Mahasiswa Seutuhnya sebagai Pembelajar Kaffah Bachrudin Musthafa, Ph.D., Profesor UPI dalam Pendidikan Bahasa dan Sastra lnggris

0
1,319 views

Tata-nilaf Alternatlf

Kita sering mendengar bahwa “zaman telah berubah dan mahasiswa juga berubah”. Atau, dalam rumusan yang lain, “mahasiswa adalah produk tata-nilai lingkungannya.” Pemyataan ini perlu dikritisi sebagai pemyataan “separuh benar” (half truth} yang tidak akurat dan bahkan berbahaya. Betapa tidak. Perubahan adalah keniscayaan. Apabila perubahan lingkungan itu dipandang otomatis “menyeref’ mahasiswa ke arah yang tidak dikehendaki (baca negatif, atau buruk), maka kita sebenamya sedang mendukung anggapan yang memosisikan mahasiswa sebagai mahluk tak berdaya atau sebagai “objek” mati.

Dalam kenyataannya, dalam setiap perubahan yang terjadi dalam lingkungan (ekstemal dan internal) mahasiswa terlibat dalam dinamika dan dialektika yang bergerak dalam pertarungan tarik-menarik antara dorongan kebajikandan keburukan.

Dalam konteks semacam ini,mahasiswa memerlukankesadaran yang kuat tentang hal ini sehingga mereka mampu mengerahkan kekuatan kemanusiaannya untuk memilih dan menentukan langkah kearah kebajikan yang sama-sama kita harapkan. Dalam tarik-menarik pengaruh ini,dosen dapat membantu mahasiswa dengan cara turut serta memfasilitasi melalui tugas-tugas dan diskusi yang dalam jangkauan tanggungjawabnya untuk menganalisis perubahan-perubahan (trend’) yang mungkintertangkap dalam perhatiannya. Sebagai orang yang lebih matang dan lebih tahu, memang dosen memiliki kewajiban dan kemampuan untukmelakukan halitu.

Oleh kerana itu, melalui diskusi dan analisis untung-rugi dalam melihat trend yang terjadi di lingkungan hidup kita dan mahasiswa kita, kita berkesempatan secara aktif dan proaktif mengendalikan dan merekayasa tata-nilai altematif yang kita kehendaki. Melalui proses sosial semacam ini, mahasiswa dilibatkan dan dilatih menjadi bukan hanya peserta pengembang budaya tetapi juga menjadi “penggerak masyarakat” dan “motor pembangunan”. Yang perlu diwaspadai adalah bahwa di mata anak muda, hal-hal yang baru kebanyakan terlihat menarik dan menggoda dahaga eksplorasinya. Dosen yang telah lebih berpengalaman seyogianya dapat mengkritisinya dengan lebih jemih dan bijaksana sehingga mampu memosisikan diri sebagai pembimbing mahasiswa dalam menyikapi dan merespon perubahan yang disaksikan dan/atau yangdialaminya.

Dengan menyadari dinamika perubahan dan dialektika yang melingkupinya, kita dapat memosisikan diri lebih proporsional terhadap konteks ektemal yang melingkupi kita. Kita semua tegasnya bukanlah sekadar korban perubahan melainkan lebih penting lagi adalah pengendali dan penentuperubahan itu.

Sementara itu dalam mengatakan itusemua kitatidak bolehjuga mengecilartikan tantangan yang datang bersama arus perubahan yang mungkin kontra-produktif itu. Oleh karena itu, kita harus bahu-membahu mewaspadai gerak zaman dan berusaha mengendalikan perubahan “konteks” dan “tata-nilai” ini dengan modal yang kita miliki bersama sebagai bangsa: kebijakan danpengerahan sumberdaya dalam berbagai macam bentuknya.

Mari kita fasilitasi tumbuh kembang mahasiswa harapan Indonesia menjadi mahasiswa seutuhnya. lnilah generasi emas itu yakni bertumbuhkembangnya pembelajar yang kaffah. Semoga kita segera dapatmewujudkannya. Semoga.

Mahasiswa Seutuhnya sebagai Pembelajar Kaffah Bachrudin Musthafa
Mahasiswa Seutuhnya sebagai Pembelajar Kaffah Bachrudin Musthafa