Softskill Dalam Industri Parawisata

0
1,503 views

Komunita: Kang Yazi terjun ke Banana Inn bagaimana?

Kang Yazi : Singkat cerita, saya tahun 2006 keluar dari chef perhotelan. Sedang di posisi puncak tuh di kitchen. Dilanjutkan membuka usaha sendiribersama konsultan satu tahun ditahun 2008, juga Mi 35 bersama Casa Manja itu. Tahun 2009 ditelepon, “Mau gak jadi GM?” katanya. Ada hotel di Pekanbaru. Saya bilang, “Sudah lama nih.” Sudahlah tidak apa? apa. Datang ke sana, diterima. ltu hotel sakit, jadi saya spesialis hotel sakit sebenamya. ltu hotel sudah 20 tahun. Diresmikan oleh Soeharto. Ada 165 kamar dengan model-model Hotel Indonesia yang kamarnya besar, luas. Kamar yang paling kecil saja berukuran 34 square. Sementara kalau ukuran 34 square di sini sudah berukuran yang Junior Suit kali ya, karena sekarang rata-rata kamar ukuran 21 atau 22 square. Tapi besar setiap kamamya itu standar. Ada living room. Tahun 80-an itu hotel berjaya dizamannya. Saat saya masuk, rateroom Rp 250.000 saja tidak ada yang mau menginap, karena hotelnya tidak di-maintain. Rupanya, hotel itu hanya dijadikan perahan. Owner membuat kebun, buat SPBU, jadi bikin usaha lain. Sementara hotelnya tidak direnovasi, tidak di-upgrade. Singkat cerita, saya bilang, “Wah, ini tantangan.” Akhirnya saya ambil deh.

Tantangan saat itu antara lain: gajian harusnya tanggal 1, jadi tanggal 10 ; perbaikan room service yang harusnya tanggal 15, jadinya tanggal 30. Supplier sudah tidak mau suplai, meski kita bayar cash juga tidak mau karena sudah tidak percaya lagi. Setiap bulan owner harus menjual aset untuk membayar listrik. Solar harganya tinggi. Bisa lebih tinggi harga solar daripada listrik. Solar bisa 180-200 juta sebulan, karena kalau enggak pakai, listrik mati. Sama seperti di Kalimantan, kalau tidak pakai bensin, listrik mati. Saya jalani semuanya. Jumlah karyawan 186 orang. Saya cari orang dari luar. Dari Amerika berdua waktu itu. “Kita jadi good boy bad boy.” saya bilang. “Saya jadi good boy, kamu jadi bad boy atau bagian operasional,” saya bilang. Setahun kita back to basic. Karyawan dipanggil semuanya, dikasih motivasi lagi. Uang service yang tadinya cuma Rp 350.000, mulai naik. Supplier saya panggil, saya bilang, “Guarantee-nya saya.” Meeting room itu jumlahnya ada 22 ruangan. Daya tampung satu meeting room itu bisa 100 orang. Satu grand ballroom itu mampu menampung 2 ribu orang. Satu ballroom lagi itu menampung 1000 orang.

Tapi untuk wedding tidak ada. Jadi satu tahun itu kerja keras seperti centeng. Jam 3 pagi bangun, yang tidur difoto, besok dikasihkan fotonya ke HRD. Jadi, dari 186orang saya bikin berkurang jadi 126 orang. Melalui back to basic itu : SP 1, SP 2, SP 3, baru Disnaker. Saya bilang, “Yang service-nya mau maju, mau jadi 1 juta, berubahlah mulai besok. Kalau service-nya tidak mau berubah jadi 1 juta, mengundurkan diri saja.” Satu tahun itu sukses, 35 persen pangsa pasar di Pekanbaru kami ambil. Baru mulai timbul pride. Singkat cerita, 3.5 tahun akhimya saya disana. Tahun ketiga saya melakukan renovasi. Pakai uang sendiri, bukan dari owner.

Komunita : Bagaimana menyikapi image hotel Maja House yang sedang dikelola, khususnya berkenaan dengan kalangan anak-anak muda?

Kang Yazi : Ya itu, sekarang lagi proses. Karena kan baru tahun kemarin, habis Lebaran benar-benar” unsur alkoholnya?di Maja House ditiadakan. Sekarang lagi masa proses untuk merubah image. Dulu kalau weekend itu ada acara sampai jam 2 jam 3 pagi. Sekarang jam 11 malam juga sudah selesai, sudah di stop. Pekerjaan rumah sih masih banyak, untuk sisi restorannya. Kalau sisi hotelnya sih alhamdulillah. Restoran ini nanti akhir tahun kami renovasi.

Komunita : Tadi dengan memberi konsep kamaryang berbeda-beda itu tujuannya pasti memberikan service ke customer supaya lebih satisfied. Pasti Kang Yazi memuaskan customer dengan ciri khas tersendiri. Hotel yang bagus banyak kan ya, pasti merekrut SDM? SDM yang berkualitas ? Ada tidak lulusan dari Widyatama atau spesifik memilih dari ENHAll saja? lni berkaitan dengan softskill juga.

Kang Yazi : Darisegi ranking file kurangya, karena kalau dari ENHAII kan ada jalur sendiri. Sekolah sendiri begitu mahasiswa lulus langsung menyalurkan. Jadi rata-rata mereka ke luar dulu, ke Dubai, Cina, Singapura. Kalaupun ada yang di Indonesia, mereka ambil kalau tidak di Bali ya di Jakarta, pasti ambil yang level 5-star hotel rata-rata. Yang sekarang harus dicari itu bukan loyal guest, tapi provocateur guest. Kalau loyal guest dia bisa berubah karena tergoda sesuatu seperti promosi. Kalau provocateur guest, saya yakin dia tidak tergoyahkan. Kalau dia sudah senang di Maja House, ya di Maja. Entah jika ada yang tidak sependapat dengan saya, tapi ini hasil lapangan. Jangankan perhotelan, toko di Pasar Baru saja yang berjualan baju, dia kalau tidak punya provocateur guest, akan tutup tokonya. Tidak perlu banyak-banyak punya provocateur guest.

Komunita : Untuk dapat provocateur guest tidak gampang. Apa strategi Kang Yazi?

Kang Yazi : Sales, marcom (marketing communication), banyak, itu caranya saya. Misalnya menyapa tamu. Kalau ada e-mail, kirim e-mail. Mengucapkan terima kasih sudah datang. Say hello pokoknya. Memberi informasi, misalnya minggu depan kita ada acara barbeque bla bla bla. Promo-promo.

Komunita : Orang marketing di sini memang menciptakan atmosfir yang berkualitas tentang Maja House saja atau pernah menerapkan strategi lain seperti blue ocean strategy atau seperti apa?

Kang Yazi : Strategi marcom ya. Kami sekarang bermain di digital communication. Jadi, di lnstagram, kemudian Facebook, Twitter, itu lebih banyak disitu. Follower saja sudah lumayan, more than 5 thousand. Kami di situ untuk memberi konsep urbannya. Orang-orang yang kamiambildi situ orang-orang yang harus cinta dengan digital marketing communication, nanti direction dan lain sebagainya biasanya dari manajemen.

Komunita : Hal hal itu berkaitan dengan softskill. Apa dibutuhkan lulusan-lulusan perguruan tinggi seperti Universitas Widyatama?

Kang Yazi : Serius nih, butuh. Kami kan di marcom kosong. Kamisedang butuh orang di posisi desain grafis dan khusus yang menangani event? event. Membicarakan desain grafis itu melibatkan owner. Kalau tidak dilibatkan biasanya marah itu, takutnya tidak sesuai dengan konsep dia. Selama ini yang kita interview misalnya SMK, yang langsung dinyatakan qualified itu tidak ada. Cocok ini buat memotivasi mahasiswa. Yang langsung qualified itu susah. Makanya untuk yang kuliah-kuliah ini kita ada namanya LPPM yang lembaga pendidikan dan pengabdian masyarakat itu ya. Jadi mereka nanti harus memberi jam pelajaran tambahan untuk anak-anak SMK yang berhubungan dengan hospitality yang tidak mereka dapatkan di sekolah. Jadi saat mereka dilepas (lulus? red.) itu sudah tahu, “Oh yang saya dapat, teori itu hanya untuk back up saja,fondasi saja. Kalau sudah di lapangan, teori tidak terpakai. Makanya mereka iniharus punya passion untuk hospitalize orang

Komunita : Berarti banyak lulusan dari lembaga lembaga pendidikan yang tidak memenuhi requirements untuk hospitality itu tadi?

Kang Yazi : Kurang lebihseperti itu. Misalnyasekarang manajemen, itu sifatnya global. Manajemen pemasaran, global banget. Harusnya kan ada manajemen pemasaran pariwisata atau manajemen hospitality misalnya. Jadi jasa yang dia jual. Misalnya, “Saya dari manajemen pemasaran, Pak.” Di Maja kamu mau jualnya gimana? Planga plongo, malah balik nanya, “Di Maja ada apa aja, Pak?” Harusnya kan dia tahu dulu sebelum interview di Maja itu ada apa saja. Manajemen pemasaran itu kan sama saja seperti jual motor atau jual apa. Bagaimana caranya promosi.

Komunita : Universitas Widyatama memiliki kurikulum dan mata kuliah konsentrasi yang memperlajari manajemen pemasaran khusus untuk advertising, promotions dan komunikasi. Ada tanggapan?

Kang Yazi : Nah itu harusnya bekerjasama dengan industri (perhotelan), misalnya training-nya mereka. Ada MoU dengan kampus. Jadi mereka mengetahui bahwa sales di hotel itu begini.Tadi disampaikan mahasiswa Universitas Widyatama mempelajari promotions. Promotions bisa masuk ke sales. Marketing communication, public relation dan lain sebagainya. Bisa kerja sama dengan grup-grup hotel untuk men-training mereka. Jangan sekedar bawa surat dan makalah untuk observasi, padahal sebenarnya hal tersebut kurang perlu. Yang diperlukan adalah bagaimana mahasiswa merasakan praktik di lapangan, baru setelah itu dia bikin makalah berdasarkan pengalaman dilapangan.

Komunita : Menurut Kang Yazi, sejauh mana industri perhotelan menerima magang dari sekolah-sekolah seperti ENHAll atau akademi pariwisata?

Kang Yazi : Ya menerimanya harus sinkron, misalkan tadi dari pemasaran masuk ke sales. ITB tahun lalu sudah ada 3 orang yang datang, karena mereka sudah punya program pemasaran. Tapi mereka lebih ke observasi dan riset tahun lalu itu. Mereka lihat lapangan seperti demikian, nanti kalau dari mereka ada advise sampaikan.

Komunita: Maja House bemuansa sundanese ya?

Kang Yazi : Maja itu Jawa sebetulnya, hanya atmosfirnya dibuat seperti sundanese. Malah ini lampu dibeli dari Thailand. Makanya konsepnya urban. Elemen-elemennya itu mix, jadi ada elemen-elemen kayu, batu sama besi. Tiga itu aja yang combined. Malah kalau di ruang meeting kita suasanya terbuka dengan dinding kaca.