Menggali Pembelajaran Online Berkarakter

0
588 views

Menggali Pembelajaran Online Berkarakter
Dosen adalah pengembang karakter mahasiswa

Pembelajaran secara online di masa pandemi Covid-19 ini tidak bisa dinafikan, mungkin ke depan bisa jadi pilihan. Di tengah kerepotan dan keraguan melaksanakan pembelajaran online dalam kesiapan teknis, juga yang dikhawatir banyak pihak adalah terkait muatan karakter dalam pembelajaran online tersebut.

Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Dosen sebagai pendidik dituntut memastikan muatan karakter tetap berlangsung selama pelajaran online. Memang semua tergantung pemahaman teknologi dan kreativitas. Satu hal yang pasti adalah semua itu harus dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan. Karena kita paham bahwa menanamkan karakter menjadi salah satu hal penting dalam pendidikan terutama dalam rangka menghadirkan sumber daya manusia atau lulusan yang tidak hanya cerdas namun juga ramah, humanis, jujur, disiplin, dan bertanggungjawab.

Pembelajaran online yang diluncurkan pemerintah sejak 2008 lalu belum menyentuh semua pendidikan tinggi, sehingga pemahaman teknis teknologi yang menjadi basis pembelajaran online belum dipahami secara luas. Karena itu, paling tidak memang kita dituntut memahami seluk beluk teknologi online yang menjadi penghantar pembelajaran tersebut. Melalui pemahaman tersebut paling tidak dosen sebagai pendidik dapat menempatkan dan memanfaatkan keunggulan teknologi tersebut sehingga dapat menguatkan muatan karakter di dalamnya.

 

Hal yang bisa dilakukan agar peserta didik tetap belajar untuk ramah adalah menyapa dan menanyakan kabar saat awal pembelajaran. Dengan terbiasa pada budaya tegur sapa, peserta didik bisa menjadi salah satu pelopor kerukunan hidup dalam masyarakat di masa mendatang.

Lalu, untuk menumbuhkan rasa humanis, guru bisa mendesain pembelajaran agar memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk merefleksikan nila-nilai kemanusiaan dalam materi ajar yang mereka terima. Misal pada pelajaran sejarah, guru dapat memberikan tugas dengan mengajak peserta didik untuk menemukan dan menggali nilai kemanusiaan yang terdapat dari suatu peristiwa sejarah. Atau guru dapat menyusupkan pesan-pesan moral saat memberikan materi kepada peserta didik dan bisa melalui penayangan video inspiratif di aplikasi pembelajaran.

 

Masa pembelajaran daring ini, pendekatan sistem juga diperlukan untuk menunjang pendidikan karakter. Misalnya persoalan kejujuran peserta didik yang menjadi salah satu polemik terutama terkait potensi plagiarisme yang dilakukan. Beberapa peserta didik betul-betul memanfaatkan pembelajaran daring ini untuk menemukan cara termudah mendapat nilai tinggi melalui kegiatan plagiarisme.

 

Guru perlu membentuk desain yang membuat peserta didik terbiasa pada sikap disiplin dan bertanggungjawab. Pertama, misalnya dengan menghadirkan semacam kontrak komitmen di awal pertemuan. Salah satunya mengajak peserta didik untuk disiplin dan bertanggungjawab.

 

Kedua, misalnya dengan melakukan absen yang disetting dengan waktu. Pada aplikasi-aplikasi untuk pembelajaran, ada menu untuk mengatur waktu agar tertutup otomatis seperti Edmodo atau secara manual ditutup seperti Google Form. Tidak hanya untuk absen, penugasan pun bisa diterapkan hal demikian sehingga peserta didik belajar untuk tepat waktu sebagai bagian dari sikap disiplin dan bertanggungjawab.

Sumber: Kurniawan Adi Santoso – https://mediaindonesia.com/

Di era disrupsi, kata Saepuloh,pendidikan ini akan berpindah kepada dunia maya berbasis online. “Tetapi perlu diingat, jika hanya belajar melalui dunia maya tanpa ada komunikasi langsung dengan guru, hanya akan membuat mereka tahu, tetapi tidak faham. Belum lagi soal pembentukan karakter dan spiritual anak yang tak bisa dengan teknologi,” ujarnya.

Ada empat pokok kebijakan dalam konsep Merdeka Belajar ala Nadiem. “Namun khusus pembelajaran jarak jauh ini pemerintah belum punya pengalaman. Selama ini yang dinilai sukses dengan pembelajaran jarak jauh adalah Universitas Terbuka, tetapi UT juga masih terkendala dengan akses internet di daerah pelosok,” ucapnya.

Pemerintah harus menyiapkan regulasi terkait pembelajaran Daring ini. “Termasuk dengan sarana prasarana yang menunjangnya. Pemerintah harus membuat regulasi guna menjawab perkembangan pendidikan yang sekarang dalam masa pandemi Covid-19 sangat dirasakan oleh kita semua,” ucapnya.

Saepuloh menilai, keberadaan guru tidak bisa hilang atau digantikan dengan internet sekali pun. “Mungkin pekerjaan memberikan materi pembelajaran bisa diganti dengan teknologi. Namun pendekatan batin, pembentukan karakter dan pembiasaan spiritual oleh guru tak bisa tergantikan,” katanya.

Apalagi dalam tujuan pendidikan di UUD 1945 dan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan,pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuannya, untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

“Ini berarti proses pendidikan dan output dari lembaga pendidikan bukan hanya cerdas secara intelektual, tetapi cerdas secara spritual dan memiliki karakter yang baik,” ujarnya. ***

Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Jabar mengingatkan peran penting guru dalam pembelajaran.

Hal itu disebabkan pembelajaran dalam jaringan (daring/online) yang kini berlangsung tak bisa membentuk spiritual apalagi karakter siswa.

“Pendidikan itu bukan hanya cerdas secara intelektual, tetapi cerdas secara spritual,” kata Ketua Pergunu Jabar, Saepuloh, saat dihubungi di rumahnya kawasan Banjaran, Minggu 3 Mei 2020.

https://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/pr-01375746/saepuloh-pembelajaran-daring-tak-bisa-membentuk-spiritual-dan-karakter-siswa

Peran Dosen

Pendidikan karakter dewasa ini merupakan suatu yang menjadi harga mati bagi pembentukan karakter mahasiswa di perguruan tinggi. Salah satu unsur penting dalam pendidikan karakter mahasiswa di perguruan tinggi adalah dosen. Dosen memiliki peran penting dalam pendidikan karakter di perguruan tinggi.

Dosen menjadi aktor utama dalam pembentukan dan pengembangan karakter para mahasiswa dengan keteladanan. Sebelum mendidik karakter para mahasiswa, seorang dosen paling tidak memiliki karakter yang sesuai dengan tugas utama seorang dosen. Selain itu, peran dosen yang amat penting tidak dilupakan adalah mendidik, mengajar, melatih, membimbing, dan mengevaluasi.

Pengembangan karakter bukanlah sebuah pelajaran seperti mata kuliah atau mata pelajaran yang lain. Pengembangan karakter adalah sebuah pembelajaran tentang kehidupan, maka pembelajaran karakter terus berlangsung sepanjang hidup kita. Pembelajaran karakter sebaiknya dimulai dari pendidikan tingkat dasar sampai di perguruan tinggi. Di sini perguruan tinggi mampu memberikan pembelajaran karakter kepada para mahasiswa. Maka peran dosen sangat penting dalam pembelajaran karakter. Dosen tidak hanya mengajar materi pembelajaran, tetapi juga dapat menjadi panutan dan juga contoh dalam karakter serta mampu membuka mata hati para mahasiswa untuk melaksanakan nilai-nilai kehidupan.

pendidikan karakter yang telah diajarkan bukan hanya sebagai sebuah teori pembelajaran tetapi sebuah praktik kehidupan mahasiswa ketika belajar di kampus.

Pendidikan karakter pun menjadi daya pendorong bagi para mahasiswa untuk menjadi intelektual muda bangsa yang memiliki kepribadian unggul, sebagaimana dimuat dalam undangundang pendidikan nasional. Perguruan tinggi memiliki dua unsur utama, yaitu dosen dan mahasiswa. Kedua unsur ini perlu memiliki orientasi ke arah perkembangan budaya akademik. Keduanya pun diikat dalam etika akademik yang tumbuh dari nilai-nilai luhur dan berujung pada terbentuknya budaya akademik.

Dengan demikian setiap dosen mempunyai kewajiban membentuk karakter mahasiswa dan tidak hanya dibebankan kepada dosen mata kuliah tertentu atau program studi tertentu.

Peran dosen dalam pemberian tugas kepada mahasiswa dalam proses perkuliahan, dosen mempunyai banyak peran. Dosen tidak hanya berfungsi sebagai guru, tetapi juga sebagai manajer, administrator, sumber daya manusia yang memiliki ilmu pengetahuan. Dosen erat kaitannya dengan kegiatan pemberian tugas. Dosen punya tiga peran dalam rangka pemberian tugas yaitu sebagai perencana, sebagai fasilitator dan sebagai evaluator.

Sebagai perencana, dosen adalah penentu jenis tugas yang harus dikerjakan mahasiswa. Sebagai fasilitator, dosen adalah penentu atau penyedia sarana yang dapat mengilhami mahasiswa dalam berpikir aktif dan kreatif. Sebagai evaluator, dosen dalam menilai tugas yang dibuat mahasiswa seringkali dosen terlalu cepat menyalahkan tugas yang dibuat mahasiswa tanpa berusaha melihat kesalahan secara lebih luas.

Sebagai perencana, dosen berhak dan berkewajiban menentukan tugas yang harus dikerjakan mahasiswa. Terkait dengan perencanaan ini ada empat patokan yang dapat digunakan dosen untuk menentukan jenis tugas bagi mahasiswa yaitu; tujuan instruksional, sistematika tugas, relevansi tugas, dan waktu penyelesaian tugas.

Sebagai fasilitator, dosen memberi contoh cara menyediakan sarana adalah dengan membawa kasus di lapangan ke ruang kuliah, mengembangkan sistem depositori di perpustakaan. Sebagai evaluator, peran dosen dalam pemberian tugas adalah melihat berapa banyak bantuan yang diperlukan mahasiswa dalam mencapai tujuan instruksional. Jenis bantuan untuk memperbaiki tugas seperti umpan balik, penguatan, tugas remedial, dan kerja kelompok, dengan bermacam contoh praktikum, studi lapangan, jurnal akademik dan penulisan makalah.

http://utu.ac.id/posts/read/prinsip-pembelajaran-dan-peran-dosen-menurut-pakar-pendidikan

Pendidikan karakter di perguruan tinggi tidak dapat ditawar lagi dewasa ini. Salah satu unsur yang terlibat dalam pendidikan karakter adalah dosen. Dalam proses pembelajaran di kelas seorang dosen tidak hanya menyampaikan materi pembelajaran, tetapi juga harus menjiwai seluruh proses pembelajaran dengan nilai-nilai luhur seperti kejujuran, keterbukaan, saling menghargai, tanggung jawab, dan sebagainya. Di sini seorang dosen dapat dikatakan sebagai dosen yang berkarakter. Dengan kata lain, seorang dosen tidak saja dituntut memiliki kemampuan intelektual, tetapi juga memiliki kemampuan emosional dan spiritual. Tujuannya adalah agar dapat membuka mata hati mahasiswa yang belajar agar memiliki kemampuan intelektual yang dapat dipercaya dan juga memiliki karakter-karakter bangsa yang berasalah nilai-nilai luhur. Seorang dosen dapat dikatakan berkarakter jika memiliki ciriciri sebagai berikut. Memiliki Komitmen Di sini seorang dosen mempunyai tekad yang kuat. Tekad seorang dosen adalah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang pendidik. Seorang dosen yang memiliki komitmen yang tinggi akan memiliki ketajaman visi, rasa memiliki, dan bertanggung jawab terhadap tugas dan panggilan yang diembannya sebagai pendidik. Komitmen menjadi seorang dosen akan terlihat dalam visi dan misinya. Seperti dikatakan Ki Hajar Dewantara, komitmen seorang dosen/guru adalah misi kemanusiaan, mencerahkan dan membebaskan bangsa dari kebodohan. Ketika mengemban tugas ini, segala macam tantangan harus dihadapi dengan tegar dan kuat. Jika mau menjadi dosen, disarankan harus memiliki komitmen untuk mencerahkan para mahasiswa akan nilai-nilai luhur bangsa. Memiliki Kompetensi Seorang dosen dianggap kompeten jika mampu melaksanakan pembelajaran, dan memecahkan berbagai masalah guna mencapai tujuan pendidikan. Seorang dosen kompeten ditandai dengan keahlian di bidangnya, menjiwai profesi yang dimiliki, memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Memiliki Semangat Kerja Keras Sebagai seorang dosen, kerja keras merupakan suatu keharusan terutama dalam melaksanakan tugas-tugasnya, khususnya dalam internalisasi pendidikan karakter bagi para mahasiswa. Seorang dosen dianggap memiliki semangat untuk bekerja keras jika bekerja dengan ikhlas dan sunggguh-sungguh, bekerja melebihi target, dan produktif. Konsisten Konsisten sebenarnya menjadi tanda bahwa dosen telah menjiwai dan melaksanakan profesinya. Konsistensi seorang dosen dapat terlihat dalam katakata dan juga tindakannya. Memiliki Jiwa Sederhana Kesederhanaan sebenarnya tidak identik dengan kemiskinan. Seorang dosen dapat dikatakan sederhana jika mampu mengaktualisasikan seseuatu secara efektif dan efisien. Kesederhanaan seorang dosen terpancar lewat perilaku seperti bersahaja, tidak bermewahmewah baik penampilan maupun model hidup, tidak berlebihan dalam mempergunakan apa saja, tepat guna artinya memanfaatkan segala sesuatu secara tepat, dan memiliki kegundaan atau kontribusi positif. Kemampuan Berinteraksi Seorang dosen juga dituntut memiliki kemampuan berinteraksi secara dinamis dengan para mahasiswa secara emosional dalam mencapai tujuan pembelajaran. Website: ejournal.stkip-pgri-sumbar.ac.id/index.php/pelangi