tujuan pemodelan matematik penularan Covid-19 tidak sekadar memperkirakan laju penyebaran virus atau tingkat herd immunity yang dapat meminimalkan jumlah penduduk yang tertular virus, tetapi memahami bagaimana penularan virus cenderung menjadi lebih masif sebagai cluster infeksi di masyarakat yang mengakibatkan transmisi virus berlangsung lebih cepat (Khrennikov, 2020). Cluster kerumunan di supermarket, perkantoran, perhelatan, dan transmisi rumah tangga semakin sering dilaporkan sebagai bagian surveilans. Pencegahan infeksi dan pengobatan masih sangat terbuka terhadap penelitian-penelitian dasar maupun terapan.

Perlombaan dalam pengembangan produksi dan penawaran vaksin di dunia sebagai komoditas komersial telah mengetuk hati para peneliti UGM untuk terlibat dalam menghasilkan vaksin “merah-putih” yang terjangkau oleh seluruh rakyat Indonesia. Pengendalian pandemi berkejaran dengan transmisi virus yang melaju sangat cepat. Para ilmuwan UGM dengan keterbatasan sarana dan prasarana telah menghasilkan beragam inovasi. Konsensus global pengendalian laju perluasan pandemi berupa testing, tracing, dan treatment membutuhkan sarana yang tersebar di seluruh Indonesia, disertai sistem informasi yang dapat diandalkan (Miri & O’Neill, 2020).

GeNose – Inventor, dan Multi Disiplin

Inovasi para dosen Fakultas MIPA UGM (Universitas Gajah Mada) yang unik dan berpotensi mendeteksi Covid-19 secara ultra cepat telah mendapat perhatian di tingkat nasional dan internasional, yaitu pengembangan electronic nose yang dinamakan GeNose. Hembusan napas ditangkap dalam kantong yang kemudian mengalirkan senyawa volatile ke sensor elektronik dan menghasilkan gambar dengan pola sesuai dengan senyawa-senyawa yang terdeteksi. Analisis untuk mendukung keputusan apakah subjek mengidap Covid-19 atau tidak didasarkan pada sistem kecerdasan buatan (machine learning) yang dapat mengenali pola kuantitas jenis-jenis senyawa kimia volatile tersebut. Alat serupa telah diuji coba di Maastricht, Belanda, untuk skrining sebelum operasi, apakah pasien tidak terinfeksi oleh virus SARSCoV-2, dengan hasil prediksi negatif sebesar 96% (Wintjens et al., 2020).

Sementara itu, para dosen dan staf Fakultas Teknik UGM mengembangkan ventilator yang dibutuhkan pasien yang mengalami ARDS (acute respiratory distress syndrome). Ventilator yang dikembangkan meliputi jenis high end untuk ICU dan alat bantu pernapasan darurat portable dan dapat digunakan di luar ICU, dengan atau tanpa Ambu bag. Lalu, kerja sama FKG dan FT UGM telah membuahkan produk-produk perlindungan petugas kesehatan dari penularan Covid-19 yang juga dirancang menggunakan 3D printing

  Adalah Prof. Dr. Eng. Kuwat Triyana, M.Si. sosok penting di balik inovasi GeNose, alat yang bisa mengendus Covid-19 dari embusan napas penderita. Ia yakin, setiap masalah pasti ada solusinya. Karena itu, Ia terpanggil membantu mencarikan solusi untuk mendeteksi penderita Covid-19. Ia dan tim riset Universitas Gadjah Mada merancang GeNose C19 yang bisa mendeteksi Covid-19 hanya dengan embusan napas penderita. GeNose telah mendapat izin edar dari Kementerian Kesehatan pada 24 Desember 2020.
Prof. Dr. Eng. Kuwat Triyana, M.Si

Prof. Dr. Eng. Kuwat Triyana, M.Si. merupakan dosen pada Departemen Fisika FMIPA UGM sekaligus peneliti di Institute of Halal Industry and System (IHIS) UGM. Ia menekuni kajian fisika material dan instrumental sejak 2008 dan telah menghasilkan berbagai produk inovasi. Produk inovasi yang dihasilkannya antara lain masker anti polusi asap dan bakteri berbahan nanofiber. Selain itu terdapat hidung elektronik untuk deteksi cepat kontaminasi zat berbahaya dalam makanan, kedaluwarsa produk makanan, serta kehalalan produk, dan lidah elektronik untuk autentikasi halal, deteksi keaslian dan kualitas produk secara cepat, akurat, dan portabel.

Ia mengenyam pendidikan S-1 nya di UGM jurusan Fisika lulus di tahun 1991 dan langsung bekerja sebagai seismolog. Pada tahun 1995, melanjutkan studi di ITB dan lulus tahun 1997 dengan menghasilkan tesis berjudul Prototype of Pattern Recognition System in Electronic Nose based on Artificial Neural Network. Kemudian menjadi dosen di UGM. Pada tahun 2001, mengambil gelar Doktor di Kyushu University, Jepang. Kariernya sebagai Ketua Departemen Fisika FMIPA UGM, Physical Society of Indonesia, serta Materials Research Society of Indonesia.

  Paten yang diperoleh, antara lain: Metode Deteksi Gelatin Babi Dengan Hidung Elektronik, Alat dan Metode Karakterisasi Sensor Gas Berbasis Quartz Crystal Microbalance, Dehumifidier untuk meningkatkan Unjuk Kerja Sistem Pada Unit Hidung Elektronik terhadap Sampel Cairan, Metode Karakterisasi Sensor Gas NO2, serta Penghargaan Anugerah UGM Tahun 2020.

Penghiliran dan Potensi Ekspor GeNose

  Hilirisasi inovasi GeNose diharapkan dapat menekan biaya sehingga kurang dari Rp10.000,00 per test, sementara lama test hanya 80 detik. Akurasi test GeNose yang tinggi dapat menggantikan atau melengkapi pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction) di populasi.   Pada peluncuran pertama UGM secara resmi mendistribusikan 2.021 unit GeNose C19 kepada masyarakat. Rektor UGM, Prof. Panut Mulyono berharap Indonesia bisa mempercepat dan memperluas jangkauan screening Covid-19 dengan terdistribusikannya GeNose C19 ke seluruh daerah. Akselerasi penghiliran produk inovasi GeNose C19 diharapkan dapat segera membantu mengatasi permasalahan bangsa dalam pelaksanaan mitigasi dan percepatan proses penanganan pasien Covid-19 di Indonesia,” ujar Panut di Yogyakarta, 1 Maret yang lalu.
  Saat yang sama, Direktur Pengembangan Usaha dan Inkubasi UGM, Dr. Hargo Utomo mengatakankan dari 2021 unit tersebut, sebagian besar akan diserahkan kepada fasilitas kesehatan melalui distributor resmi. GeNose C19 akan diproduksi dan didistribusikan secara bertahap. Sebagian besar penerima GeNose C19 terkonsentrasi di Jawa, dan sebagian pengiriman ditujukan ke Kalimantan dan Sulawesi, jelas Hargo.

  GeNose C19 sudah diinspeksi kembali oleh Kementerian Kesehatan dan mendapatkan pengakuan cara uji klinis yang baik dari Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan. GeNose sudah layak beredar sejak diakui oleh Kementerian Kesehatan melalui pemberian izin penggunaan darurat dan yang terbaru Kementerian Perhubungan juga telah menerbitkan aturan mengenai GeNose sebagai syarat perjalanan.

  Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi pada kesempatan lain meminta pelayanan GeNose diperluas di 44 kota dalam waktu kurang dari satu bulan. Saya harap, pelayanan GeNose sudah ada di 20 kota lainnya dan bertambah lagi ke 44 kota lainnya dalam waktu kurang dari satu bulan, kata Budi Karya Sumadi, Februari lalu. Layanan tes kesehatan dengan GeNose telah tersedia banyak stasiun kereta yang menyediakan layanan tersebut.

  Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga mendorong agar penggunaan GeNose sebagai alat screening Covid-19 bisa terus diperluas. Ia menilai, jika penggunaan GeNose C19 lebih masif, akan membantu memulihkan kepercayaan masyarakat untuk beraktivitas, memberi screening dan kenyamanan. Bahkan, ia membuka peluang bahwa GeNose ke depannya bisa diekspor setelah kebutuhan di dalam negeri terpenuhi. Setelah ini tersertifikasi dan terstandarisasi mungkin bisa dijadikan potensi untuk ekspor  setelah memenuhi kebutuhan dalam negeri, ujar Jerry dalam suatu kesempatan.

  Dari perspektif perdagangan, selain bagus untuk ekspor nasional, penggunaan GeNose secara luas juga memberi kebanggaan akan produk dan inovasi nasional. Ia berujar GeNose tidak hanya buatan anak bangsa, namun inovasi dari, oleh, dan untuk rakyat Indonesia. “ini dari hulu ke hilir.” Baik juga kalau GeNose bisa diberdayakan oleh para pelaku, pedagang, UMKM, dan pelaku pasar tradisional.  

  Sementara, Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro mengatakan saat ini kapasitas produksi GeNose baru mencapai 1.000 unit per pekan. Ia juga mengatakan meyakini tim UGM sebagai penemu GeNose C19 tertarik untuk melakukan ekspor. Namun, untuk waktu dekat, harus difokuskan pemenuhan dalam negeri. Sebab akan bersinggungan langsung dengan proses pemulihan ekonomi.

.

Deden Novan Setiawan Nugraha & Lili Irahali

(Dari berbagai sumber)  

.