Tantangan Pendidikan Tinggi dalam Era Revolusi Industri 4.0

0
1,616 views
Tantangan Pendidikan Tinggi dalam Era Revolusi Industri 4.0

Kuliah Umum, Prof. Intan Ahmad
Dirjen Belmawa, Kemenristekdikti

Tulisan ini diangkat dari Kuliah Umum Prof. Intan Ahmad – Dirjen Belmawa, Kemenristekdikti, di kampus Universitas Widyatama, tanggal 11 Maret 2018 dengan tema ‘Tantangan Pendidikan Tinggi dalam Era Revolusi Industri 4.0’. Berikut hasil petikan inti sari paparan beliau yang kami sajikan dalam format wawancara.

Komunita : Mohon penjelasan Bapak mengenai Revolusi Industri 4.0 atau Era Disrupsi yang marak diperbincangkan oleh berbagai kalangan pemerhati saat ini ?

Prof. Intan Ahmad : Era Revolusi Industri 4.0 merupakan gabungan antara unsur domain fisik, digital dan biologi. Hal ini yang menjadi cikal bakal terjadinya disrupsi dalam segala bidang yang berimbas pada perubahan karakter dan tingkah laku manusia. Jika kita melakukan pengamatan berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik per Agustus 2017, ternyata jumlah angka pengangguran intelektual (pada tingkat sarjana) mencapai 8,8% atau sekitar 618 ribu orang. Sementara menurut survey World Bank pada tahun yang sama, diketahui bahwa sekitar 65% para lulusan pendidikan tinggi belum menemukan profesi yang cocok dalam memperoleh pekerjaannya. Hal ini berarti, jumlah angkatan lulusan kebanyakan tidak sesuai (mathcing) dengan keilmuan yang diperoleh saat di bangku kuliah. Data survey tersebut menunjukkan bahwa besarnya tingkat pengangguran cenderung diakibatkan oleh ketidakcocokan antara profesi yang dimiliki para pekerja dengan bidang pekerjaannya.

Inilah yang selama ini dikomplain oleh pihak industri/ perusahaan mengenai keterampilan (skills) yang masih kurang mumpuni/memadai terhadap sejumlah calon pegawai khususnya dari alumni perguruan tinggi. Di sisi yang lain, pasar kerja membutuhkan kombinasi berbagai skills yang berbeda untuk menghadapi ketatnya tingkat persaingan antar produk di era revolusi industri saat ini. Adapun kualifikasi utama calon pekerja yang dibutuhkan pasar kerja/ industri antara lain : sikap positif dalam bekerja, keterampilan komunikasi, keterampilan teknis, keterampilan menulis, berbahasa Inggris, keterampilan dalam memecahkan permasalahan, keterampilan dalam membaca situasi dan kondisi, keterampilan komputer, dan soliditas antar tim.

Komunita : Bagaimana dampak fenomena Era Disrupsi terhadap kesesuaian lulusan alumni perguruan tinggi dengan dunia kerja ?

Prof. Intan Ahmad : Jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi negeri Indonesia setiap tahun akademik diperkirakan sebanyak 471 ribu, sedangkan untuk perguruan tinggi swasta sebanyak 967 ribu yang tersebar hingga daerah kota dan kabupaten. Berikut ini saya sampaikan data sebaran jumlah lulusan perguruan tinggi berdasarkan bidang peminatan yang dihasilkan pada tahun 2014-2016 melalui sumber ADB, tahun 2018 sebagai berikut:

jumlah lulusan perguruan tinggi

Total lulusan bidang kependidikan selama periode 2014-2016 menempati urutan pertama dengan jumlah 930.395 alumnus, disusul bidang teknik & enginering sebanyak 622.605 alumnus, kemudian bidang kesehatan sebanyak 597.517 alumnus, bidang ekonomi sebanyak 559.336 alumnus, bidang ilmu pengetahuan sosial 260.369 alumnus, bidang humaniora sebanyak 189.384 alumnus, bidang pertanian sebanyak 102.335 alumnus dan terakhir oleh bidang kesenian sebanyak 57.381 alumnus.
Sementara jika melihat angka pengangguran yang telah dijelaskan sebelumnya yakni sekitar 8,8% menunjukkan adanya ketidak-efisienan antara kualitas lulusan dengan bidang pekerjaan yang tersedia. Ini menjadi dasar problematika dalam hadapan era disrupsi akibat rendahnya kompetensi dan skills yang dihasilkan oleh perguruan tinggi Indonesia terhadap formasi jabatan atas profesi yang didambakannya.

Komunita : Apa yang menjadi permasalahan baru di era revolusi 4.0 akibat meningkatnya angka pengangguran terdidik di Indonesia serta solusi dalam mengatasinya ?

Prof. Intan Ahmad : Permasalahan baru pada era revolusi 4.0/disrupsi adalah meningkatnya angka kriminalitas pada dunia maya atau dikenal dengan istilah cyber-crime (big data); yang senantiasa harus diwaspadai oleh semua pihak termasuk para alumnus perguruan tinggi. Pada tahun 2016, ada sekitar 1 milyar data pribadi (digital) telah diretas/dicuri oleh para pencuri data melalui media online, dan angka tersebut memungkinkan terus bertambah hingga saat ini. Sementara itu, disinyalir dunia akan mengalami kekurangan tenaga profesional bidang pengamanan informasi cyber pada tahun 2019 (sumber: ISACA,2017). Problem inilah yang wajib diantisipasi dan menjadi fokus perhatian bagi semua kalangan agar dapat dihasilkan solusinya.

Sangat penting bagi para mahasiswa dan masyarakat umumnya untuk dapat memahami dan mempelajari hal-hal yang berkenaan dengan fungsi pengamanan, penggunaan dan penyaringan informasi dunia maya (cyber security) agar segera dilakukan pencegahan dini dalam segala aspek permasalahan kriminalitas pada dunia maya (cyber crime). Selain itu, hal ini pun akan membantu para alumnus untuk mengembangkan ide kreatifnya serta memanfaatkan era digital sebagai peluang guna menghasilkan jenis pekerjaan baru yang bersifat dinamis.

Komunita : Penjelasan bapak mengenai kondisi yang terjadi pada era disrupsi teknologi bila dikaitkan dengan perkembangan dunia internet saat ini ?

Prof. Intan Ahmad : Revolusi industri 4.0 ini menghasilkan suatu pengembangan ide kreatif dengan berbasiskan pada perpaduan sistem media internet secara fisik (cyber physical system) yakni gabungan antara domain digital, fisik dan biologi. Sebagai contohnya yaitu : pengembangan Ubiquitous, Mobile Supercomputing. Intelligent Robots. Self-driving Cars. Neuro-technological Brain Enhancements and Genetic Editing. Perubahan lain yang terjadi pada era disrupsi teknologi plus (+) solusi dalam menghadapinya antara lain :
1. Sebagian besar perusahaan telah memanfaatkan teknologi untuk memasarkan dan menjual produknya secara online.
2. Munculnya jenis pengembangan teknologi baru yang mengakibatkan perubahan luar biasa di berbagai disiplin ilmu khususnya berkaitan dengan aspek ekonomi dan industri.
3. Semakin penting untuk memahami dan menerapkan makna kecakapan sosial (social skills) dalam bekerja.
4. Indonesia perlu meningkatkan kualitas keterampilan tenaga kerja dengan penerapan teknologi digital berbasis online.

Komunita : Hal lain yang perlu dipelajari dan diterapkan sebagai perwujudan solusi alternatif terbaru akibat perubahan yang terjadi pada era revolusi industri 4.0 ?

Prof. Intan Ahmad : Berikut ini merupakan solusi alternatif terbaru yang perlu kita kembangkan dalam mengantisipasi era disrupsi lainnya sebagai wujud pengembangan literasi kekinian sebagai berikut :
1. Kemampuan untuk membaca, menganalisis serta menggunakan informasi (big data) pada era dunia digital_machine learning : watch, buy and love
2. Memahami cara kerja mesin dan aplikasi penerapan teknologi (Coding, Artificial Intelligence, Engineering Principles & Cyber Security)
3. Memahami aspek humanities, komunikasi, desain, entrepreneurship dan kreatifitas
Itulah hal-hal yang perlu dikembangkan dan diterapkan dalam menghadapi era revolusi industri 4.0 dengan terus memberikan arahan dan keyakinan kepada para mahasiswa bahwa literasi baru ini akan membuat mereka mampu berkompetitif pada sistem perekonomian kontemporer dengan berdasarkan pada teknologi kekinian.

Komunita : Teknik perwujudan seperti apa yang perlu diterapkan dalam pengembangan model literasi manusia agar mampu berinteraksi dengan lingkungannya secara dinamis ?

Prof. Intan Ahmad : Dalam wujud pengembangan literasi manusia, pihak universitas diharapkan mampu mencari metode khusus guna peningkatan kapasitas kognitif para mahasiswa melalui cara berfikir kritis dan sistemik dan pengembangan keterampilan yang bersifat mental spiritual. Adapun ide pengembangan model literasi manusia khususnya bagi mahasiswa pada era sekarang ini adalah sebagai berikut:
– Keterampilan, melalui teknik kepemimpinan (leadership) dan siap bekerja dalam tim (team work).
– Kelincahan dan kematangan kebudayaan (cultural agility), memahami bahwa semua mahasiswa beragam dengan berbagai latar belakang mampu bekerja dalam lingkungan yang berbeda (di dalam atau di luar negeri).
– Wirausahawan, termasuk di dalamnya adalah jiwa sosial wirausaha (social entrepreneurship); merupakan kapasitas dasar yang sebaiknya dimiliki oleh semua mahasiswa.

Komunita : Bagaimana peran dan kebijakan pemerintah (Kemenristekdikti) dalam menghadapi era revolusi industri 4.0 ?

Prof. Intan Ahmad : Paradigma dalam Tri Darma Perguruan Tinggi perlu diselaraskan dengan Era Industri 4.0 melalui : 1) Mendorong Science and Technology Index menjadi Pemeringkat Global; 2) Meningkatkan kegiatan riset dan publikasi yang relevan dengan tema Industri 4.0; 3) Perguruan Tinggi wajib melaksanakan proses inovasi produk melalui inkubasi dan pembelajaran berbasis industri; 4) Reorientasi Kurikulum : pengembangan & pembelajaran model literasi baru (coding, big data, teknologi, humanities/general education) perlu dikembangkan dan diajarkan, kegiatan ekstra kurikuler untuk pengembangan kepemimpinan dan bekerja dalam tim, serta jiwa wirausahawan dan intership diwajibkan, serta kemandirian yang matang. Kemudian menerapkan format baru sistem pengajaran pendidikan jarak jauh (PJJ) berbasis Hybrid/ Blended Learning/Online.

Adapun sisi lain yang perlu disiapkan secara teknis yaitu kompetensi inti yang dimiliki oleh setiap dosen sebagai ujung tombak dalam melahirkan dan mencetak generasi masa depan bangsa yakni para alumnus perguruan tinggi yang bermental kuat serta siap bekerja secara profesional, mandiri dan kreatif. Optimalisasi Kompetensi Dosen 4.0 (SDID, 2018), yakni : 1. Kompetensi Pendidikan, 2. Kompetensi Riset (fundamental dan terapan), 3. Kompetensi komersialisasi hasil penelitian dan inovasi (hilirisasi), 4. Kompetensi dalam era global : mampu berinteraksi dan berkontribusi secara global, 5. Kompetensi dalam memprediksi strategi masa depan, 6. Kompetensi dalam entrepreneurship. (Written by Abdul Rozak)