Wawancara :
Prof. Dr. Ir. H. Abdul Hakim Halim, M.Sc.
Koordinator Kopertis Wilayah IV JABAR & BANTEN – periode Tahun 2013 – 2017
Di tengah kesibukan beliau sebagai Koordinator Kopertis Wilayah IV Jawa Barat & Banten, Pro Hakim (begitu Komunita memanggii beliau – red) menyempatkan diri berbincang dengan majalah Komunita tentang tantangan profesi dosen, serta perguruan tinggi dalam perspektif ke depan. Berikut hasil petikan wawancaranya :
Komunita : Makna ‘dosen’ sebagai seorang tenaga profesional dan ilmuwan sesungguhnya seperti apa ?
Prof. Hakim :Profesi adalah sebuah pekerjaan, dimana untuk mendapatkannya dibutuhkan pengetahuan (knowledge), skill, dan biasanya profesi pasti ada ujian seperti profesi dokter, dan profesi dosen. Pertama, knowledge ini ditunjukan dengan gelar akademik 51, 52 dan 53. Kalau dalam paradigma saya dosen itu harus 53, kenapa Karena jenjang akademik 51 diartikan bahwa seseorang sudah mengenal ilmu dan tahu cara menggunakannya. Kemudian jenjang 52 diartikan seseorang sudah mengetahui bagaimana caranya mencari ilmu arau menjadi seorang Researcher namun masih dalam pengawasan supervisor, sedangkan jenjang pendidikan 53 diartikan seseorang sudah mempunyai kemandirian dalam research. Maka tidak bisa tidak profesi dosen seharusnya minimal 53 karena tugas dosen bukan hanya mengajar tetapi juga harus memiliki kemandirian dalam berilmu.
Kedua, Skill atau keterampilan ditunjukan oleh pengalaman, pengalaman ditunjukan dari jabatan akademik yaitu tenaga pengajar, lektor, lektor kepala dan guru besar. Bagi seorang dosen jabatan akademik ini bisa jadi sangat panjang namun tetap harus dijalani. Skill ini juga ditunjukan dari sertifikasi dosen, dimana sertifikasi dosen ini adalah instrumen pemerinrah untuk mengukur seberapa jauh tingkat keprofesionalan seorang dosen.
Lalu pertanyaannya kenapa dia jadi dosen? lni harus dicek
pada saat seleksi awal atau tes masuk, jangan sampai seseorang menjadi dosen karena dia tidak diterima di perusahaan lain. Artinya apa? seseorang yang ingin menjadi dosen harus dicek dulu apa misi, filosofi, dan cita-citanya. Jangan sampai karena dia bisa mengajar lalu menjadi dosen, sebab dosen mempunyai tugas Tridharma Perguruan Tinggi yaitu pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Kalau seorang dosen hanya mau mengajar saja tanpa penelitian dan pengabdian, maka dia tidak bisa disebut sebagai dosen tapi disebut sebagai lnstruktur seperti di lembaga kursus/privat. Jika dia mengajar di lembaga kursus/privat maka dia tidak perlu melakukan penelitian dan pengabdian.
Kemudian kalau seorang dosen hanya mau menjadi peneliti saja tanpa melakukan pengajaran dan pengabdian kepada masyarakat, maka apa bedanya dia dengan lembaga research atau UPI dan kalau dosen hanya mau melakukan pengabdian saja tanpa pengajaran dan penelitian maka apa bedanya dosen dengan pegawai negeri sipil yang bertugas melayani dan mengabdi pada masyarakat.
Maka saya menyebut dosen sebagai profesi yang luar biasa, oleh karena itu siapa yang mau bekerja di profesi ini haruslah seorang yang profesional, sebab tugas seorang dosen begitu luar biasa. Kegiatan Tridharma ini tidak boleh sembarangan, misalkan dia mengajar sesuatu ilmu yang belum jelas atau belum proven diajarkan, kemudian dia melakukan penelitian tapi penelitiannya belum selesai/ tuntas namun sudah dianggap sebagai hasil dari penelitian, ini semua hanya bisa dipahami kalau dia seorang ilmuwan.
Ilmuwan ini dibentuk oleh namanya knowledge circle, siklus knowledge dimulai dari penciptaan ilmu, sharing, paten, prototype dan komersialisasi.?? ?Pertama, proses penciptaan ilmu ini,Kedua, Skill atau keterampilan ditunjukan oleh pengalaman, pengalaman ditunjukan dari jabatan akademik yaitu tenaga pengajar, lektor, lektor kepala dan guru besar. Bagi seorang dosen jabatan akademik ini bisa jadi sangat panjang namun tetap haruss dijalani. Skill ini juga ditunjukan dari sertifikasi dosen, dimana sertifikasi dosen ini adalah instrumen pemerinrah untuk mengukur seberapa jauh tingkat keprofesionalan seorang dosen.
dimulai dari riset orang? lain lalu terakumulasi oleh riset-riset lanjutan dari orang lain, sampailah pada suatu tahap yaitu tahap pelipat-gandaan ilmu, pelipat-gandaan ilmu ini menjadi 2x lipat terjadi pada tahun? 1700 Masehi – 1900 Masehi. Kemudian sejak 1950 Masehi pelipat-gandaan ilmu itu terjadi setiap 5 tahun sekali, dan nanti di tahun 2020 pelipat-gandaan ilmu akan terjadi setiap 73 hari. Kenapa pelipat-gandaan ilmu ini semakin cepat, karena dibantu oleh adanya teknologi dan internet. Kedua, sharing atau menyampaikan ilmu kepada orang lain, sharing bagi seorang dosen bisa dilakukan dengan cara mengajarkan keilmuannya kepada mahasiswa, lalu menseminarkan hasil riset atau keilmuannya pada seminar nasional atau seminar internasional. Ketiga, melakukan paten, setelah penelitian atau riset ini teruji maka dilakukan paten. Akan tetapi tidak semua ilmu bisa melakukan paten, seperti ilmu manajemen tidak bisa melakukan paten, yang bisa melakukan paten hanya ilmu yang menghasilkan produk. Keempat, prototype adalah suatu proses dimana pengetahuan yang sudah mapan, dan useful bagi orang lain. Tahap terakhir yaitu komersialisasi.