Disparitas Perguruan Tinggi Swasta/PTS dan PTN sebuah fakta yang tidak bisa dibantah, bahkan antara PTS pun demikian. Kendati demikian upaya untuk? menjaga dan meningkatkan mutu keduanya tidak boleh berhenti.? Diantara keduanya jelas mempunyai peran yang sama, melaksanakan Tri Dharma PT – yakni pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Alih-alih menjalankan ketiganya, saat ini umumnya PT masih berkutat di dharma pertama. Capaian riset/penelitian dan inovasi masih harus dipicu dan dipacu. Padahal PT adalah lembaga pendidikan yang berbasis riset, yang dalam diriya adalah aktor pengembangan riset dan inovasi.
Riset dan inovasi sejak dulu seharusnya sudah inherent dalam aktivitas PT – baik negeri maupun swasta. Apalagi kini menghadapi perubahan bersifat VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, and Ambiguity). Dunia VUCA adalah dunia yang kita hidup ini dan ke depan, dimana perubahan sangat cepat, tidak terduga, dipengaruhi oleh banyak faktor yang sulit dikontrol, dan kebenaran serta realitas menjadi sangat subyektif. Pengaruh terbesar dipengaruhi inovasi dan teknologi, setiap jengkal hidup kita beririsan teknologi.
Demikian pula model ekonomi telah bergeser bukan lagi Technology Based Economy/TBE, namun menjadi Knowledge Based Economy/KBE. Model di atas tidak terlepas dari inovasi teknologi dan ilmu pengetahuan yang telah mendisrupsi struktur dan lanskap bisnis masa lalu dan kini. KBE sebagai model ekonomi menstimuli kreativitas, kreasi, penyemaian, serta penerapan pengetahuan dan informasi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan; sekaligus mengakselerasi sistem yang efektif bagi pendidikan dan pelatihan;? teknologi informasi dan komunikasi; riset & pengembangan,? serta inovasi. Dan sebagaimana diakui Menteri Bambang Brodjonegoro bahwa belum bertranformasi menjadi Innovation-Driven Economy. Disinilah benang merah PT dalam perannya sebagai lembaga pendidikan sekaligus aktor dalam bidang riset dan inovasi. Untuk itu kita menyimak pandangan Ketua APTISI Jawa Barat, Prof.?Dr. Ir. H.?Eddy Jusuf, Sp, M.Si., M.Kom. ?bagaimana Riset dan Inovasi di PT, khususnya swasta. Berikut liputan wawancara.
Komunita : Perguruan tinggi memiliki peran penting dalam penelitian atau riset bagi peningkatan daya saing bangsa. Tapi tampaknya belum ada riset berarti yang ditampilkan perguruan tinggi /PT. Bagaimana sesungguhnya kondisi riset di PT padahal ada 4.600 PT di Indonesia?
Prof Eddy Jusuf : Riset/ Penelitian & Inovasi Pentingnya, namun yang lebih penting adalah menghilirisasikan riset2 itu sendiri. Penelitian-penelitian yang dilakukan PT jangan hanya mengejar Cum/ Point saja, tapi bagaimana upaya dari hasil penelitian selain mendapat Cum, kemudian dihilirisasikan. Kita paham bahwa tahap awal adalah prototype. Untuk ini harus menjalin kerjasama dengan dunia usaha/ industri, atau minimal hasil riset? PT dapat diterapkan dalam skala laboratorium, walaupun belum dalam skala produksi, tapi sudah ada usaha untuk menginternalisasikan hasil penelitian tersebut.
Komunita : Apa akar masalah dan bagaimana PT mengambil inisiatif untuk meningkatkan peran penelitiannya?
Prof Eddy Jusuf : Bagaimanapun dosen-dosen PT apabila mengandalkan dana dari institusi relatif terbatas/ dari dana internal, ada baiknya menggunakan dana hibah, dan jumlahnya terbatas maka sebaiknya? diseleksi/ dikompetisikan oleh pemerintah, Seharusnya krn jumlah PTS cukup banyak sekitar 93% sedangkan PTN 7 %, tapi kendala pemerintah dengan APBN nya, jalan keluarnya adalah bagaimana PTS bisa menggandeng dunia usaha dan industri, serta memanfaatkan dana-dana CSR (Pengabdian kepada Masyarakat) dari perusahaan-perusahaan dan cara meningkatkan daya saingnya, sedang diharapkan dari PTN dengan menggandeng pemerintah dan dibiayai APBN pemerintah dan menjadi lokomotif dari hasil-hasil penelitian tersebut sehingga meningkatkan daya saing bangsa.
Komunita 😕 Terkait dengan Hibah dari Kementerian/Pemerintah, kami lihat banyak Hibah? ditawarkan, namun dilihat di lapangan, partisipasi dosen-dosen menurun mengajukan proposal riset, mengapa?
Prof Eddy Jusuf : Dari tiap PT yang menurun adalah tingkat lanjut (advanced) saja, sedangkan dari Riset Pemula relatif banyak. Kita ingin mengarahkan agar penelitian-penelitian bukan hanya untuk dosen pemula, tapi untuk dosen tingkat lanjut (Advanced), namun diakui persyaratannya cukup ketat. Apalagi peningkatan dari riset pemula menjadi riset tingkat lanjutan (Advanced Reasearch), juga harus sekian persen anggaran PT harus ada, ditambah lagi stnadar penelitian masuk dalam 9 kriteria Akreditasi. Ini artinya standar penelitian, dan hasil-hasil riset diakuinya sangat penting.? Berikutnya,? di lingkungan Kementerian, penanganan Riset sudah dikelola oleh Kementerian tersendiri sebagai upaya peningkatan daya saing bangsa dan diandalkan sekali. Oleh karena itu tidak bisa hanya mengandalkan dana hibah yang relatif terbatas, namun juga harus ada kontribusi Institusi bersangkutan mendanai riset yang dimaksud.
Komunita : Apakah sistem pembelajaran E-Learning yang didorong kebijakan Kampus Merdeka, serta situasi Pandemi Covid-19 akan meningkatkan peluang dosen menjalankan Tri Dharma,? khususnya dharma Penelitian dan PKM? Apakah Sistem E-Learning? bakal meningkatkan atau memotifasi dosen lebih berkarya lagi?
Prof Eddy Jusuf : Saya optimistik dengan Sistem E-Learning, karena sangat mempermudah mencari akses informasi bagi mahasiswa/I, dan tentunya dosen. Sistem ini memberikan kesempatan lain dengan pembelajaran jarak jauh membuka selebar-lebarnya proses pendidikan. Apalagi dalam kebijakan kampus merdeka, PT harus menyediakan waktu 3 semeter untuk magang di dunia usaha dan dunia? industri,? boleh dalam satu Prodi mengambil Prodi yang tidak linear, dalam artian membekali para peneliti atau calon lulusan untuk menjadi Entrepreneur dengan memberi kesempatan yang seluas- luasnya.
Komunita : Riset apa yang biasa dikembangkan PT, serta bagaimana kaitannya dengan arah rencana induk riset nasinonal, pemerintah, serta dunia usaha dan industri?
Prof Eddy Jusuf : Riset yang dikembangkan PT tentunya? selain kejarannya untuk tingkat nasional, juga bermanfaat bagi kepentingan Perguruan Tinggi, berdampak pada keberadaan PT terutama pada lingkungan sekeliling PT tersebut atau artinya lebih bermanfaat bagi lingkungan PT itu berada. PT sebagai menara air (pusat) untuk sekitarnya. Disamping tentunya untuk peneliti, untuk institusi juga harus bermanfaat, termasuk akreditasi PT.
Komunita : Saran Prof. Eddy selaku akademisi/pimpinan PT/pimpinan APTISI kepada pemerintah serta dunia industri/usaha dalam rangka menyelaraskan potensi dan kualitas riset perguruan tinggi dalam meningkatkan daya saing dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi ?
Prof Eddy Jusuf 😕
Menyelaraskan dana-dana hibah antara PTS dengan PTN, karena keberadaan PTS mengangkat APK (Angka Partisipasi Kasar) pendidikan tinggi. Daya serap / lulusan 4600 PTS kurang lebih besaran presentasenya mencapai 93 %, kontribusinya sangat tinggi. Karena itu kita usulkan kepada Kementrian/pemerintah, baiknya ada seperti dana operasional untuk PTS seperti BOS. Sehingga memberikan energi tambahan bagi penguatan potensi dan kualitas riset di PTS, walau hal ini tentunya dengan persyaratan yang terukur.
Komunita : Menurut Prof. Eddy Jusuf? bagaimana dengan Riset Peneliti lintas Perguruan Tinggi?
Prof Eddy Jusuf : Riset lintas PT sangat bisa dikolaborasikan antar dosen lintas PT, juga melibatkan dunia usaha dan industri. Misalkan dalam skala publikasi, riset kolaborasi antar PT penelitian-penelitian bisa berhasil masuk ke dalam Jurnal, maka masing2 akan mempunyai Poin/Cum. Lalu riset bersama dan membuka link dan potensi yang ada di sekeliling kita untuk menjawab permasalahan masyarakat dimana PT berada. (Written by Yanda Ramadana & Edited by lili irahali)