Muhammad : Lelaki Penggenggam Hujan

0
2,012 views

Judul : Muhammad: Lelaki Penggenggam Hujan
No. ISBN : 978-602-291-050-3
Penulis : Tasaro GK
Penerbit : Bentang Pustaka
Tahun Terbit : Edisi II Cetakan Kesebelas, Agustus 2018
Jumlah Halaman : 640 Halaman
Jenis Cover : Soft Cover
Dimensi (L x P) : 130 x 250 mm
Kategori : Spiritualitas
Bahasa : Indonesia

Sudah lama sekali saya tidak mengunjungi toko buku yang merupakan kebiasan di waktu senggang. Toko langganan saya Gramedia, BBC, juga Togamas. Kebetulan hari itu saya mengantar cucu membeli buku kesenangannya ke Togamas. Sambil membiarkan cucu memilih bukunya, seperti biasa saya menyambangi counter-counter buku yang menjadi minat saya.

Mata saya tertumbuk pada buku cover warna hijau yang tertera judul “Muhammad : Lelaki Penggenggam Hujan”. Sebuah novel yang mengkisahkan sosok Muhammad SAW sebagai nabi terakhir yang sesungguhnya sudah diberitakan dan dijanjikan sebelum kelahiran beliau.

Adalah betul apa yang dikatakan A. Fuadi, penulis Negeri 5 Menara bahwa penulis novel ini – “Tasaro bagai memimpin tur spiritual ke pelosok Persia, Asia dan Arab di abad VII”. Novel menceritakan dua kisah. Kehidupan Nabi Muhammad SAW, dan seorang lelalci Persia bernama Kashva, yang hidup di abad yang sama dengan masa kenabian. Kisah Nabi Muhammad SAW ini berseling dengan kisah Kashva.

Novel diawali, kisah Kashva seorang pria Persia yang tinggal di Kuil Gunung Sistan pada masa pemerintahan Kaisar Khosrou di Persia. Ia menghabiskan hari-harinya dengan mengamati bintang dan menerjemahkannya, sekaligus menulis kisah-kisah indah yang memukau, sehingga ia dijuluki rakyat Persia, sebagai Sang Pemindai Surga.

Selain mengamati bintang dan menulis, Kashva rajin berkorespondensi dengan teman-temannya dari berbagi negara di luar Persia. Teman koresponden khususnya adalah Elyas, seorang penjaga Biara Bashra di Suriah. Mereka membicarakan seseorang yang kehadirannya diramalkan oleh berbagai keyakinan di dunia di abad tersebut. Seseorang yang dikatakan akan menaklukan dunia dan membawa kedamaian bagi seluruh alam.
Hasrat Kashva sudah tak terbendung lagi. Keinginannya untuk memurnikan ajaran Zarduhst, bertemu dengan Elyas, bertemu dengan Muhammad SAW yang demikian besar membawa dia pada petualangan panjang, jauh dan di luar dugaannya. Bahkan maut yang mengintai dari ujung pedang tentara Khosrou tidak juga menyurutkan kerinduannya bertemu Muhammad SAW. Kisah pencarian Kashva dalam novel ini membawa kita menelusur Jazirah Arab, India,Barrus,hingga Tibet.

Kehidupan Kashva setelah itu berubah menjadi pelarian dan pencarian yang tiada henti terhadap sosok yang dijanjikan. Seorang Pangeran Kedamaian yang dijanjikan oleh semua kitabsuci yang dia cari dari setiap ungkapan ayat-ayat Zardusht sampai puncak-puncak salju di perbatasan India, Pegu nungan Tibet, biara di Suriah, Istana Heraklius, dan berakhir di Yatsrib, sang Kota Cahaya.

Kisah Kashva berseling dengan kisah Nabi Muhammad SAW. Membaca kisah Nabi Muhammad SAW, memang selalu membawa keharuan dan kerinduan tersendiri. Dan Tasaro semakin menambah rasa rindu semakin menjadi. Tasaro memanggil Rasulullah bukan dengan namanya, melainkan dengan julukan-julukan yang memang pantas disandang Rasulullah. Seperti, Duhai yang Hatinya Bercahaya, wahai Lelaki yang Jitu Perhitungannya, dan beberapa julukan lainnya.

Tasaro, dengan caranya telah menunjukkan kecintaannya kepada Kekasih Allah, Muhammad SAW. Dan dengan caranya pula, telah mem bawa saya semakin mencintai Rasulullah. Lelaki mulia yang patut diteladani segala tingkah lakunya.

Rasulullah dengan kisahnya yang mengharu biru telah sampai pada bab perang parit yang sungguh mempesona, mujizat-mujizat yang membuat tercengang. Saat sebuah batu besar menghalangi proses penggalian parit sebagai benteng pertahanan Madinah dari serbuan kaum kafir. Batu besar itu menghimpit orang Anshar. Orang-orang sudah mencoba memecahkan batunya, Namun hasilnya nihil. Rasulullah akhirnya turun tangan, memecahkan batu besar yang seketika retak disertai berkas cahaya berpendar ke tiga arah, kastil-kastil Yaman dan Suriah, serta istana-istana Khosrou di Persia.

Kisah tentang Rasulullah SAW adalah kisah tentang cinta, perjuangan, pengorbanan dan semuanya. Terhimpun dalam keihlasan demi menegakkan kalimat Allah SWT. Juga tentang strategi perang dan pedang dalam sebuah perwujudan cinta. Rasulullah datang, menjungkirbalikkan peradaban jahiliah, menggantikan dengan peradaban Islam yang gilang gemilang selama 1300 abad pada dua pertiga belahan dunia. Rasulullah dan kisahnya bagai cahaya yang tidak akan pemah mati, dia akan selalu bersinar seiring kecintaan kita terhadap Rasullullah SAW dan ketaatan kita terhadap Allah swt.

Di bab terakhir novel membahas tentang Runtuhnya Berhala. Penggambaran latar kisah semakin hidup dengan deskripsi yang detil lewat kata-kata yang indah. Dan di bagian akhir buku disajikan gambar peta jalur perjalanan Kashva, dan bab tentang Membaca, Memahami dan Mengoneksi, daftar Pustaka, yang membuat novel ini kaya akan referensi.

Secara keseluruhan novel ini menarik dan enak untuk dibaca, meskipun tebal. Bahkan, saya ingin mengikuti terus kisahnya dan melanjutkan membaca ketiga buku berikutnya dari Serial Muhammad SAW, yakni : Lelaki Pengeja Hujan, Sang Pewaris Hujan, dan Generasi Penggema Hujan. (Lee – dilengkapi berbagai Sumber)