“Pala Indonesia menjadi kebutuhan terbesar dunia bersama India dan Guatemala”
Pala (Myristica fragrans) adalah satu komoditas perkebunan yang memiliki potensi besar dalam menghasilkan devisa Negara melalui ekspor. Ekspor biji pala Indoesia selama periode 2012 – 2019 rata-rata total senilai 44,46 juta USD. Pala merupakan tanam asli Indonesia yang berasaal dari Maluku dan kepulauan Banda. Sentra produksi pala Indonesia kini di provinsi Aceh – 20,36%, Sulawesi Utara – 18,89%, Maluku Utara – 18,28%, Papua Barat – 16,29%, dan Maluku – 13,57% (Hafif, 2021), dan Jawa Barat. Baru di penghujung bulan Januari 2022, Bea Cukai Ambon mengawal ekspor komoditas perkebunan Maluku, yakni biji pala dan puli ke Eropa. Ekspor ke Rotterdam, Belanda menyumbang pemasukan negara sebesar 126.702,8 USD. Bahkan, data menyebutkan Indonesia saat ini memasok sekitar 60 persen dari total kebutuhan pasar dunia setiap tahunnya.
Buah Pala adalah tumbuhan asli dari kepulauan Banda, Maluku. Sebagai rempah-rempah dengan nilai yang tinggi, buah, fuli (salut biji), dan biji pala telah menjadi komoditas perdagangan yang penting sejak masa Romawi. Buah pala Banda juga dikenal sebagai katalisator dari berbagai sejarah di Nusantara maupun di dunia.
Buah pala berbentuk lonjong seperti lemon, berwarna kuning, berdaging dan beraroma khas karena mengandung minyak atsiri pada daging buahnya. Ketika sudah masak, kulit dan daging buah membuka, dan akan terlihat biji berwarna coklat yang terbungkus fuli merah. Dalam kuliner Indonesia, pala digunakan dalam berbagai resep, terutama untuk masakan berkuah seperti beberapa soto, konro, sup buntut, sup iga, bakso, dan sup kambing. Pala juga digunakan dalam saus untuk hidangan yang berasal dari Eropa seperti bistik, semur, rolade, bistik lidah, juga menjadi garnish dalam berbagai jenis cocktail.
Dalam makanan lebih umum menggunakan bunga pala sebagai bahan masakan. Bunga pala biasanya berharga lebih murah daripada pala yang dianggap lebih tajam rasanya. Maka dari itu pala lebih mudah dijual dalam jumlah sedikit. Pada abad ke-16 dan 17, orang-orang Perancis akan membawa parutan pala ke pesta makan malam dan memarut biji pala untuk makanan yang akan mereka nikmati. Namun selera orang-orang Perancis terhadap pala dalam abad-abad berikutnya menurun dan sekarang dalam kuliner Perancis, pala biasa digunakan hanya untuk saus dasar putih seperti bechamel.
Orang-orang Belanda yang paling lama mengenal pala, paling banyak mencampurkan pala pada makanan mereka. Pala juga populer di Quebec, provinsi di Kanada yang punya budaya gastronomi yang baik. Rempah juga populer di daerah-daerah yang punya pengaruh dari Moor. Di Inggris, pala jadi penting bagi makanan berempah, khususnya saat Natal. Mulai dari tar kustar hingga puding Inggris yang terkenal. Biasanya pala digabungkan dengan penggunaan kayu manis. Seringkali ada juga orang-orang yang mencampurkan sedikit pala sebagai topping untuk minuman cokelat panas dan cappuccino mereka.
Sejarah
Pada abad ke-6 Masehi, pala menyebar ke India, kemudian ke Konstantinopel, dan menjadi mitos di belahan bumi lain. Lalu pada abad ke-13, para pedagang Arab telah menyimpulkan dengan tepat asal-usul rempah pala berada di belahan timur pulau-pulau Nusantara. Akan tetapi mereka merahasiakan lokasi ini dari para pedagang Eropa. Baru ketika Portugis mendatangi Asia Tenggara pedagang-pedagang Eropa mendapatkan lokasi utama pala berasal.
Sejarah pala bisa ditelusuri jauh hingga abad ke-6. Pala mencapai Byzantium yang berjarak sekitar 12.000 kilometer dari Banda. Sekitar tahun 1.000 Masehi, Ibnu Sina mendeskripsikan pala sebagai ‘jansi ban’ atau biji Banda. Masyarakat Arab kala itu menggunakan pala sebagai barang barter, akhirnya membawa pala ke Venesia, Italia dijadikan perasa makanan para bangsawan Eropa. Saat itu pala benar-benar mahal.
Pada abad ke-14 di Jerman, harga satu pon atau sekitar setengah kilogram pala bisa dihargai sama dengan tujuh ekor lembu yang gemuk. Perburuan pala bisa dikatakan telah membantu pembangunan dunia modern komersial. Pada 1453, bangsa Turki Ottoman menaklukan Konstantinopel yang sekarang jadi Istanbul, Turki. Hal tersebut berdampak pada embargo perdagangan di sepanjang tempat yang mereka lalui, sehingga banyak pedagang akhirnya menghindari monopoli rempah. Monopoli tersebut dilakukan bangsa Arab dan Venesia, memaksa orang Eropa untuk menemukan rute perdagangan baru di timur.
Colombus berlayar melalui Samudera Atlantik mencari jalan melewati India. Sementara Vasco da Gama mengitari Tanjung Harapan pada 1497, anak buahnya menyerang lewat pantai Kerala dan meneriakkan, ‘Untuk Kristus dan rempah!’ Afonso de Albuquerque, jenius militer bangsa Portugis pun masuk ke Malaka dan Banda pada 1511. Benteng yang ia bangun di sana kemudian mengkonsolidasikan monopoli bangsa Portugis terhadap jalur perdagangan pala di dunia yang bertahan hingga satu abad lamanya.
Pala menjadi rempah yang sangat diperebutkan banyak bangsa. Dutch East India Company (VOC) berhasil menguasai Banda pada awal 1600-an. Mereka pun memperbudak masyarakat asli Banda. Pulau Run, pulau paling kecil di Banda menjadi korban paling tersiksa dalam perebutan pala. Berdasarkan informasi yang dihimpun dari pameran bertajuk “Banda, Warisan untuk Indonesia”, pada tahun 1605 Belanda datang untuk menyingkirkan Portugis setelah mereka berhasil menaklukan Ambon. VOC membuat perjanjian dengan warga Banda yang mengharuskan mereka untuk menjual pala dan bunga pala hanya kepada VOC. Namun, warga Banda saat itu tetap menjual hasil bumi mereka pada pedagang dari Jawa, Makassar, dan Inggris sehingga membuat ketegangan memuncak. Pada 1609, Admiral Verhoeff dari Belanda harus meregang nyawa saat negosiasi dengan warga Banda.
Kemudian Inggris pun datang mendirikan koloni di pulau-pulau terpencil yaitu Pulau Run dan Ay pada 1616. Kedatangan Inggris ini, membuat VOC merasa terancam karena merasa Inggris datang untuk merebut kekuasaan dan memonopoli perdagangan pala di Banda. Belanda memaksakan monopoli mereka terhadap pala dengan cara yang brutal. Mereka melarang ekspor pohon pala. Mereka juga membasahi setiap pala menggunakan jeruk nipis sebelum dikirimkan untuk menjadikannya tidak subur.
Selain itu, hukuman mati juga menanti mereka yang dicurigai mencuri, menumbuhkan, atau menjual pala di tempat lain. Sekitar 5 tahun sejak kedatangan Inggris, VOC berhasil menguasai Banda di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen dengan cara mengirim pasukan sebanyak 2000 tentara yang menyebabkan tewasnya ribuan warga Banda. Penduduk Banda pun berkurang hingga tersisa 1000 jiwa. Berkurangnya populasi ini jadi kesempatan VOC untuk kemudian memperbudak warga Banda yang tersisa. VOC berhasil mempertahankan monopoli pala dengan cara kekerasan dan kerahasiaan tingkat tinggi. Tidak pernah mereka memberitahu para penjual yang mengambil pala dari mereka di mana lokasi Banda. Hingga pada 1769, seorang ahli hortikultura asal Perancis, bernama Pierre Poivre datang ke Banda. Ia menyelundupkan pala dan pohon pala tepat di bawah hidung Belanda.
Perancis pun berhasil menanam biji pala di koloni mereka di Mauritius. Monopoli Belanda perlahan hancur. Sementara itu di Banda, Inggris belum menyerah. Mereka kembali ke Banda pada 1796-1800 ketika VOC sudah diambang kehancuran. VOC akhirnya bubar di akhir abad ke-18, dan pemerintah Belanda mengambil alih. Inggris tak kunjung berhasil menguasai Banda. Mereka masih terus berusaha untuk menguasai Banda pada 1810-1817. Pada saat itu, Inggris menempuh cara menghancurkan monopoli Belanda dengan memperkenalkan pala ke daerah jajahan mereka lain di Asia, salah satunya adalah Penang.
Monopoli perdagangan pala dan bunga pala pun akhirnya berakhir pada tahun 1860 bersamaan dengan dihapuskannya perbudakan di seluruh Hindia Belanda.
Pala
Pohon pala dapat tumbuh hingga 20 m dan usianya bisa mencapai ratusan tahun. Tanaman pala merupakan tanaman yang lama pertumbuhannya hingga masa panen. Panen pertama dilakukan tujuh sampai sembilan tahun setelah pohonnya ditanam dan mencapai kemampuan produksi maksimum setelah 25 tahun. Tumbuhan ini berumah dua (dioecious) sehingga dikenal pohon jantan dan betina. Daunnya berbentuk elips langsing. Buahnya berbentuk lonjong seperti lemon, berwarna kuning, berdaging dan beraroma khas karena mengandung minyak atsiri pada daging buahnya. Bila masak, kulit dan daging buah membuka dan biji akan terlihat terbungkus fuli yang berwarna merah. Satu buah pala menghasilkan satu biji berwarna coklat. Pala dipanen biji, salut bijinya (arillus), dan daging buahnya. Dalam perdagangan, salut biji pala dinamakan fuli, atau dalam bahasa Inggris disebut mace, dalam istilah farmasi disebut myristicae arillus atau macis. Daging buah pala dinamakan myristicae fructus cortex. Tanaman pala merupakan tanaman yang cukup lama pertumbuhannya hingga pemanenan. Panen pertama dilakukan 7 sampai 9 tahun setelah pohonnya ditanam dan mencapai kemampuan produksi maksimum setelah 25 tahun. Tumbuhnya dapat mencapai 20m dan usianya bisa mencapai ratusan tahun. Sebelum dipasarkan, biji dijemur hingga kering setelah dipisah dari fulinya. Pengeringan ini memakan waktu enam sampai delapan minggu. Bagian dalam biji akan menyusut dalam proses ini dan akan terdengar bila biji digoyangkan. Cangkang biji akan pecah dan bagian dalam biji dijual sebagai pala. Produk utama pala adalah minyak atsiri yang dapat dihasilkan melalui penyulingan dari bahan baku berupa daging buah, biji, dan fuli pala. Pada minyak atsiri mengandung berbagai senyawa, yang paling banyak dan menjadi ciri khas adalah myristicin.Myristicin sebenarnya dapat dijadikan sebagai agen insektisida, penambah rasa pada rokok, chemopreventive dan hepatoprotective, namun senyawa ini dapat memberikan efek halusinasi yang sama seperti narkotik. Seiring perkembangan zaman, minyak atsiri pala ini bahkan dijadikan sebagai bahan baku aromaterapi yang bersifat menghilangkan stress karena adanya kandung myristicin-nya. Kandungan myristicin lebih tinggi kadarnya pada daging buah pala dibandingkan dengan biji dan fulinya.
Manfaat Pala
Meski dikenal sebagai bahan masakan, pala memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan karena mengandung berbagai senyawa. Untuk kesehatan pala: 1) memiliki sifat Anti-inflamasi, kaya akan senyawa antinflamasi yang disebut monoterpen, termasuk sabinene, terpineol, dan pinene yang dapat membantu mengurangi dan mengatasi peradangan di tubuh; 2) mengandung Antioksidan, yakni senyawa yang melindungi sel-sel dari kerusakan akibat radikal bebas. Jika tingkat radikal bebas terlalu tinggi, hal tersebut akan memicu stres yang dapat menyebabkan banyak penyakit kronis, seperti penyakit jantung; 3) memiliki sifat Antibakteri yang berguna untuk menghambat pertumbuhan strain bakteri E-coli berbahaya, seperti O157, yang bisa menyebabkan penyakit parah, bahkan kematian, namun masih diperlukan lebih banyak penelitian.
Tak hanya bermanfaat bagi kesehatan, pala juga berperan dalam dunia kecantikan. Minyak pala ternyata kerap digunakan sebagai campuran dalam berbagai produk perawatan rambut. Kita bisa mencampurkannya dengan sampo atau kondisioner agar memiliki rambut kuat, sehat, dan berkilau. Minyak pala juga berguna untuk mengurangi keriput karena mengandung bahan aktif penuaan. Campurkan satu sendok teh madu, satu sendok makan yoghurt tawar, satu sendok teh sari lemon, sejumput kayu manis bubuk, dan sejumput pala bubuk. Aplikasikan pada kulit layaknya menggunakan masker. (@lee)
Sumber :
https://money.kompas.com.; https://id.wikipedia.org/wiki; https://travel.kompas.com.; https://jalurrempah.kemdikbud.go.id.