Ketua Yayasan Widyatama Sebagai Peneliti Terbaik
Baru-baru ini UTama meraih prestasi yaitu, tiga jajaran pimpinan masuk dalam 500
peneliti terbaik versi Indonesia versi Science and Technology Index (SINTA) tahun 2020. Menteri Kementrian Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) – Prof. Bambang P.S. Brodjonegoro mengumumkan pemeringkatan versi Science and Technology Index SINTA series 1 tahun 2020 tersebut bersamaan dengan pengumuman 500 peneliti terbaik di Indonesia, secara daring, Kamis 28 Mei 2020 lalu.
Pada pengumuman itu Djoko Roespinoedji mendapat skor 1823,5 (penilaian selama tiga tahun) dengan nilai Scopus h-indek 5 dan Google h-indek 5. Prof. Obsatar Sinaga – Rektor Universitas Widyatama, mendapat skor 3291,5 (penilaian selama tiga tahun) dengan nilai Scopus h-indek 8, Google h-indek 9, sedangkan Prof. Haizam mendapat skor 3559,5 (penilaian selama tiga tahun) dengan nilai Scopus h-indek 7, Google h-indek 7.
Ketiganya aktif melakukan penelitian termasuk dalam publikasi ilmiah atau prosiding di jurnal internasional. Mereka juga pernah berkolaborasi mengharumkan nama Indonesia, dengan meraih Silver Award pada event ke-10 International Conference and Exposition on Inventions by Institutions of Higher Learning (PECIPTA, tahun 2019) di Malaysia. Event tersebut diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan Malaysia, tanggal 22-23 September 2019 lalu, di Universiti Tun Hussein Onn Malaysia. Tercatat ada sekitar 700 peserta dari berbagai perguruan tinggi dan industri di Malaysia dan negara lainnya yang ikut serta pada event itu.
Djoko menjelaskan kampusnya akan terus menggelorakan pentingnya penelitian yang dipublikasikan, seperti publikasi karya ilmiah di jurnal internasional Scopus. Scopus merupakan basis data sitasi atau jurnal ilmiah yang dimiliki oleh Elsevier. Scopus mulai diperkenalkan tahun 2004 oleh Elsevier, salah satu penerbit terkemuka di dunia.
Capaian ini diharapkan bisa lebih meningkat di tahun-tahun berikutnya. Selain tentunya sebagai penyemangat bagi kami dan rekan-rekan dosen, termasuk mahasiswa UTama untuk melakukan penelitian dan penulisan karya ilmiah yang dipublikasikan. Ia akan mendukung penuh upaya civitas akademikanya menjadi kampus berbasis praktek dan penelitian. Tidak menitik beratkan pada teori, tegasnya, Sabtu, 6 Juni 2020 lalu.
Perlu diketahui selama ini kurikulum di perguruan tinggi umumnya masih mengadopsi metoda pembelajaran klasik yang lebih menitikberatkan teori ketimbang praktek. Widyatama akan meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM)nya dengan mendukung dan memberi stimulus para dosen dan mahasiswa melakukan riset dan penelitian. Saat ini tercatat sekitar 280 dosen dan belasan ribu mahasiswa.
Djoko optimis dengan rencana UTama menjadi kampus berbasis riset dalam waktu dekat akan terwujud. Hal itu tidak terlepas dari dukungan jajaran pentingnya di UTama. (HmsUTama ? 7Juni2020)