LEADERSHIP

0
1,264 views
leadership

Dari sejarah manusia kita mengenal pemimpin. Semua bangsa, masyarakat, atau institusi mempunyai pemimpin sendiri-sendiri yang masing-masing mempunyai: karisma, karakter, keberanian, kearifan dan segala atribut kepemimpinannya. Kita mengenal banyak tokoh pemimpin di bidang pemerintahan, di bidang pemerintahan, sosial politik, dan di bidang bisnis. Sampai saat kinipun pemimpin masih bermunculan .dan juga ada angapan akhir-akhir ini, kita mengalami defisit pemimpin malah cenderung mengalami krisis Leadership . Betulkah demikian ? Menjawabnya bukan hal yang mudah. Setidaknya, butuh acuan terstruktur termasuk parameter relevan.

Lalu sebenarnya Leadership itu apa dan pemimpin itu siapa ? Dari sejumlah batasan, terminology dan pandangan tentang Leadership dari berbagai sumber. Pada intinya memandang Leadership dengan penekanan lebih kepada kemampuan seseorang pemimpin untuk memberikan keteladanan, kepercayaan dan kinerja yang baik, kemampuan mengarahkan, menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi anak buah untuk mencapai tujuan, kemampuan untuk bekerjasama dan empowering. ? Disini penulis mencoba mengawali pemahaman dari berbagai batasan, terminology dan pandangan tentang Leadership dengan cara sederhana.

Dengan kesepakatan bahwa seorang pemimpin mutlak mempunyai Leadership Philosophy sebagai landasan pemimpin dalam menjawab tantangan krusial yang dihadapi organisasi. Leadership Philosophy dengan prinsip keselarasan dan kesinergian. Perilaku pemimpin yang berorientasi pada tugas berdasarkan aspek Hard skill, yaitu Leadership competency yang berdimensi fungsional, kemampuan pengetahuan (knowledge know how). Dan perilaku pemimpin berorientasi pada orang berdasarkan aspek Soft skill, yaitu Leadership competency berdimensi personality /human factor. (Komunita edisi 9/Th-4/Jan 2014; competency) ? Aspek Hard skill dan Soft skill memainkan peranan yang sama pentingnya dan harus diselaraskan dan disenergikan untuk saling mengisi agar terwujud kualitas pemimpin yang baik dan pemimpin yang efektif. Dengan Hard skill pemimpin akan memimpin dengan menggunakan logika dan ratio.

Dengan Soft skiil pemimpin akan memimpin dengan menggunakan kalbu/hati, baik memimpin orang lain (lead others) maupun memimpin diri sendiri (lead self). ? Pertama, aspek Hard skill sebagai landasan pemimpin, yang mensyaratkan kepemimpinan harus dibangun atas dasar idealisme, optimisme, realistis dan harus praktis dan membumi dalam perspektif visioner. Tanpa pemahaman akan fakta dan situasi yang berkembang, meski memiliki idealisme, seorang pemimpin tidak lebih dari dilusioner. Idealisme dimaknai sangat erat dengan situasi dan kondisi ideal masa kini dan masa depan yang akan dicapai. Tentu saja hal ini berkaitan bagaimana pemimpin menetapkan vision, corporate strategy, business strategy dan functional strategy yang akan dibangun dan yang yang akan dicapai. Tanpa idealisme, seorang pemimpin bakal kehilangan arah, tak tahu road map yang akan ditempuh.

Disamping itu, pemimpin cenderung terlena dalam persoalan rutin dan teknis yang tidak relevan dengan realitas aspirasi serta membawa yang dipimpinnya ke arah yang tidak menentu. Idealisme juqa berkaitan dengan inspirasi. Sangat logis seorang pemimpin yang idealnya adalah seorang inspirator yang memiliki gagasan-gagasan besar dan visioner. Pemimpin yang memiliki idealisme dan realisme adalah pemimpin yang visioner yang berpikir strategis dan rasional. Disamping itu juga pemimpin harus punya landasan optimisme, yang berkaitan dengan energi, semangat, kemampuan manajerial mengelola organisasi, mengelola bisnis, dan mengelola potensi sumberdaya serta kesanggupan untuk menggerakkan, menunjukkan orang-orang di sekelilingnya cara kerja orang-orang besar terhadap orang yang awam.

Sehingga pemimpin menunjukkan figur yang cakap sebagai organisator yang profesional sekaligus menjadi panutan. Seorang pemimpin yang optimis mampu memberikan harapan (a sense of hope). Disini seorang pemimpin harus berkarakter transformative leadership yang mempunyai : idealized influence, inspirational motivation, dan intellectual stimulation. Untuk itu seorang pemimpin harus berani dan mampu berpikir out the box dengan change spirit. ? Kedua, aspek Soft skill sebagai landasan pemimpin dalam memimpin, mensyaratkan adanya integrity, respect for individual, open minded dan humility. Tanpa hal ini, mustahil seorang pemimpin mau dan mampu melakukan self evaluation, self restropection terhadap kepemimpinannya. ? Integrity, berkaitan dengan seorang pemimpin menciptakan dan mengimplementasikan corporate philosophy merupakan core values sebagai basic belief untuk membangun corporate culture sebagai panduan dasar yang membentuk pola pikir, pola sikap dan pola tindak pemimpin di semua level organisasi, menjadi shared value.

Seorang pemimpin dengan sendirinya dapat menumbuhkan organization climate digambarkan sebagai attitude & behaviour anggota organisasi tentang norm, value, belief, vision organisasi yang berkaitan dengan kebijakan, aktivitas kerja. Dan praktek-praktek ini terkait dengan kepemimpinan yang menentukan attitude & behavior anggota organisasi. Pemimpin yang dibutuhkan organisasi yaitu yang dapat merefleksikan belief & values kepada anggota organisasi . ? Keyakinan anggota organisasi terhadap pemimpin atau sebaliknya akan membentuk organization climate. Dengan sendirinya, mustahil seorang pemimpin menjadi inpirator dan teladan tanpa integrity. Karena itu seorang pemimpin harus memiliki integrity tinggi sebagai jati diri yang merupakan keunggulan moral.

Dimana seorang pemimpin berketetapan hati, memiliki kepribadian yang dihormati dan dewasa tidak tercela, jujur, antusias dan bertindak berdasarkan pandangan adil dan bijaksana secara tulus yang keluar dari lubuk hati yang paling dalam. Implementasi etika dan moral pemimpin akan memberikan panduan bagi seorang pemimpin dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dengan satu hati, satu pikiran dan satu tindakan untuk memberikan result melalui proses keberanian decision making, dalam menghadapi risk dan uncertainty. Sebab, seorang pemimpin dinilai bukan karena jabatannya dia menjadi berpengaruh, melainkan punya pengaruhlah maka dia berhak jadi pemimpin. Karena pada dasarnya kursi pemimpin bukanlah pemberian orang, tetapi sebuah mandat kepercayaan.

Artinya seorang pemimpin adalah yang memimpin dengan pengaruh, bukan memimpin dengan jabatan. ? Respect for the individual mencerminkan seorang pemimpin menciptakan situasi dan kondisi saling percaya, saling menghomati, saling menguntungkan satu sama lain dan yang pada akhirnya menguntungkan organisasi itu sendiri. Open minded, dimana seorang pemimpin harus berpikiran terbuka, dapat mengelola perbedaan latar belakang, perbedaan pendapat serta perbedaan kepentingan seluruh anggota organisasi, lalu mengubahnya menjadi kelebihan, kekuatan dan peluang.

Humility mencerminkan seorang pemimpin yang penuh kerendahan hati, honesty, sopan santun, ikhlas, teladan yang menempatkan seorang pemimpin layaknya sebagai bapak (Leader as Father) dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya lebih baik dari bapaknya. Artinya seorang pemimpin harus mempunyai legacy, dimana seorang pemimpin harus melahirkan pemimpin-pemimpin bukan follower. Dengan demikian pemimpin merupakan sejarah manusia dan membuat sejarah. Dia mempunyai value dan makna yang bisa direnungkan, ditiru, dianut, dipuji, dicintai. Dia bisa dikenang untuk refleksi ke masa mendatang.

Sekarang saatnya kita melakukan refleksi, sudahkah pemimpin kita menerapkan dimensi ?dimensi leadership competency, prinsip keselarasan dan kesenergian aspek Hard skill dan Soft skill. Memang begitu kompleksnya persyaratan yang dituntut seorang pemimpin, sehingga hampir-hampir mustahil ada pemimpin yang sempurna : tidak ada gading yang tak retak, kata pepatah