Wawancara Dr. Hening Widiatmoko, MA
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat
Komunita: Hampir 70% lulusan perguruan tinggi menganggur. Mohon dijelaskan terkait dengan ketenagakerjaan di wilayah Provinsi Jawa Barat?
Hening: Provinsi Jawa Barat memiliki jum- lah penduduk paling besar di Indonesia 46 juta jiwa. Sementara jumlah angkatan kerjanya sekitar 21 juta jiwa dengan di- dasarkan pada struktur yang terdiri atas penduduk, penduduk usia kerja dan bukan usia kerja. Penduduk usia kerja terbagi atas angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Contoh penduduk yang bukan angkatan kerja yakni: ibu rumah tangga, mahasiswa, para pensiunan. Kemudian golongan ang- katan kerja terbagi dua: yang bekerja dan sedang mencari pekerjaan. Jumlah yang sedang mencari pekerjaan per bulan Ok- tober 2014 mencapai 1.770.000 jiwa setara dengan tingkat pengangguran terbukanya 8,45%. Artinya, permasalahan jumlah pen- gangguran di wilayah propinsi Jawa Barat menjadi isu sentral yang harus dicarikan solusinya dengan cara yang tepat. Penum- pukan pengangguran yang paling banyak tersebar di beberapa kabupaten dan ham- pir 500.000 jiwa disumbangkan oleh empat kabupaten, diantaranya: Bandung, Bogor, Bekasi dan Cirebon. Solusi yang paling dimungkinkan yakni dengan melakukan peningkatan sektor usaha padat karya, dikarenakan rata-rata tingkat pendidikan- nya masih rendah (kebanyakan SMP ke- bawah).
Namun, ada? pula jumlah pengangguran dengan tingkat pendidikan lulusan SMA, SMK maupun Sarjana. Hal ini dapat diaki- batkan oleh sistem dan pola pendidikan yang hanya bersifat teoretis semata tanpa memperdulikan aspek-aspek praktis ?ser- ta hubungan dengan sektor usaha. Bagi lulusan perguruan tinggi terutama dari ilmu-ilmu sosial, sebaiknya diberikan pem- bekalan khusus yang berkenaan dengan persiapan sebelum dan setelah lulus.
Salah satu langkahnya yaitu melakukan penyuluhan bimbingan jabatan yang berisi penjelasan karir seputar dunia ker- ja, kecocokan minat/bakat dalam bekerja serta kiat-kiat dalam menghadapi proses seleksi, rekruitmen dan wawancara. Selain itu, alangkah lebih baik apabila setiap maha- siswa diikutsertakan dalam kegiatan seminar, training, kuliah umum, workshop, dan lainnya yang memiliki sertifikasi khusus sebagai nilai tambah bagi modal kompetensi diri pada saat berkarir di dunia kerja. Perguruan tinggi yang dapat melakukan sistematika proses pendi- dikan dan pembelajaran dengan mengkom- binasi unsur teori, praktek, bimbingan karir dan kegiatan bersertifikasi; tentunya selain akan menghasilkan lulusan berkualitas dan siap bekerja, namun menjadi ajang promosi pula kepada masyarakat luas agar menitipkan anak-anaknya pada perguruan tinggi tersebut.
Komunita: Jumlah perguruan tinggi di Jawa Barat sekitar 494 PT dengan jumlah mahasiswa sekitar 629.081 mahasiswa. Jika lulus 10 % tiap tahun diperkirakan output lulusan yang dihasilkan sekitar 62.908 calon pencari kerja lulusan PT. Bagaimana menyikapi potensi SDM dari output PT di atas agar tidak menjadi beban pengangguran?
Hening: Terdapat 4 pilar (Pemerintah, Dunia Usaha, Dunia Pendidikan dan Masyarakat) guna menunjang keberhasilan masyarakat dalam memperbaiki nasib hidupnya, maka senantiasa diharapkan dapat bersama-sama bergandengan tangan secara sinergis serta saling membantu agar dapat mengurangi beban dalam masalah pengangguran. Kita berharap semua lulusan perguruan tinggi dapat berkontribusi luas di tengah-tengah masyarakat dalam hal: menyumbangkan ide dan pemikiran, kemudian berbagi keilmuan hasil investasinya dengan tidak hanya dalam hubungan pekerjaan sebagai seorang pegawai/karyawan saja, namun mampu juga dalam melakukan wirausaha secara mandiri (en- trepreneurship).
Ketika suatu lowongan pekerjaan sulit ditembus atau dicapai, maka mengapa tidak dengan berusaha menggiring para lulusan perguruan tinggi tersebut berwirausaha sebagai solusi alternatif yang dipilih. Kita dorong memulai suatu usaha dari hal yang paling kecil terlebih dahulu hingga besar sebagaimana urutan suatu jenjang wirausaha, yakni mulai tingkat Mikro-Kecil-Menengah. Tingkatan mikro merupakan suatu rintisan memulai usaha (start-up business) bisa dilakukan mahasiswa keti- ka belum lulus, yakni dengan melakukan uji coba bisnis melalui wadah inkubator bisnis yang berada di tiap-tiap perguruan tinggi. Jika hal ini dapat diterapkan secara berkesinambungan dengan melihat bakat- bakat wirausaha muda dan didukung tim pendampingan wirausaha handal/kredibel maka tentunya akan dapat memunculkan paradigma berfikir yang baik bagi sektor dunia usaha baru. Sehingga dalam benak para lulusan perguruan tinggi tidak selalu berusaha untuk mencari pekerjaan, namun lebih dari itu yakni menciptakan lahan pekerjaan baru sebagai solusi alternatif.
Komunita: Adakah upaya membangun hubungan (link) antara lulusan perguruan tinggi dengan Dinas Tenaga Kerja provinsi Jawa Barat ?
Hening: Disnaker memiliki 2 program, yakni penyaluran tenaga kerja dan perluasan tenaga kerja. Untuk program penyaluran tenaga kerja berkaitan dengan sistem penempatan tenaga kerja baru melalui pameran-pameran bursa kerja guna memper- temukan antara orang yang sedang mencari pekerjaan (job seeker) dengan perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja. Sementara untuk perluasan kerja dimiliki oleh orang-orang yang tugasnya menciptakan pekerjaan/lahan baru (job creator) dengan berjiwa wirausaha mandiri. Contoh, Balai Latihan Ketransmigrasian & Kewirausahaan Disnaker Provinsi Jawa Barat bertugas membimbing serta mengarahkan para pelaku usaha dengan rintisan usaha barunya. Yang paling memungkinkan bagi lulusan baru suatu perguruan tinggi atau dengan istilah fresh graduate adalah dengan cara mengarahkan serta mendorongnya kepada alternatif usaha melalui wirausaha mandiri, dikarenakan keilmuan serta pola paradigmanya masih mudah untuk dibentuk/disesuaikan.
Komunita: Bagaimana memotivasi setiap elemen perguruan tinggi melalui program yang ditawarkan pemerintah, khususnya Disnaker Provinsi Jawa Barat agar dapat memberikan solusi konkret (alternatif) disamping terdapatnya juga problematika dari aspek permodalan?
Hening: Sebenarnya kami tidak berjalan sendiri, namun telah dilakukan upaya melalui mekanisme penyuluhan bimbingan jabatan, dengan melihat hasil psikotest mengenai bakat dan minat dalam memilih suatu pekerjaan berdasarkan tingkat kecenderungannya. Selain itu dari aspek permodalan, pemerintah provinsi Jawa Barat memiliki program KCR (kredit cinta rakyat) yang dititipkan melalui Bank BJB dengan besaran plafon Rp. 50 juta. Bagi masyarakat yang berminat mengajukan pendanaan untuk biaya modal, biaya operasional, dan lainnya dapat memasukkan proposalnya melalui Dinas Koperasi & UKM ?Provinsi Jawa Barat sebagai unsur koordinator teknisnya.
Komunita: Wujud konkret pada Disnaker Provinsi Jawa Barat bagi lulusan perguruan tinggi yang telah mengikuti program perluasan/ penyaluran tenaga kerja?
Hening: Program yang telah digulirkan oleh Disnaker Provinsi Jawa Barat bersifat umum untuk semua kalangan masyarakat, jadi tidak hanya secara spesifik dikhususkan bagi lulusan perguruan tinggi. Kami men- ganggap bahwa mahasiswa lulusan pergu- ruan tinggi memiliki jiwa kreasi sendiri serta sudut pandang yang lebih baik dalam hal berusaha memperoleh pekerjaan. Biasanya para lulusan perguruan tinggi jauh lebih tahu dan kreatif dalam mencari informasi yang berkenaan dengan posisi lowongan pekerjaannya. Akan tetapi, dari pihak kami pun turut membantu menyebarkan infor- masi lowongan pekerjaan melalui berbagai cara, diantaranya: pameran bursa kerja (job fair), papan pengumuman, dan lainn- ya. Mengenai hubungan kerjasama secara khusus antara pihak Disnaker Provinsi Jawa Barat dengan institusi perguruan tinggi dalam rangka penyaluran posisi lowongan pekerjaan tertentu memang belum dilaku- kan secara formal. Mengingat ruang lingk- up antara pemangku kepentingan dan ke- wenangan dibatasi oleh wilayah kerjanya masing-masing sebagaimana prinsip dari otonomi daerah.
Ketika suatu lowongan pekerjaan sulit ditembus atau dicapai, maka mengapa tidak dengan berusaha menggiring para lulusan perguruan tinggi tersebut berwirausaha sebagai solusi alternatif yang dipilih
Komunita: Bila demikian, persoalan komunikasi dan koordinasi dari sisi ketenagakerjaan dalam lingkup otonomi daerah cukup penting diperhatikan. Sejauhmana implementasinya oleh daerah-daerah sehingga persoalan ketenagakerjaan tersebut dapat diatasi dengan baik?
Hening: Sepengetahuan saya belum ada kerjasama khusus yang dilakukan antar kabupaten/daerah dengan sifat lintas wilayah. Namun jika terdapat peluang mengenai lowongan kerja pada suatu kabupaten yang lebih menarik, maka akan banyak pula di- isi oleh pegawai dari berbagai daerahnya masing-masing. Bagi wilayah kabupaten yang memiliki tingkat UMK tinggi, maka siap-siap akan didatangi oleh penduduk pencari kerja dari kabupaten tetanggan- ya dengan tidak dibatasi oleh persyaratan tertentu. Hal ini tentu saja dapat dikatakan wajar terjadi, sebab setiap orang bebas menentukan nasibnya sendiri sehingga akan menimbulkan tingkat urbanisasi antar daerah menjadi semakin meningkat. Dari sisi kependudukan, jumlah migrasi orang- orang yang datang ke wilayah Jawa Barat ternyata lebih tinggi dibandingkan arus migrasi yang keluar (in-migration dari luar provinsi Jawa Barat dengan out-migration dari provinsi Jawa Barat keluar masih de- fisit). Oleh sebab itu, Gubernur memiliki program Jabar Mengembara. Yaitu suatu program yang ditujukan kepada setiap penduduk Jawa Barat agar memiliki keingi- nan dan mau mencari peluang kerja ke berbagai wilayah provinsi lain yang berpo- tensi besar dari berbagai aspek. Program ini disebut juga dengan istilah Diaspora Jawa Barat sebagaimana telah disebutkan oleh bapak Gubernur, yang bermakna bahwa melakukan aktivitas penyebaran hingga keluar negeri untuk semua angkatan kerja dari berbagai tingkat elemen masyarakat.
Komunita: Berapa persen target yang akan dicapai untuk mensukseskan program Jabar Mengembara ini?
Hening: Untuk target dalam arti bentuk angka persentase belum begitu persis dituangkan, karena mekanisme seluruhnya masih dalam tahap perencanaan namun implementasi yang sudah berjalan yakni dalam bentuk pengiriman TKI Jawa Barat keluar negeri diarahkan terlebih dahulu melalui balai latihan kerja (sifatnya formal). Yang menjadi persoalan dasar bagi penduduk Jawa? Barat? adalah masalah dalam rangka memperbaiki mentalitas. Kebanyakan orang Jawa Barat tidak ingin mencoba melakukan per-untungan keluar. Artinya hampir penduduk Jawa Barat lebih memilih bekerja ditempat asalnya sendi- ri meskipun tingkat penghasilannya tidak begitu besar. Namun di sisi lain, ada juga beberapa orang Jawa Barat yang secara mandiri telah berhasil mencapai keinginan dalam meraih impian dan masa depan di berbagai daerah lainnya, seperti di kepu- lauan Batam. Jadi, sebenarnya penduduk Jawa Barat itu tersebar secara sporadis di berbagai wilayah Indonesia meskipun tidak terorganisir dengan baik. (Written by Abdul Rozak)