MENGAPA DAN APA KEWIRAUSAHAAN?
Alam konteks kesejarahan, bangsa kita dikenal memiliki kerajaan-kerajaan besar yang konon memberi kemakmuran bagi rakyatnya, semisal : Sriwijaya, Sunda/Pajajaran, Majapahit, Samudra Pasai, Ternate, Banten, Mataram yang dikenal luas bangsabangsa lain melalui perdagangan.
Objek perdagangan terutama hasil hutan atau kebun, seperti berbagai rempahrempah : lada, gaharu, cendana, pala, kemenyan, serta gambir, juga emas dan perak.
Potensi kekayaan alam nusantara tersebut mengundang kedatangan bangsa-bangsa lain. Kedatangan bangsa-bangsa lain yang ekploratif tersebut akhirnya menguasai nusantara. 385 tahun kita tenggelam dalam periode penjajahan yang akhirnya membangkitkan semangat kebangsaan dan persatuan.
Kini, hampir 68 tahun Indonesia sebagai bangsa yang telah memerdekakan diri dari penjajahan fisik Belanda maupun Jepang. Dalam usia tersebut Indonesia telah melewati dua generasi, dan memasuki generasi ketiga dalam mengisi kemerdekaan. Tetapi cita-cita menghantarkan bangsa ini bagi kesejahteraan seluruh warga bangsanya masih jauh. Data statistik terakhir memang mengatakan bahwa pertumbuhan perekonomian kita meningkat, sebaran kemiskinan semakin menurun. Tetapi capaian tersebut dibandingkan dengan populasi penduduk yang 337 juta justru belum menunjukan prestasi signifikan yang dirasakan kebanyakan warga bangsa. Pembangunan dan dampaknya masih dirasakan minim bagi sebagian besar warga bangsa. Padahal tidak ada negera sekaya dan selengkap sumber daya alam Indonesia. Kekayaan sumber daya alam berupa bahan tambang, mega biodiversity (peringkat 17 dari 139 negara), forest diversity – sebagai hutan tropis terbesar setelah Brazil.
Negeri kepulauan yang terbentang di sepanjang garis khatulistiwa, dengan luas daratan 1,9 juta km2 dan 3,1 juta km2 luas perairan beserta kekayaan lautnya. Secara budaya memiliki lebih dari 300 ragam suku dan 742 bahasa dan dialek, memiliki 8 World Heritage Cultural Sites. Sebagai negara kepulauan terbesar dan terluas, Indonesia memiliki populasi penduduk terbesar ke empat di dunia, sekitar 337 juta orang yang merupakan potensi sekaligus pasar. Bahkan Indonesia saat ini memiliki anugerah demografis ? dimana penduduk usia muda berjumlah relatif besar – yang berpotensi sebagai generasigenerasi pembelajar, generasi pembangun yang kreatif, inovatif dan berdaya tahan. Sejauhmana potensi penduduk dan kekayaan tersebut dikelola dengan baik oleh warga bangsa, negara dan pemerintah bagi kepentingan bersama. Ironi yang berlangsung sejak zaman penjajahan, bahwa nusantara sudah menjadi sumber utama dunia dalam hasil bumi dan laut. Komoditas pertanian, perkebunan, laut, dan pantai Indonesia sudah jadi pembicaraan para pebisnis dunia. Kedatangan para partikelir dari Eropa untuk berdagang, dan berujung penjajahan adalah bukti otentik catatan sejarah masa silam negeri ini.
Saat ini, Indonesia dikenal penghasil kopi terbaik di dunia. Kopi yang dihasilkan Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara, diakui kualitasnya. Tetapi Amerika Serikat melalui Starbucks merupakan perusahaan di bidang kopi terbesar di dunia yang memiliki cabang di berbagai negara termasuk Indonesia. Indonesia juga sebagai penghasil kakao terbesar ketiga di dunia, tapi bukan penghasil cokelat terkemuka. Swiss yang tidak punya lahan untuk menanam kakao menjadi produsen cokelat terkemuka. Ironi lain, industri kedirgantaraan dan kelautan sulit berkembang di negeri kepulauan ini, padahal industri tersebut dibutuhkan sebagai sarana transportasi dan logistik bagi pertumbuhan perekonomian. Industri kedirgantaraan yang dibangun serta dipelopori anak-anak bangsa bahkan sempat membawa nama bangsa di seluruh dunia di era tahun sembilan puluhan, terkerdilkan sejalan dengan krisis ekonomi tahun 1997.
Sehingga industri ini merangkak di negerinya sendiri. Tetapi kini produk pesawat terbang luar digunakan bagi transportasi domestik, sementara anak-anak bangsa tidak mendapat bagian pekerjaan desain maupun produksi dari impor pesawatpesawat tersebut. Padahal sebagai negara ke pulauan percepatan perekonomian perlu didukung sistim transportasi dan logistik nasional melalui moda transportasi yang tepat. Buahbuahan lokal dan produk pertanian tidak berkembang salah satunya akibat sistem transportasi dan logistik yang relatif kurang mendukung. Jepang tidak memiliki sumber daya alam berlebihan, tapi industri negara ini mampu memasok kebutuhan hidup bangsa-bangsa lain dalam barang elektronik, mobil dan teknologi tinggi lainnya.
Demikian pula akhir-akhir ini China, Korea Selatan, dan India semakin mengibarkan produk-produk negerinya di pasar global, yang sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi mereka. Bisnis korporasi multinasional terus menggurita di tanah air mengeplorasi potensi domestik, sementara pengusaha dan korporasi nasional belum juga memiliki satu pun produk bermerek global, kecuali terkenal sebatas pemasok komoditas primer bernilai tambah rendah. Sementara itu, negara lain memiliki wirausaha yang relatif banyak ketimbang Indonesia. Amerika Serikat, memiliki wirausaha 11,5 persen dari total penduduknya. Singapura sekitar 7,2 persen warganya adalah pengusaha. Indonesia dengan segala sumber daya alam yang dimilikinya Rubrik Utama ternyata hanya memiliki wirausaha tak lebih 0,18 persen dari total penduduknya.
Padahal secara historis dan konsensus, sebuah negara minimal harus memiliki wirausaha 2 persen dari total penduduk agar perekonomian negara berkembang maju. Kemajuan ekonomi akan dapat dicapai jika ada spirit kewirausahaan yang kuat dari warga bangsa yang didukung penuh oleh pemerintah. Karena itu wirausaha merupakan pilihan keharusan kedepan . Dengan berwirausaha tidak saja memungkinkan melakukan sesuatu sesuai keinginan melalui upaya membuka diri , meningkatkan semangat juang dan motivasi, mengoptimalkan seluruh potensi, minat dan kemampuan yang ada pada diri sendiri; juga membuka peluang bagi kesejahteraan banyak orang. Apa Kewirausahaan/Entrepreneurship ? Era global sekarang ini merupakan era kewirausahaan. Para wirausahawan mengendalikan revolusi yang mentransformasi dan memperbaharui perekonomian dunia.
Ekonomi baru telah ditandai budaya kewirausahaan yang diaplikasi ke dalam aktivitas primer maupun pendukung. Siapa yang tidak kenal wirausahawan global yang mengubah dunia seperti : Steve Jobs yang mengembangkan Apple, Howard Schultz dengan Starbuks, Jeff Bezos dengan Amazon, Herb Kelleher dengan Southwest Airlines, Reid Hoffman dengan Linkedin, Bill Gates dengan Microsoft, Sir Richard Branson dengan Virgin Group, Oprah Winfrey dengan Harpo Inc., Ted Turner dengan Turner Broadcasting, Fred Smith dengan Federal Express Corp. , Muhammad Yunus dengan Grameen Bank, Ratan Tata dengan Tata Group, Larry Page and Sergey Brin dengan Google, Phil Knight dengan Nike, Mark Zuckerberg dengan Facebook dan banyak lagi. Indonesia semakin berpacu dengan bangsa lain yang sudah lebih dulu maju. Korporasi baru dunia yang terus bermunculan dikendalikan generasi muda dengan visi bisnis yang kuat, jiwa kewirausahaan yang tangguh sebagaimana digambarkan di atas.
Pemimpin bisnis berusia muda terus bermunculan membawa perekonomian melaju lebih pesat. Dengan kekuatan modal, teknologi, dan sumber daya manusia yang dimilikinya korporasi multinasional akan terus menggunakan segala kekuatan untuk melakukan ekspansi dan pengisapan kekayaan di negara – negara tertinggal atau berkembang tempat mereka beroperasi. Sebaliknya kebangkitan wirausaha muda Indonesia terasa lambat. Sementara itu, Indonesia dihadapkan pada masih kaburnya visi serta rendahnya komitmen birokrat dan pengambil kebijakan publik tentang pentingnya membangun semangat kewirausahaan masyarakat, khususnya di kalangan generasi muda. Padahal. kewirausahaan hanya bisa bangkit manakala diberi lahan subur untuk bersemai, dipupuk, dilindungi, dan dibela kepentingannya. Mengimbangi semakin mengguritanya korporasi multinasional itu, tidak lain kecuali membangun semangat kewirausahaan di kalangan warga bangsa Indonesia seagresif mungkin sehingga lahir semakin banyak pelaku usaha, dan bertumbuhnya korporasi-korporasi nasional baru yang sehat dan tangguh.
Oleh karena itu, untuk mempercepat pertumbuhan wirausaha di dalam negeri, harus ada upaya serius untuk menciptakan orang-orang yang mampu mengambil peluang yang ada dan menciptakan lapangan kerja untuk dirinya maupun untuk orang lain. Lembaga pendidikan semestinya berperan lebih banyak lagi untuk menumbuhkan semangat ?ke wirausahaan dan membentuk orang-orang yang tahan banting dengan segala kesukaran yang dihadapi untuk membangun kemandirian. Tanpa semua itu, Indonesia hanya akan menjadi pasar yang besar bagi produk bangsa dan korporasi asing. Kekayaan berupa potensi sumber daya alam akan lebih banyak dinikmati bangsa lain, sementara bangsa Indonesia cukup puas mengonsumsi karya bangsa lain. Dan semua itu bisa menjadi tinggal kenangan di tengah arus kapitalisme global yang mengutamakan keunggulan modal , teknologi , dan inovasi manus ianya, yang kini menjadi kelemahan bangsa ini.
Jadi , apa sesungguhnya kewirausahaan? Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto , M . P d . dalam konsep kewirausahaan menguraikan sebagai berikut. Kewirausahaan/Entrepreneurship merupakan esensi dari usaha bebas simetrik dan a-simetrik karena penciptaan dan kelahiran bisnis baru dalam industri yang telah ada dan industri baru yang memberi vitalitas bagi ekonomi pasar. Dikatakannya, secara harfiah penggalan kata usaha dalam istilah kewirausahaan lebih berkonotasi effort atau upaya, bukan sekedar konotasi bisnis belaka. Karena itu, jiwa dan semangat kewirausahaan tidak hanya harus dimiliki oleh para pengusaha (business-man), melainkan sangat perlu dimiliki oleh profesi dan peran apa saja dalam berbagai fungsi yang berbeda. Apakah profesi guru / dosen , murid/mahasiswa, dokter, tentara, polisi, dan sebagainya.