Softskill Dalam Industri Parawisata

0
1,776 views
Softskill Dalam Industri Parawisata

Wawancara bersama :

Softskill Dalam Industri Parawisata
Agus Yazi Widjaya

KANG YAZI

General Manajer MAJA HOUSE

Industri pariwisata dan perhotelan memang salah satu sektor paling populer di kalangan kaum profesional Indonesia. Karier di dunia ini tak dipungkiri punya daya tarik tersendiri; tak hanya potensi gaji tinggi yang bisa diraih, tapi juga kesempatan belajar yang tidak ada habisnya. Apalagi, Pemerintah berusaha menempatkan MICE (Meeting, Incentive, Conference, and Exhibition) sebagai produk unggulan pariwisata nasional dan daya tarik wisatawan mancanegara.

lndustri yang terkait dengan hospitality ini membutuhkan dukungan softskill yang spesifik. Selain softskill umum seperti kemampuan komunikasi, bekerja dengan tim, dan kemampuan mengorganisir tanggung jawab. Beberapa kemampuan softskill yang perlu dimiliki agar bersinar (http://www.qerja.com/journal), yakni : 1) Keinginan melayani, Apapun posisi Anda di tempat kerja, kewajiban utama Anda adalah untuk memastikan pelanggan puas dengan layanan yang diterima. Memiliki sebentuk rasa empati dan pengertian terhadap kebutuhan pelanggan, beserta komitmen untuk memberi kepuasan pada mereka; 2) Berpikiran terbuka, Dengan berpikiran terbuka, bisa menyingkirkan pola pikir “mereka” dan “kita”, dan memahami kalau perbedaan kepercayaan, bahasa, dan perspektif adalah hal yang lazim. Fokus Anda harus tetap pada pelayanan pelanggan. 3) Fleksibel, industri perhotelan, turisme, dan pelayanan umumnya memilikijam kerja panjang yang tak tetap. Terlebih lagi, sering kali Anda diharapkan mampu multitasking dan mengambil tanggung jawab ekstra jika dibutuhkan. Fleksibilitas terhadap manajemen waktu dan memiliki sederet keahlian akan membuat menjadi pegawai berharga. 4) Kemampuan berbahasa asing, Lancar menggunakan satu atau lebih dari satu bahasa asing (sering kali selain bahasa lnggris) akan menjadi aset tersendiri di dunia ini. Anda dipertimbangkan untuk menerima promosi puncak karier di industri iniselaku GM (general manager).

Softskill Dalam Industri Parawisata 2

Berikut bincang-bincang majalah Komunita dengan GM di Maja House, hotel yang sedang bertumbuh dengan konsep urbannya.

Komunita : Bagaimana perjalanan Kang Yazi memimpin Banana Inn sampai ke Maja House?

Kang Yazi : Ya, bidang saya di situ ya. Sekolah juga di ENHAll, tapi basic saya di kitchen, terus lulus dari sekolah. lstilah untuk kitchen di ENHAll itu kalau “naik hajinya” ke Swiss kalau tidak ke perkapalan. Jadi kalau ke perkapalan saya bilang, “Waduh bahaya nih kalau ke perkapalan, karena masih muda kan godaannya gede.”

Komunita : Berangkat ke Swiss di usia berapa waktu itu?

Kang Yazi : Saya menikah 23 tahun, saat lulus dari ENHAll. Gara-gara mau berangkat ke Swiss saya bilang, “Kita harus jadiin deh kalau tidak saya kecantol bule.” Waktu itu buru-buru, kan istri saya ini di hotel Hilton waktu itu, jadi dia juga tidak ada waktu. Sebulan menyiapkan perkawinan, langsung saya berangkat.

Komunita : Berangkat berduadengan istri waktu itu?

KangYazi : Sendiri. Dia di hotel Hilton soalnya. Jadisaya sendiri waktu itu.

Komunita : Berapa lama di Swiss?

Kang Yazi : Tahun 1992, saya pulang tahun 1996. Dari Swiss saya langsung ke Stockholm, baru pulang ke Indonesia.

Komunita : Bagaimana keadaan keluarga dan seberapa besar pengaruhnya bagi KangYazi?

KangYazi : Jadi,anak cuma mampir saja.Made disana, lahir di Indonesia, hahaha…anak yang pertama itu. Anak pertama malah sudah jadi dosen di ENHAll. Tadinya dia lulus tahun lalu, setahun dia di hotel Papandayan, ENHAll-nya butuh dosen untuk kitchen, ditawarin dia, saya bilang “Sudahlah ambilsaja, soalnya dosen panjang masa kerjanya. Kalau di dapur, bekerja OK lah,?tapi kalau sudah ada suami pasti mengurus anak?dan sebagainya, makanya dia kebetulan mau dan diambillah sekarang. Kalau yang kecil kuliah di UNPAD, ambil FISIP. Jadi ya pengaruh keluarga juga, doa keluarga,doa istri, doa anak-anak, makanya bisa sampai ke sini. Doa orangtua terutama, sama pengalaman.

Komunita : Dulu waktu SMA memang senang dengan hal-hal seperti karir Kang Yazi saat ini? Atau malah tidak terpikir?

KangYazi : SMA belum,ini sebenarnya saat sudah kuliah dulu. Saya waktu itu Angkatan 88 kan, sudah kuliah di UNPAS. Ambil manajemen waktu itu. Sudah setahun, tapi sambil waktu berjalan saya bilang, “Aduh ini kayaknya tidak akan lulus-lulus kalau kayak begini.”?Pergi pagi pulang malam, pergi?pagi pulang malam. Kuliahnya cuma satu kali kalau sehari, tapi main dan lain sebagainya, wah tidak. Terus kebetulan saya senang lihat orang masak. Hanya senang lihat aja.Sudah setahun,”Ah kayaknya enak deh masuk ke ruang masak.” Lalu, masuk ENHAll dan diterima, ada pikiran tuh, mauberangkat ke luar atau apa. Pas sudah di ENHAll, lebih dalam lagi, “Uh ternyata lebih luas gitu. Cakupannya lebih wide. Senang dan pas dengan passion saya, jadi mulai diprogram. Di situ saya dua tahun mendalami, lulus, butuh waktu saya selama 9 bulan untuk dapat berangkat ke luar. Setiap bulan saya mengirim lamaran ke Swiss atau ke luar, sekitar sampai 20 lamaran.Tapi memang 9 bulan itu kadang tidak direstui ibu saya, karena beliau tidak setuju begitu kan, “Sudah di Indonesia saja.Jauh, karena belum ada pengalaman.” Beliau terbayang, “Aduh di luar jauh banget ini kan.” Jadi, tidak pernah diridhoi.

Lalu saya merubah diri,sebelum mengirim lamaran, saya telepon orangtua dulu, minta izin dulu, cium tangan segala macam. Cuma dapat iya iya iya. Setelah 9 bulan, beliau melihat saya teguh sekali ya, ingin terus ke luar negeri. Akhirnya beliau,”Ya sudahlah, Mama ikhlas deh.”Ah tidak sampai sebulan, Pak. Seminggu kemudian langsung dapat panggilan. Jadi tertahannya di situ saja. lkhlas orangtua. Jadi saya?percaya. Dalam segala hal saya pasti minta izin sama ibu. Mau di??interview kek, mau apa kek, mau apa, saya pasti minta izin sampai?sekarang.Untung ibu saya masih hidup.

Komunita : Apa karya atau hasil jerih payah monumental Kang Yazi hingga saat ini?

Kang Yazi : Kami sudah bikin buku namanya Road to GM. Yakni alumni-alumni ENHAll yang sudah jadi general manager, posisi GM, kami bikin?buku berisi kiat-kiat kami apa. Selain itu saya buat buku lain, karena saya mantan chef jadi bikin buku tentang kitchen juga. Buku yang kami buat memuat sekitar 50 GM lah yang dipilih oleh sekolah/ENHAll untuk mereka menceritakan suka dukanya, kiat-kiatnya kenapa bisa ke puncak karir yang diharapkan, dari awal sampai jadi yang sekarang ini.

Komunita: Kalau begitu Kang Yazi sebagai chef tidak sampai posisi puncakya, artinya lari keposisi manajemen?

Kang Yazi : Karir saya baru dimulai setelah saya baru pulang dari luar negeri, kemudian saya joint ke Sheraton Bandung, karena waktu di?Stockholm saya di Grand Hotel. Kebetulan Grand Hotel ini hotel milik diterima di Sheraton Bandung. Dari situ awalnya. Jadi kalau mau dibilang saya sukses sampai sekarang ini karena memang didikan dari Starwood. Jasa Starwood ini cukup mengasah potensi saya, sampai lanjut hampir 15 tahun saya dengan Starwood.

Di Bandung, kemudian saya pindah ke Yogya, kemudian balik lagi ke Bandung. Terakhir di Bandung posisi terakhir executive chef bersama FBM. Saya memegang FND didua-dua departemen itu sampai tahun 2006. 2006 saya mengundurkan diri bikin usaha sendiri. Bikin “Ml 35” namanya, joint berdua bersama Casa Manja. Tahun 2004 sampai 2009 lah, 2008 akhir kami bubar. Tadinya mau ekspansi ke Jakarta, tapi ya karena satu dua hal kami bubarkan dirilah.