Penulis : Khoirul Trian
Penerbit : Gradien Mediatama
Tahun Penerbitan : Oktober 2024
Bahasa : Indonesia
Halaman : 164 halaman
Dimensi : 13 x 19 cm
ISBN : 978-602-208-379-5
Penggalan kata pengantar buku “AYAH, INI ARAHNYA KE MANA, YA ?: Anak Kecil Ini Kehilangan Jalan Pulangnya” sungguh membuat hati saya tergores kembali masa lalu di usia senjaku. Buku ditulis dari sudut pandang seorang anak yang merasa kehilangan arah setelah kepergian ayahnya. Buku ini menggambarkan perasaan kesepian dan kebingungan yang mendalam. Tanpa bimbingan dan arahan dari sang ayah, tokoh utama berjuang untuk menemukan makna dan tujuan hidupnya sendiri.
Coba pembaca simak: “Ayah, aku tahu kau tidak sungguh-sungguh melepaskan tanganmu ketika pertama kali kau ajarkanku bagaimana caranya berjalan. Aku tahu kau tidak sungguh-sungguh pergi setiap kali aku berteriak minta tolong. Aku tahu kau juga tidak sungguh-sungguh tega membiarkanku sendirian di tengah jalan, tapi Ayah, kau harus tahu sekarang jalanku sudah sangat jauh, terikan minta tolongku sudah sangat keras, hingga kini akau sendirian di tengah jalan. Kau masih ada di sini kan,Yah? Kau tetap di sampingku, kan? Tapi sayangnya, aku justru merasa kita lebih dekat di saat kau sudah tidak ada. Ayah, terima kasih sudah menyumbangkan tubuh yang kini bisa kuajak berlari kencang seperti anak panah yang lari dari busurnya. ……….Darimu semuanya berjalan begitu cepat hingga aku tidak pernah menyangka kakiku sudah sejauh ini membawaku pergi melewati semuanya satu persatu, yang dulu kukira aku akan kalah dilawan keadaan. Kalau Ayah lihat aku hari ini, sungguh kau harus tahu anak kecilmu kini sudah lebih tinggi, sudah keras sekali bertahannya. Dan dari itu semua, akun ucapkan terima kasih kepada Ayah.”
Lalu buku ini mengurai enam Chapter yang menyentuh: Ayah, Kau di Mana?; Ayah, Tolong Aku!; Ayah, Jangan Pergi, ya; Ayah, Kita Dekat, Aku Percaya Itu; Ayah, Aku Ikhlas; Kua-kuat, ya, Nak! Enam chapter yang dirancang penulis membawa pembaca melalui perjalanan emosional, mulai dari kebingungan dan kerinduan hingga penerimaan dan keikhlasan atas ketiadaan figur ayah. Chapter tersebut sangat menguras perasaan hatiku. Sungguh tak terasa kesedihan merayapi segenap sendiku. Saya membayangkan anak-anak generasi kini dan ke depan mengalami hari-hari berat mereka dengan tantangan yang begitu gencar, apakah dengan keberadaan ayah yang tidak dekat secara psikologis sosial, apalagi ketiadaan sosok ayah.
Buku ini mengisahkan hubungan antara seorang anak dan ayahnya, menggambarkan peran ayah yang sering kali tidak diungkapkan secara verbal namun ditunjukkan melalui tindakan kecil yang bermakna. Pengarang menyoroti pentingnya memahami perbedaan generasi antara orang tua dan anak, serta bagaimana perbedaan tersebut memengaruhi dinamika hubungan keluarga. Melalui narasi yang menyentuh, penulis mengajak pembaca untuk merenungkan kembali makna kehadiran ayah dalam kehidupan mereka.
Figur ayah memainkan peran penting dalam berbagai aspek perkembangan anak, baik secara emosional, sosial maupun kognitif. Ayah seringkali menjadi sumber rasa aman bagi anak. Kehadirannya memberikan dukungan emosional yang membantu anak mengembangkan self-esteem (harga diri), dan emotion regulation (pengendalian emosi). Ayah juga menjadi model peran dalam membangun hubungan sosial yang sehat. Studi menunjukkan bahwa keterlibatan ayah dalam pendidikan anak meningkatkan pencapaian akademik. Dalam pendidikan, peran ayah seringkali dianggap sebagai figur disiplin yang memberikan arahan tegas namun penuh kasih. Semisal mendorong eksplorasi intelektual, membantu anak menetapkan tujuan yang realistis dan bertanggungjawab, mengajarkan nilai-nilai kehidupan melalui pengalaman dan contoh nyata. Ketiadaan sosok ayah dapat memberikan tantangan tertentu bagi perkembangan anak.
Buku karya Khoirul Trian mengisahkan perjalanan emosional seorang anak yang kehilangan sosok ayah, yang selama ini menjadi nahkoda hidupnya, dan menjadi panutan hidupnya. Setelah kepergian sang ayah, anak tersebut merasa bingung dan kehilangan arah, seperti pelaut yang kehilangan kompas di tengah lautan. Buku ini juga menggambarkan upaya sang anak untuk menemukan kembali makna dan tujuan hidupnya tanpa bimbingan langsung dari ayahnya. Melalui enam chapter yang ditulis dengan cermat, pembaca diajak merasakan perasaan kesepian, kebingungan, hingga akhirnya mencapai penerimaan dan keikhlasan atas ketiadaan sosok ayah.
Sebuah buku novel yang menyentuh hati dan relevan bagi mereka yang pernah merasakan kehilangan atau kebingungan dalam hidup. Dengan gaya penulisan yang puitis namun lugas, Khoirul Trian berhasil menyampaikan pesan tentang pentingnya menerima kenyataan dan menemukan kekuatan untuk melanjutkan hidup meskipun tanpa kehadiran sosok yang dicintai.
Semoga bermanfaat. (l. irahali)