Memperingati 1 Tahun Wafatnya Ibu Prof. Koesbandijah Abdoel Kadir M.S.A K

0
1,695 views
Sosok Pengabdi Pendidikan dan Eduprener
Peringatan yang dihadiri sekitar 200 warga Widyatama dalam wujud majlis talim, mauidzoh hasanah, membaca
dzikir, tahlil, serta membaca Al-Quran dan doa bersama.
Dalam sambutan Pembukaan Ketua Badan Pengurus Yayasan, T. Ontowiryo dengan tersendat menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas perhatian dan kehadiran warga Widyatama. Sementara itu, Rektor juga mengiringkan doa untuk ibu Koebandijah (almh) walau tidak bisa hadir dalam peringatan tersebut.

Disampaikan Ketua bahwa : Insya Allah semua kebaikan dan keikhlasan ibu/bapak sekalian, dihitung Allah dari setiap langkahnya menuju kesini sebagai amal soleh dan dibalas oleh rahmat Allah, dengan diberikan kehidupan yang? bermanfaat dan meninggal dalam khusnul khotimah. Insya Allah dengan mengenang kebaikan- kebaikan almarhumah yang dapat kita teladani dan khususnya bagi putera puterinya agar dapat amanah menjalankan nasehat-nasehatnya serta peringatan 1 tahun wafatnya beliau ini akan memberikan dampak yang lebih baik bagi kita semua, khususnya bagi segenap pengajar, staf karyawan/ti Widyatama, yang telah beliau amanahi, karena ketika membangun yayasan ini beliau berniat melaksanakan amal soleh mendirikan pusat pendidikan untuk mencerdaskan bangsa serta generasi

yg berakhlak tinggi.
Amanah terakhir almarhumah menginginkan Widyatama tetap konsisten dalam mendidik dan menambahkan spiritual yang lebih kental di dalamnya. Almarhumah pernah menyampaikan begitu miris, bahwa banyak orang-orang berpendidikan tinggi, namun mereka sangat miskin akhlaknya. untuk itu almarhumah menginginkan Widyatama ini, memulai dengan mengimbangi menambah kegiatan keagamaan, bagi yang beragama Islam beliau telah memprogramkan walaupun tidak resmi, untuk mengkaji Al-quran dan as-Sunnah, karena itulah dasar dari agama Islam.
Sementara itu, Ustadzah Hj. Fatimah Avalfo Suprayogi mengingatkan bahwa kematian adalah sebuah kepastian. Namun tak seorang pun tahu kapan hari H-nya, karena itu setiap orang semestinya selalu siap. Dan tentunya Husnul Khotimah harus menjadi pilihan. Untuk mencapai itu harus dengan jalan syariat, dengan menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan Allah SWT. Bukankah sudah menjadi sunnatullah bagi setiap insan bahwa iman itu pasang dan surut. Kadang bertambah dan kadang berkurang. Karenanya kita perlu pupukan, terutama ketika kondisi keimanan mengalami saat-saat kritis.
Untuk menyembuhkan hati yang keras para ulama menganjurkan untuk : membaca Al-Quran dan Dzikrullah, merendahkan diri dan menangis di hadapan Allah, menghadiri majlis-majlis ilmu yang berisi Tadabbur Quran dan Dzikir serta Hadist, Dzikrul Maut (mengingat kematian), menyaksikan sakaratul maut dan Ziarah Kubur. Di akhir tausiahnya, ustadzah Hj. Fatimah Avalfo Suprayogi mengingatkan empat misteri kematian : kapan kita wafat, dimana kita wafat, penyebab kita wafat, dan dimana dimakamkan itu adalah rahasia Allah. Karenanya, sebaik-baiknya manusia ialah yang selalu ingat kematian dan selalu berbuat baik