Ga pernah ada bosennya kalo bahas tentang kopi dan coffee shop, kenapa ya? Hehehhe mungkin memang udah jadi kebiasan dan hobi hunting mencari sesuatu yang baru. Beberapa bulan kemarin saya sempat pergi ke lakarta untuk sengaja mendatangi beberapa Coffee shop yang ada disana. Selain untuk kepentingan diri sendiri saya lebih ingin tau bagaimana bedanya lifestyle ngopi ala orang Bandung dan Jakarta.
Kita bahas dulu yuuu apa sih yg namanya lifestyle itu
Menurut Wikipedia Gaya Hidup (Bahasa Inggris: lifestyle) adalah bagian dari kebutuhan sekunder manusia yang bisa berubah bergantung zaman atau keinginan seseorang untuk mengubah gaya hidupnya. Istilah gaya hidup pada awalnya dibuat oleh psikolog Austria, Alfred Adler, pada tahun 1929. Pengertiannya yang lebih luas, sebagaimana dipahami pada hari ini, mulai digunakan sejak 1961. (sumber : www.wikipedia.com)
Gaya hidup menurut Kotler (2002, p.192) adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup menggambarkanseluruh pola seseorang dalam bera ksi dan berinteraksi di dunia. Secara umum dapat diartikan sebagai suatu gaya hidup yang dikenali dengan bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang pikirkan tentang diri sendiri dan dunia di sekitar (opini). Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya. (sumber: https://tirto.id/)
Lalu apakah sekarang kegiatan ngopi di coffee shop jadi gaya hidup masyarakat kita?
Jawabannya tentu iya, dengan menjamurnya beragam coffee shop di Indonesia itu menandakan bahwa konsumsi penikmat kopi sekarang bertambah dan bahkan mulai bergeser kepada kebutuhan. Dari yang awalnya cuma mencari kopi dengan tempat yang punya koneksi wi-fi kenceng, beralih ke mencari tempat ngopi dengan kualitas kopi yang bagus.
Di Jakarta sendiri menurut Head of Marketing PT Toffin Indonesia, Ario Fajar, sejak dua hingga tiga tahun belakangan ini pertumbuhan kedai kopi terus meningkat. Sedikitnya 10 persen tiap tahun di kota-kota besar. Di Jakarta dan sekitarnya saja kini diperkirakan ada 1.500 kedai kopi.
Kemarin saya sempat berkunjung ke beberapa coffee shop di Jakarta , yuk kita lihat apa saja yang saya dapat disana.
- Kedai Kopi Harapan Djaya, Panglima Polim Jakarta Selatan.
Terletak di Jalan Panglima Polim V No. 36, Jakarta Selatan. Sebuah coffee shop yang lebih dikenal dengan kedai ini menghadirkan suasana hangat dan keakraban diantara para barista dan semua customer yang datang. Berjajar dideretan ruko dan dikelilingi oleh beberapa coffee shop lainnya tidak menjadikan Harapan Djaya sepi pengunjung. Saya berada disana sekitar 1 jam dan bisa melihat banyak sekali customer yang datang, mulai dari customer yang sudah menjadi langganan setiap pagi maupun customer walk in yang memang baru pertama kali datang kesana.
Sempat berjumpa dengan salah satu ownernya, Harapan Djaya memiliki 1 keunikan yang menjadi andalan mereka yaitu kita bisa merefil Kopi hitam secara gratis jika minum disana. Suasana kekeluargaan yang sangat kental tercipta saat kita masuk , bangku-bangku dan meja di desain saling berdekatan agar sesama customerbisa saling berbincang.
- Kopi Lima detik, Panglima Polim Jakarta Selatan
Masih di daerah panglima polim, ada 1 coffee shop baru yang diberi nama Kopi Lima Detik. Design interior yang eye catching dengan dominan warna hijau terang membuat lokasinya mudandikenali. Suasana dingin hadir ditengah-tengah coffeeshopini, guratan wama hijau dan putih membuat suasana ngopi semakin nyaman dan nikmat.
- Giyanti Coffee and Roastery, Jakarta Pusat
Kental dengan nuansa vintage menjadi satu dri khas dari coffee shop yang terletak di jalan Surabaya No. 20 Menteng. Pintu masuk an bergaya nua nsa Bali modernandicat warna biru metallic dan pink metallic seolah mengatakan bahwadidalam sana ada seduhan kopi nikmat.
Coffeshop ini cukup unik, selain jam operasionalnya sangat pendek yaitu dari jam 09.30-18.00 anak sekolah yang menggunakan seragam sekolah juga dilarang masuk loh.
Saya belum sempat bertanya tentang hal itu, karena semua waiterss dan barista nampak sibuk dan hampir semua bangku terisi oleh customer. Setiap sudut bener-bener ngerasa seperti lagi di Bali.
Saya sempet memesan beberapa minuman diantaranya Hot cappuccino dan ice Caramel latte. Yang unik adalah ice caramel latte yang saya minum, kalo di coffee shop lainnya caramel yang dicampurkan merupakan sirup perisa coromel, namum Giyanti menyajikan coromel mumi yang dibuat sendri dengan cita rasa tidak terlalu manis namum lembut dan sangat creamy. Sangat cocok untuk orang yang tidak terlalu suka rasa kopi yang terlalu pekat.
Di Jakarta sendiri coffee shop lebih ra mai di pagi hari, tepatnya disaat orang pergi ke kantor, secangkir kopi untuk mood di hari ini (begitulah selogan kerennya anak jaman sekarang, hihihih). Ambience yang diciptakan juga tidak sebegitu hebohnya dibandingcoffee shop di Bandung, sederhana dan minimalis, kebanyakan konsep itulah yg diusung para pengusaha coffee shop di Jakarta.