LINGKUNGAN DAN DOSEN
Lingkungan Dan Dosen. Prof. Ichsan Setya Putra, Ketua Satuan Penjaminan Mutu ITB menegaskan bahwa menumbuhkan soft skill memerlukan environment yang mendukung yang terintegasi antar dosen, mahasiswa, dan seluruh elemen karyawan.
Pendidikan karakter dimulai bagaimana seseorang bisa memberikan empati (our under achievening collegues). Intinya bagaimana melatih mahasiswa untuk empati. Seharusnya Dosen memberikan team dynamics theory. Contohnya dulu ada KKN tematik (menyelesaikan masalahmasalah di masyarakat) untuk membangun rasa empati.
Pendidikan pembentukan karakter dimulai dari membangun rasa empati sehingga timbul rasa ingin membangun atau memperbaiki sesuatu yang kurang tepat yang akhirnya timbullah integritas (kejujuran) dari setiap individu. Mengenali pemahaman-pemahaman langkah supaya terintegrasi yaitu dimulai dengan yang pertama yaitu konsep, IPK (integritas prestasi dan komitmen), dirancang memasuki tahapan yaitu akademik, cokurikuler dan extrakurikuler. Perubahan perilaku mahasiwa itu tidak cukup dengan membuat SK (surat keputusan).
[box]”menumbuhkan soft skill memerlukan environment yang mendukung yang terintegasi antar dosen, mahasiswa, dan seluruh elemen karyawan”[/box]
Mengenai soft skill di ITB. ITB memiliki SK tentang harkat pendidikan yang keluar tahun 2002 dan berakhir tahun 2010 tetapi dipertegas kembali sampai saat ini. Inti dari SK ini berbunyi bahwa ITB bukan saja menyelenggarakan pendidikan keilmuan tetapi juga pendidikan kepribadian yang menjunjung tata nilai yang luhur. Meski terlihat abstrak, soft skill ternyata juga mencakup kepribadian. Ada yang kurang sampai saat ini tentang penyelengaraan SK ini dimana implementasinya masih belum terintegrasi secara penuh.
Di ITB seluruh mahasiswa baru sejak awal dibekali mengenai anti korupsi, KKN tematik, training soft skill seperti seven habits for high efective people, learning skill dan sebagainya. Tetapi payungnya masih belum cukup untuk mempersatukan semua ini sehingga saat ini sedang digarap supaya hal tersebut terlaksana. Yang paling penting yang harus ditanamkan ke mahasiswa adalah learning skill sehingga para mahasiswa mampu menjadi long and self directed learner sehingga setiap mahasiswa mampu mengenali rencana, target dan mengeksekusi targetnya tersebut dalam belajar dan mengevaluasi hasil dari kinerjanya. Baru setelah itu dapat diimplementasikan mengenai emotional intelligence. Yang belum dilaksanakan di ITB ini adalah membentuk lingkungannya sehingga hal-hal diatas dapat dicapai.
Mengimplementasikannya dengan cara melewati beberapa proses : SENSE OF URGENCY TO CHANGE, langkah pertama untuk mencapai soft skill yang baik. Kemudian the vision of change, ada orang-orang yang menggerakkan. Visi ini benar-benar perlu ditanamkan, diimplementasikan, supaya semua orang tahu, aware, sebagai tag line, agar semua orang dapat mengetahui visi dan misi yang ingin dicapai. Private victory (kemenangan pribadi) setiap individu harus mampu memilih, merencanakan dan akhirnya mengeksekusi rencana-rencana pribadi?baik itu jangka pendek, menengah atau jangka panjang seperti 20 tahun dari saat ini.
Dunia pendidikan seharusnya tidak selalu menekankan pada kompetensi keilmuan saja tetapi seperti yang dicantumkan di badan akreditasi di Amerika Serikat dimana disana juga dicantumkan kemampuan berkomunikasi dan team work, memahami etika profesi. Badan Akreditasi di Amerika memasukan soft skill di urutan tertinggi porsinya. Seperti contoh berkaitan dengan kompetensi engineer di negaranegara Eropa dan Amerika Serikat seorang insinyur harus mampu mengimplikasikan solusi-solusi tekniknya bagi masyarakat. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa soft skill (dalam hal ini empati) dicampurkan dengan keilmuan teknik guna membuat masyarakat lebih maju dengan kehadiran ilmu teknik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kompetensi yang harus dimiliki para?mahasiswa adalah bukan hanya kompetensi keilmuan yang dipelajarinya tetapi juga problem solving skill dengan langkah kenali masalah, sederhanakan masalah, buat model dari masalah tersebut kemudian diselesaikan lalu dievaluasi.
Dosen faktor kunci Dosen atau pengajar memiliki peran yang sangat besar dalam memberikan kompetensi keilmuan pada mahasiswa. Penerapan atau menerapkan setiap cabang keilmuan ke dalam soft skill atau penerapan sehari-hari dalam masyarakat sangat penting. Hal tersebutlah yang harus disadari oleh para pengajar atau dosen. Guna meningkatkan kinerja dalam mengajar hendaknya setiap dosen lebih menggali kembali ilmu atau teknik dalam proses belajar mengajar (tidak perlu terlalu mendalam seperti teori pengajaran yang ada seperti di UPI). Tetapi esensi dari prosesmengajar sehingga ilmu yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh para mahasiswa.
Dosen atau pengajar merupakan salah satu kunci kesuksesan dalam dunia pendidikan. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan supaya kinerja dosen tetap dalam standar yang tinggi, diantaranya adalah kesadaran atau integritas atau tanggung jawab yang harus dimiliki oleh para pengajar akan tugasnya, sering diadakannya workshop guna meningkatkan teknik dalam mengajar, performance review sehingga kinerja semua elemen terutama pengajar dapat terkontrol.