Memaknai Mahasiswa di Zaman Kiwari

0
1,281 views
Dr. Arry Bainus,MA Wakil Rektor Pembelajaran & Kemahasiswaan - Unpad

Dr. Arry Bainus,MA

Wakil Rektor Pembelajaran & Kemahasiswaan – Unpad Dirjen Belmawa, KemenristekdiktiDr. Arry Bainus,MA Wakil Rektor Pembelajaran & Kemahasiswaan - Unpad

pemuda yang mahasiswa, tantangan terbesarnya bukan lagi politik, tapi bagaimana meningkatkan daya saing sumber dayanya untuk menghadapi kompetisi global. Kuncinya ada di kreativitas. Berikanlah ruang seluas-luasnya untuk menghadirkan inovasi orisinil untuk menghadapi masa depan dunia kelak.lnilahtantangan yang lebih besar bagi pemuda yang mahasiswa apolitis itu (MAbdullah Sadri,

Kedaulatan Rakyat, 2011).

Contoh : Siapa yang tidak kenal Merry – di usianya 26 tahun – dijuluki “wanita sejuta dolar”. la mengaku sangat bersyukur bisa mencapai keberhasilan di usia muda dengan uang satu juta dolar AS di tangan. Namun di balik itu semua, terselip kisah pahit yang sampai saat inimembekas dan menjadi pengalaman paling berharga baginya.Merry sesungguhnya tinggal dan dibesarkan dalam sebuahkeprihatinan. Berasal dari keluarga sederhana dengan kondisi keuangan pas-pasan, sehingga tak pernah terbersit sedikitpun melanjutkan studi ke Singapura. Namun inilah titik awal perjalanan panjang Merry. Kisah diawali 18 tahun lalu, orang tuanya terpaksa mengamankan Merry dari peristiwa kerusuhan dan krisis moneter (krismon) yang melanda Indonesia, pada Mei 1998. Saat itu, usianya baru menginjak 18 tahun dan berniat melanjutkan studi di Universitas Trisakti, kampus di mana ayahnya pernah mengajar.

Di Singapura, Merry studi dengan bantuan utang dari pemerintah setempat. Pada saat itu, pemerintah Singapura memberi bantuan kepada beberapa pelajar di Jakarta yang memiliki prestasi cukup baik. Utang untuk biaya studi mencapai lebih dari 4.000 Dolar Singapura atau setara dengan lebih dari Rp400juta. ltulah perjuangan orang tua Merry.

Melalui pinjaman tersebut, Merry lolos dan diterima di Nanyang Technological University (NTU). Namun, Merry hidup serba kekurangan di negeri orang. la harus bertahan dengan uang 10 Dolar Singapura atau Rp 90 ribu setiap minggunya. la kadang berpuasa atau makan mie instan selama bertahun-tahun. Kuliah membawa bekal sepotong roti tawar dan makannya di toilet agar tidak adasatupun yang melihat.

Di tengah perjalanan hidupnya, menghadapi cobaan yang bertubi-tubi seorang diri. la mengaku sempat marah dan kecewa kepada Tuhan. Keputusasaan sempat hinggap, namun Merry mampu bangkit dengan tiga hal, yang menjadi kekuatannya lepas dari kondisi tersebut. Pertama, Vision atau Bermimpi besar. la berpikir harus bisa berubah, berhenti menyalahkan keadaan dan bermimpi sebelum usia 30 tahun, harus sudah mempunyai kebebasan finansial, membayar utang, membahagiakan orang tua dan saat kembalike Indonesia harus menjadi orang sukses. Kedua, Action. Dengan bekal keyakinan hati, Merry melakukan pekerjaan-pekerjaan kecil yang banyak diremehkan orang lain. Merry pernah melakoni pekerjaan sebagai pembagi brosur,penjual bunga.

Disitulah Merry diuji dengan celaan dan remehan. Tapi Merry tetap berjiwa besar, hingga memberanikan diri memulai usaha di jasa keuangan dan berjualan di halte bus, stasiun MRT. Merry bekerja 14jam selama tujuh hari non stop. Ketiga, Passion. Pekerjaan yang Merry melakukan didasari cinta dan kesungguhan, sehingga berbuah manis. llustrasi di atas mengambarkan perjuangan keras seorang mahasiswa. Kini di era perdagangan bebas persaingan mahasiswa di dunia kerja semakin ketat. Sehingga untuk meraih kesuksesan, mahasiswa tidak hanya dituntut memiliki IPK tinggi dan lulus dengan tepat waktu, mereka juga diharapkan aktif di berbagai kegiatan di luar kehidupan kuliahnya. “Pada akhirnya mahasiswa yang sukses adalah mereka yang mengikuti banyak kegiatan di luar selain dari kegiatan akademik,” ungkap Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan – Kemristekdikti, ?Prof. ?lntan Ahmad, ?Ph.D.? belum ?lama ?ini. Sebagai mahasiswa tidak cukup hanya dengan belajar atau meningkatkan hardskill semata. lni hanya membuat seorang mahasiswa berilmu tetapi tidak beradaptasi. Mahasiswa harus mempelajari aspek lain di samping akademik. Mahasiswa harus belajar persoalan hidup, karena dalam kehidupan selalu ada kompetisi. Mahasiswa harus mengimbangi dengan kegiatan ekstrakurikuler, organisasi dan peningkatan softskill. Modal inilah yang akan membantu seseorang untuk menjadi seorang yang sukses. Tidak ada sukses dengan mudah. Banyak hal yang harus dilakukan juga dihindari. Sebagai contoh, menyarankan agar mahasiswa tidak paranoid terlebih dengan inovasi teknologi yang ada, tetapi justru menggunakan inovasi teknologi yang ada untuk

menghasilkan solusi.

Di tengab kesibukannya sebagai pendidik sekaligus Wakil Rektor bidang Pembelajaran dan Kemabasiswaan, Dr. Arry Bainus, MA menyempatkanmenerima majalab Komunita berbincang tentang mabasiswa dari sudut pandang lembaga pendidikan tinggi -perguruan tinggi. Dr. Arry Bainus, labir di Bandung, 27 Juni 1961, meraih gelar Doktor dengan yudisium sangat memuaskan. Ia memperoleh gelar sarjana Ilmu Hubungan lnternasional di Universitas Padjadjaran dan gelar Magister di George-August-University of Goettingen, Republik Federasi Jerman. Saat ini ia juga sebagai Lektor Kepala dalam Mata Kuliab Pengantar Hubungan Inrernasional pada Jurusan

Hubungan lnternasional FISIP Universitas Padjadjaran. Berikut wawancara kami dengan Wakil Rektor bidang Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Universitas Padjadjaran tersebut.

Komunita :Bagaimana menurut Bapak mengenai konsep ?mahasiswa?

Dr. Arry Bainus, MA :Mahasiswa pada dasarnya tidak beda jauh dengan konsep apapun mereka adalab peserta didik. Di Indonesia sejak awal ketika ditelurkan suatu konsep yang dimaksud dengan “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Intinya ada pada kata “mencerdaskan hidup bangsa”. Diterjemabkan dalam bentuk struktur dan institusi yang munculnya adalab kata pendidikan. Babkan kalau dulu ada ‘pendidikan dan pengajaran’ lalu ‘pendidikan dan kebudayaan’ bahkan dulu ada pendidikan tinggi dan ilmu pengetabuan (PTIP). Berubab terns menjadi

kemendikbud kembali dan sekarang dipisabkan dikbud dan dikti.