Pendidikan, Kreativitas, dan Bahasa Rupa Dalam Peningkatan Kemajuan Bangsa

0
2,004 views
Pendidikan, Kreativitas, dan Bahasa Rupa Dalam Peningkatan Kemajuan Bangsa

Prof. Primadi Tabrani

Komunita : Bagaimana pandangan bapak mengenai hakekat dari tujuan pendidikan ?

Prof. Primadi : Berdasarkan pengalaman dan inisiatif yang saya lakukan bersama dengan rekan-rekan dalam pengembangan pendidikan, sebenarnya telah mengarah pada pendidikan alternatif yakni proses belajar menuju kreatifitas. Jika makna pendidikan yang dilakukan oleh negara-negara barat lebih kepada proses perubahan maka di Indonesia muncul
pemahaman bahwa pendidikan merupakan proses kreasi. Oleh sebabnya mulai dari jenjang manapun –
dari tingkat PAUD hingga Perguruan Tinggi, pendidikan bukan sekedar proses transfer knowledge dan
menghafal melainkan dituntut agar dapat melakukan hal-hal yang bersifat kreatif. Pada masa sekarang,
suatu spesialisasi keilmuan kurang bermanfaat karena perkembangan penemuan-penemuan terbaru dalam
bidang teknologi sangat cepat. Oleh karenanya jika kita terus melanjutkan akan berkarat (tidak berguna
ilmunya) dan tidak mengalami perubahan yang berarti. Dampaknya pada semakin tingginya angka
pengangguran. Dengan demikian harus digaris bawahi bahwa :Proses belajar (pendidikan) merupakan proses
kreasi untuk menciptakan sesuatu hal yang unik dan baru berkenaan dengan keilmuan yang ditekuninya?

Komunita : Mutu SDM kita dibanding dengan negara tetangga semakin jauh tertinggal. Sejauh mana hal ini
terkait dengan kecenderungan pola pendidikan kita ?

Prof. Primadi : Menghadapi semua kesulitan yang terjadi (red: mutu SDM tertinggal), maka kita tetap harus bersikukuh bahwa pendidikan seharusnya merupakan proses kreasi. Dalam artian jika suatu waktu keadaan menjadi semakin baik maka Indonesia akan berada di tingkat atas. Kunci untuk memperoleh ke-kreatifitasan sangat mudah dan simpel, tergantung dari adanya kemauan guna mencapai atau mendapatkan hasil yang kreatif tersebut. Saat ini, bangsa kita lebih cenderung
meniru-niru hasil karya orang lain. Contohnya: mulai dari musik (Indonesian idol) ? hingga sektor pendidikan, banyak sekali yang menjiplak (plagiat) hasil penelitian atau penemuan karya bangsa lain. Padahal pendidikan yang diterapkan di barat semula memang bersifat rasional, kemudian makin mengalami perubahan ke arah kreatifitas sehingga lebih maju berkali lipat
dibandingkan bangsa kita. Indonesia selalu terlambat 20 tahun dibandingkan dengan pola pendidikan barat, jika di barat saat ini sudah berfikir secara kreatif. Justru Indonesia masih saja menggunakan pola lama yang bersifat rasional, yang sesungguhnya mulai ditinggalkan. Inilah yang menyebabkan tertinggalnya mutu pendidikan yang selama ini diterapkan. Padahal hakekat citra manusia memiliki tiga kemampuan utama, yaitu : kemampuan fisik, kemampuann kreatif, dan
kemampuan rasio. Bedanya hanya perimbangan pada setiap manusia (lihat Limas Citra Manusia, Primadi, 2000)

Komunita : Bukankah proses peniruan dapat pula mendorong terjadinya kreatifitas ?

Prof. Primadi : Memang peniruan juga harus dilihat dari segi yang positif. Contohnya anak kecil yang sedang meniru dalam menyanyikan lagu orang lain ? pada akhirnya dapat pula merubah (lagu tersebut) sedemikian rupa sehingga hasil menirunya pun tidak sama persis. Hal ini berbeda dengan orang dewasa yang hampir serupa pada saat melakukan tiruannya, contoh: di bidang keilmuan barat. Oleh karenanya jika proses belajar kita ingin berhasil, maka pola pendidikan sejak usia kecil hingga dewasa diharuskan senantiasa mengalami perubahan ke arah kreatifitas sehingga memungkinkan kita untuk maju dengan melompat (Quantum Learning).

Komunita : Bagaimana mendorong otoritas dan komunitas pendidikan mewujudkan pola pendidikan ke arah kreatifitas ?

Prof. Primadi : Berdasarkan pengalaman saya dalam berbagai hal (red: pendidikan), saat ini telah nampak adanya perubahan melalui pemberdayaan masyarakat umum. Sebagian masyarakat mulai berinisiatif melakukan proses kreasi di bidang pendidikan tanpa harus menunggu anjuran dari pemerintah mengenai aturan dan lainnya, sebab pemerintah inginnya selalu
berada dalam kondisi aman (save). Melihat jenjang pendidikan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), sebenarnya Indonesia belum memiliki. Beberapa orang dikirim ke Amerika untuk mendalami pola pendidikan PAUD ? setelah itu mereka melatih guruguru Indonesia. Pola pembelajaran PAUD yang terjadi di Amerika sangat berbeda dengan di Indonesia, hal ini tentunya akan berdampak pada sistem, metode dan penerapan yang diajarkan kepada putera-puteri kita. Jangan sampai anak-anak kita dididik dengan mengikuti pola barat yang notabene sangat berbeda karakteristik dan budayanya. Karenanya, pendidikan
tradisional yang telah mengakar di Indonesia sebaiknya mulai dikembangkan lagi karena masing-masing daerah memiliki ciri khas tersendiri, jangan sampai mengambil kurikulum dari barat yang sudah baku. Penelitian dalam bidang pendidikan yang menitikberatkan pada kearifan lokal budaya daerah setempat sebenarnya telah banyak dihasilkan dan bisa tumbuh, namun sedikit sekali orang-orang yang mau menerapkannya.

Prof. Primadi
Prof. Primadi

Komunita : Konsep bapak mengenai potensi manusia yang pada dasarnya ada 3, yaitu: fisik, rasio dan kreatifitas ?

Prof. Primadi : Menurut saya potensi manusia bisa lebih dari itu, namun kesemua aspek harus berjalan secara seimbang karena sama-sama penting. Contohnya: manusia lahir dengan terlihat fisiknya, kemudian pada waktu kecil tumbuh berkembang kearah kreatifitas dan setelah menginjak remaja mulai berfikir dengan rasionya. Potensi tambahan lainnya yg dimiliki manusia yakni: ada imajinasi, perasaan dan gerak ? yang hingga saat ini belum dimanfaatkan secara optimal dalam
dunia pendidikan, karena efek pencitraan pendidikan barat yang masih kental. Jika kita lebih mementingkan pada rasio, maka otak akan menjadi supervisor karena proses otak kiri yang lebih dominan daripada otak kanan. Padahal keseluruhan potensi manusia secara integral harus diberdayakan dengan baik.

Komunita : Jadi, apakah pendidikan itu pada intinya diharuskan mendorong pemikiran anak supaya berkembang menjadi kreatif ?
Prof. Primadi : Iya, benar sekali hal tersebut ? oleh karenanya marilah kita mulai dari apa-apa yang kita miliki, menjadikan alternatif pendidikan sejak dini dengan memberikan gambaran tentang suatu hal yang bersifat cerita; bukan mengenai keindahan semata. Sebenarnya anak kecil yang memiliki kemampuan dalam hal menceritakan ide-nya melalui gambar
merupakan suatu anugerah dari Tuhan, sehingga tugas para guru adalah hanya memberikan motivasi supaya anugerah Tuhan ini dapat berkembang. Saat ini di Indonesia betapa sulitnya memberikan ide perubahan dalam bidang pendidikan. Oleh karenanya jika kita tidak mampu merubah melalui saluran resmi, maka jalan yang ditempuh dengan bergerilya secara mandiri;
dengan harapan suatu waktu ketika pemerintah sadar, kita siap segalanya.

Komunita : Bagaimana kita dapat melakukan lompatan dalam bidang pendidikan ?
Prof. Primadi : Jika bangsa Indonesia mau melakukannya dengan sungguh-sungguh maka kita dapat melakukan lompatan yang berarti, akan tetapi kebanyakan tidak maunya. Contohnya: jika kita membahas mengenai 2 dimensi ? kebanyakan
masih menggunakan 2 dimensinya Newton = Panjang dan Lebar tanpa dimensi waktu. Sedangkan kalau 2 dimensinya Enstein menggunakan = Panjang, lebar, dan waktu. Nah hingga saat ini, bangsa kita masih menggunakan Newton yang notabene sudah lebih lama jamannya dibandingkan dengan Enstein. Oleh karena itu bangsa kita selalu lambat dalam memaknai suatu
ilmu ? maka hal inilah yang seharusnya mendapat perhatian serius dan penting oleh pemerintah, jika kita ingin maju dan survive.

Komunita : Setelah kita memahami arti penting suatu kreatifitas dalam dunia pendidikan, maka bagaimana
hal ini jika dikaitkan dengan Bahasa Rupa ?
Prof. Primadi : Sejak jaman dahulu, manusia prasejarah mulai bertutur dan menggambar (dua anugerah utama dari Tuhan). Proses menggambar adalah anugerah yang memungkinkan manusia dapat mengembangkan banyak sekali ilmu. Contohnya :
gambar anak dan prasejarah yang telah menggunakan dimensi waktu (ruang dan waktu tidak dapat dipisahkan sebagaimana pernyataan Enstein). Oleh karena itu proses penggambaran yang terjadi pada jaman tersebut merupakan cikal bakal terjadinya ilmu fisika, matematika, dll. Contoh lainnya adalah Candi Borobudur, dimana relief gambarnya terdiri atas empat paragraf tersebar di tiga halaman yang kemudian dilebur menjadi satu panel. Candi Borobudur jika dilihat pada relief gambar sayembara memanah, maka banyak berpendapat bahwa Budha adalah yang sedang melakukan panah padahal ada satu orang penting berada dibawah payung, kemudian mengira orang tersebut adalah Budha. Hal ini diperkirakan bahwa ada kemungkinan orang yang memahat Borobudur bisa lebih dari satu karena masing-masing berada dalam dimensi tempat dan waktu yang berbeda. Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa relief gambar prosesi sayembara memanah di Candi Borobudur
terdiri atas sejumlah adegan (sekuens). Anugerah yang diberikan Tuhan melalui gambar-gambar tersebut sungguh luar biasa sehingga dari gambar tersebut maka berkembang menjadi suatu ilmu pengetahuan.

Komunita : Proses kreatifitas dalam dunia pendidikan sangat penting untuk dikembangkan, namun bagaimana
hasil dari pendidikan masih belum melahirkan orang orang yang berbudi pekerti baik ?
Prof. Primadi : Bila kita perhatikan sejumlah tayangan televisi, hampir semua program acaranya banyak meniru dari bangsa barat; contohnya yaitu: Indonesian Idol, Fear factor dan acara reality show lainnya yang memberikan efek pencitraan bagi generasi muda. Begitulah keadaan bangsa kita, yang menginginkan segala sesuatunya dengan mudah (instant) ? tanpa
adanya suatu perjuangan/pengorbanan terlebih dahulu. Seharusnya kan sebagaimana pepatah mengatakan bahwa Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Orang-orang yang melakukan tindakan sesuai dengan pepatah tersebut sangat sedikit, hal ini tergantung dari adanya kesadaran dan kemauan dari sejumlah elemen masyarakat yang menginginkan perubahan. Saya selalu mengatakan dalam berbagai kesempatan bahwa jika kita ingin merubah bangsa Indonesia maka tempuhlah dengan pendidikan yang kreatif oleh karenanya saya sangat senang jika dalam dunia pendidikan dapat melahirkan orang-orang kreatif serta berbudi baik (minimal 10% aja ? akan mampu merubah Indonesia menjadi lebih baik di masa mendatang).

Komunita : Pandangan bapak mengenai kurikulum pendidikan dasar yang menggabungkan antara unsur teori dan aplikasinya di luar kelas, contohnya sekolah alam ?
Prof. Primadi : Pendidikan seharusnya dilakukan secara totalitas, termasuk pendidikan alam karena kita semua merupakan bagian dari alam baik di daratan maupun lautan. Pendidikan juga diharuskan mengedepankan unsur budaya dan adat istiadat dari wilayah setempat sehingga kita dapat memahami secara benar segala ilmu yang dibutuhkan bagi pengembangan daerahnya masing-masing ? nah inilah yang disebut sebagai local content. Jadi kita mampu belajar menghargai alam, kemudian bersinergi dengan alam sehingga nantinya akan mengetahui bahwa diri kita adalah bagian dari alam (bukan penguasa alam). Begitulah pendidikan yang diharapkan oleh bangsa ini mulai dari dasar hingga perguruan tinggi agar diri kita tidak merasa sombong dan berbuat kerusakan di muka bumi.

Komunita : Apakah bapak yakin bahwa ke depan dunia pendidikan di Indonesia akan mengalami perubahan yang berarti ?
Prof. Primadi : Mau tidak mau kita harus tetap optimis ? untuk dapat melakukan perubahannya. Jadi serendah apapun kualitas pendidikan kita sekarang ini, kita harus memiliki keyakinan bahwa suatu waktu akan mengalami kemajuan dan bangkit dari segalanya. Hal inilah yang sebaiknya ditanamkan dalam diri setiap generasi muda agar mereka memiliki kemauan dan niat baik dalam memajukan dunia pendidikan di Indonesia. (Ar-Lee)