Thursday, August 7, 2025
Home Blog Page 78

Relaxing di Dusun Bambu

Ketika saya mencoba datang menjelajahi dusun bambu, yang terletak di kawasan Kolonel Masturi KM 11 Cisarua, Bandung Barat ini, kesan pertama yang di dapat adalah hawa atmosphere yang begitu asri, sejuk, adem, dingin, membuat betah untuk berlama-lama berekreasi di tempat ini, senda gurau bersama keluarga. Meskipun ketika pertama sampai di tempat ini begitu crowded dengan orang-orang karena mungkin tempat ini masih terbilang baru jadi banyak didatangi pengunjung dari berbagai tempat. Sewaktu sampai di dusun bamboo pengunjung disambut dengan alunan musik dari khas tanah sunda yaitu kecapi dan suling. Kemudian kita langsung diajak menaiki mobil angkut yang sudah disediakan di halaman muka untuk menuju ke tempat puncak atas karena jarak yang ditempuh dengan jalan kaki cukup menguras keringat. Tetapi bagi yang senang jalan kaki bisa dinikmati sembari melihat pemandangan alam disekitarnya.

Relaxing di dusun bambu

Tempat ini memiliki nama yang unik-unik sesuai dengan filosofi awalnya yaitu Harmonisasi pengetahuan budaya tradisional Sunda dalam satu kawasan terpadu. Manusia tanpa alam seperti ikan di padang pasir. Dusun Bambu Family Leisure Park mendefinisikan filosofi bahwa melalui desain taman dengan 6E konsep yang mewakili enam aspek kehidupan: Ekologi (alam), Pendidikan, Ekonomi, Etnologi (budaya), Etika, dan Estetika. Dengan 6E ini, Dusun Bambu Family Leisure Park menjadi sebuah taman di kaki gunung yang menyediakan fasilitas pendidikan dan rekreasi. Nama tempat yang disediakan di tempat ini sangat unik disesuaikan dengan tema atau konsep awalnya. Terdapat nama seperti Kampong Layung, Sampan Sangkuriang, Lutung Kasarung, Caf Burangrang, dan Saung Purbasari.

Caf Burangrang menjadi salah satu nilai utama di wilayah Dusun Bambu Family Leisure Park . Terletak di dataran tinggi memberi keistimewaan untuk mendapatkan lanskap strategis Burangrang Mountains yang akan mengingatkan akan legenda Sangkuriang yang merakit perahu cabang dan tertumpuk ke gunung . Burangrang , istilah yang berasal dari ‘ bukit dan cabang-cabang ‘ , adalah simbol dari hubungan manusia dengan keturunan dan juga dengan masyarakat .

Relaxing di dusun bambu

Bagi young people, makan malam di atas pohon itu tentu saja akan menawarkan sensasi yang unik. Tentu saja tidak dengan mendaki. Dari atas pohon, kita dapat menikmati alam dan angin gunung yang menyegarkan. Dengan bentuk sangkar burung tradisional di bagian atas pohon, Lutung Kasarung menyajikan jenis menu dari internasional untukmakanan Sundanese typical.

Kisah romantis Lutung Kasarung adalah inspirasi utama untuk Dusun Bambu Family Leisure Park untuk membuat sebuah restoran di atas pohon. Restoran Lutung Kasarung terkonsep arsitektur sangkar burung datang untuk menggambarkan diorama dari seluruh gambar pemandangan gunung. Sebagai pengunjung, saya cukup terhibur dengan mendayung sampan yang tersedia dan suguhan live music dari tempat ini. Bagi yang masih penasaran dapat mengunjungi dusun bamboo ini disarankan untuk datang pagi-pagi dan hari kerja agar momentnya dapat. (Fe)

Kunjungan SMA/SMK Sukabumi, Bandung & Cirebon

Selama bulan Januari – Maret 2014 Universitas Widyatama (UTama) mendapat kunjungan dari beberapa SMA/SMK kota Bandung, Cirebon dan Ciranjang. Kunjungan yang dilakukan guru BK, guru pembimbing dan para siswa dimaksudkan untuk memperoleh informasi dari tangan pertama tentang perguruan tinggi yang diperlukan untuk meningkatkan pemahaman dan wawasan siswa tentang pendidikan tinggi.

Rabu (29/01) kunjungan dari SMK Muhammadiah Sukabumi. Rombongan dipimpin Ibu Haryani Lestari Wibowo, S.Psi selaku Koordinator Guru BK yang didampingi 10 orang Guru Pembimbing dan 170 siswa. Sabtu (25/01) kunjungan SMAN 24 Bandung. Rombongan dipimpin Ibu Dra. Teni Kestiani selaku Koordinator Guru BK yang didampingi 10 orang

Guru Pembimbing dan 170 siswa. Kunjungan tanggal 3 Februari dari SMAN 3 Cirebon. Rombongan tiba sekitar pukul 07.00 WIB dipimpin Ibu Tri Indra Astuti, S.Psi. didampingi 20 orang Guru Pembimbing dan 375 siswa. Kunjungan tanggal 4 Februari dari SMKN 8 Bandung. Rombongan tiba sekitar pukul 12.30 WIB dipimpin Ibu Dra. Ida Widaningsih didampingi 20 orang Guru Pembimbing dan 120 siswa. Kunjungan tanggal 6 Februari dari SMAN 22 Bandung. Rombongan tiba sekitar pukul 13.00 WIB dipimpin Ibu Hj. Nining DS didampingi 13 orang Guru Pembimbing dan 150 siswa.

Kunjungan tanggal 8 Februari dari SMA Pasundan 2 Bandung. Rombongan yang tiba sekitar pukul 13.00 WIB dipimpin Ibu Dra. Tuti Rchmayati, M.M. didampingi 8 orang Guru Pembimbing serta 125 siswa. Kunjungan MA Aliyah Yanuris Ciranjang Rabu, 5 Maret 2014. Rombongan tiba sekitar pukul 08.30 WIB dipimpin Koordinator Kepala Sekolah, bpk.

Deni Suherman, M.Pd., beserta 4 Guru Pembimbing dan 28 siswa (Mkt 2014)

Partisipasi UTama dalam Aspek Sosial

Perguruan tinggi bukanlah menara gading yang berdiri kokoh sendiri tapi sebagai bagian dari masyarakat. Perguruan tinggi memiliki peran dan komitmen berpartisipasi dalam masyarakat. Misi itulah yang diwujudkan dalam rangka Dies Natalis Yayasan Widyatama ke-41 dan Universitas Widyatama ke-13 dengan mengkreasi berbagai kegiatan social selain kegiatan akademik.
 
Peringatan dies natalis yang mengusung tema Widyatama sebagai Abdi Pendidikan Bangsa, Yayasan dan Universitas Widyatama bersama dengan TNI AL – LANAL Bandung dan warga kelurahan Padasuka dan Sukapada menyelenggarakan kegiatan Beberesih Sungai Cidurian, serta pelayanan pengobatan. Kegiatan beberesih meliputi 13 rukun warga di dua kelurahan tersebut.
 
Akademisi wajib hukumnya berperan menyelesaikan berbagai permasalahan sosial di mulai dari yang terdekat. Misalnya bersinergi dengan warga masyarakat membenahi perilaku diri sendiri dan membangun mentalitas positif agar peduli pada lingkungan, kata Ketua Pelaksana Dies Natalis Widyatama Anne Nurfarina di Kampus Widyatama, kota Bandung, Minggu (19/1/2013).
 
Kegiatan Beberesih sungai Cidurian yang diikuti 350 mahasiswa Widyatama, 100 personel TNI AL ? LANAL Bandung, 200 dosen dan karyawan Widyatama serta 200 warga ini juga dijadikan ajang silaturahmi dengan penduduk sekitar kampus. Selain itu juga untuk membangun mentalitas kepedulian sosial mahasiswa sebagai generasi muda terhadap permasalahan kebersihan sungai.
 
Rektor Universitas Widyatama Mame S Sutoko berharap agar tumbuh kesadaran tidak hanya di kalangan mahasiswa, tetapi juga masyarakat untuk tidak teledor dan menjaga kebersihan lingkungan. Bencana yang melanda akhir-akhir ini akibat kelalaian manusia terhadap lingkungan. Sungai semakin dangkal dan menyempit. Hutan semakin gundul bencana dibuat sendiri oleh kita, katanya.
 
Tak hanya permasalahan lingkungan, Widyatama juga menggelar pengobatan gratis bagi warga sekitar. Kemampuan berobat warga yang masih rendah, berbanding terbalik dengan kebutuhan warga memperoleh pengobatan menjadikan animo warga yang mendaftar cukup tinggi. Dari target hanya sekitar 300 pasien,pendaftar justru membeludak mencapai 400 orang dengan berbagai penyakit yang beragam hingga penyakit kanker. Pasien dilayani oleh 3 dokter umum dan 5 para medis.
 
Sayangnya, kami belum sampai pada pengobatan kesana. Akan tetapi sinyalemen ini membuktikan warga cukup membutuhkan pengobatan, kata Anne.

Hal itu pula yang dikemukakan warga Babakan Baru Nunung Heryati sejak tahun 2003, ibu dua anak ini menderita alergi yang belum diketahui jenisnya. Ketiadaan biaya, membuatnya tak mampu melakukan tes darah untuk mengetahui jenis penyakit yang diderita. Alhasil, Nunung hanya berbekal obat dari puskesmas ataupun pengobatan gratis seperti yang diselenggarakan di Widyatama. Ya, lumayan dapat obat untuk mengurangi alergi tapi kalau malam, alergi merambat ke sekujur tubuh seperti kena ulat bulu, katanya (WKA-PR)

Job Fair 2014 Universitas Widyatama

Kembali Universitas Widyatama menyelenggarakan Job Fair Widyatama. Job Fair 2014 yang berlangsung pada 10-12 Maret 2014 ini terbuka untuk umum dan Alumni Universitas Widyatama.
Lebih dari 29 perusahaan berpartisipasi dan diramaikan stand bazaar makanan & minuman. Universitas Widyatama berencana melaksanakan job fair 2 kali dalam setahun untuk memenuhi harapan peminat mencari lapangan pekerjaan. Kegiatan ini merupakan upaya meningkatkan program kerja Placement Office & Career Center Universitas Widyatama terutama dalam upaya memberi layanan bagi alumni serta menjalin hubungan baik dengan instansi dan perusahaan (Mkt 2014)

Student – Centered Teaching/Learning: Bachrudin Musthafa

THE BASIC, ESSENTIAL REQUIREMENTS FOR PRODUCTIVE PRACTICE

Pengajaran bahasa asing termasuk bahasa Inggris dan Jepang di lingkungan persekolahan dinilai gagal karena capaian penguasaan materi kurikulernya hanya 45-50% (dari keharusan total 100%) (Musthafa, 2011). Oleh karena itu, asosiasi pengajar bahasa asing (seperti TEFLIN untuk Bahasa Inggris dan ASPBJI untuk Bahasa Jepang) ditantang untuk secara terus-menerus mencari model pengajaran alternatif untuk ditelaah, digali, diteliti, diuji, dan dieksperimentasikan ke dalam konteks kelas di Indonesia.

Tujuannya adalah memastikan bahwa model pembelajaran yang digunakan efektif dengan dua indikator utama: efektif untuk mencapai tujuan pengajaran bahasa asing di Indonesia, dan memberdayakan bagi peserta didik. Student-Centered Teaching/Learning (SCT/L) merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang potensial dapat dijadikan kandidat model pembelajaran alternatif untuk meningkatkan hasil belajar bahasa asing di sekolah dan kampus di Indonesia. Sementara keperluan akan adanya alternatif tersebut merupakan sesuatu yang mutlak, pemahaman guru dan dosen tentang SCT/L ini masih menyisakan tanda-tanya.

Artikel ini akan mengoperasionalkan pendekatan SCT/L ini sehingga gagasan dan semangatnya menjadi jelas dan dapat dilaksanakan di kelas-kelas bahasa asing di Indonesia, dengan menjawab beberapa pertanyaan mendasar sebagai berikut: apa itu SCT/L? Apa peran guru dalam SCT/L Apakah SCT/L sesuai dengan konteks Indonesia? Apa potensi keuntungan SCT/L? Apa yang terjadi di kelas yang mengadopsi prinsip-prinsip SCT/L? ?

Student-Centered Teaching/Learning (SCT/L) sebagai Pedagogi Alternatif

Sebagai pedagogi SCT/L dipengaruhi oleh teori belajar konstruktivisme sosial (Vygotsky, 1978), yang beranggapan bahwa pengetahuan-latarbelakang (prior knowledge) merupakan fondasi penting yang memungkinkan terjadinya belajar, dan interaksi sosial merupakan lokus bagi terjadinya aktivitas belajar.

Selain itu, SCT/L memberi kesempatan yang luas untuk terjadinya kolaborasi sinergis antara guru dengan murid-muridnya. Peserta-didik dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan perihal apa yang akan dipelajari dan bagaimana mempelajarinya (Brooks & Brooks, 1999). Pedagogi alternatif ini memiliki dua tujuan utama yang saling berkaitan. Yakni, memusatkan diri pada kepentingan belajar dan perkembangan (maha)siswa sebagai peserta-didik, dan mengutamakan ketercapaian tujuan belajar optimal. ?

Peran Utama Guru dalam Pegagogi SCT/L

Filosofi konstruktivisme sosial menekankan peran-aktif peserta-didik dalam mengontruksi pemahaman tentang dan keterampilan dalam menggunakan apa yang dipelajarinya.

Demikian aktifnya para peserta didik dalam pedagogi SCL ini sehingga peran guru juga menjadi bergeser? yakni, dalam SCT/L para guru diposisikan sebagai perancang dan pengembang kurikulum untuk mata ajar yang diampunya; dan guru ini juga selanjutnya bertugas memfasilitasi? perkembangan peserta didik dengan menggunakan minat dan keperluan belajar mereka sebagai pemandu bagi mengembangan pengajaran yang bermakna. Kelas yang mengadopsi SCT/L pada umumnya berpusat pada tujuan (goal-based), yang dapat berbasis kontrak individual, dan capaian hasil belajar peserta-didik dinilai dengan tolok-ukur apakah pembelajar ini dapat mencapai sasaran sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.

Sesuai paham filosofinya yang berbasis pada konstructivisimes sosial itu, peran guru dalam SCT/L lebih diwarnai upaya pemberdayaan peserta didik, termasuk mendesain tugas-tugas pembelajaran yang menantang pembelajar untuk secara aktif menelaah masalah yang dipelajarinya untuk kemudian membangun pemahaman dan merumuskan sendiri simpulan-simpulan hasil belajarnya (Duffy & Jonassen, 1992), memfasilitasi peserta didik dalam aktivitas kognitif belajarnya dengan cara memberi pembelajar berbagai bentuk bantuan terstruktur (scaffolds), termasuk secara langsung memberi model (atau teladan) untuk ditelaah dan dipelajari siswa, memberi struktur kegiatan pembelajaran dan kesempatan bagi pembelajar untuk mencerna hal-ihwal yang tengah dipelajarinya, dan memberikan dorongan dan dukungan sinambung untuk memastikan terjadinya pembelajar optimal bagi peserta-didik (Hogan & Pressley, 1977).

Kesesuaian Pedagogi SCT/L dengan Konteks Pendidikan di Indonesia

Dalam praktik pembelajaran di kelas di Indonesia, peserta-didik secara umum diposisikan sebagai penerima pengetahuan–yang bersumber dari penjelasan guru dan/atau dari buku teks dan materi ajar lainnya. Cara belajar seperti ini?betapapun membuat pembelajar sibuk?dipandang pasif karena peserta-didik hanya mencerna informasi yang sudah jadi. Dari perspektif pedagogi SCT/L, cara belajar seperti ini dipandang merugikan peserta-didik karena kesempatan mereka membangun pengetahuan sendiri menjadi hilang lantaran ditalangi guru atau penulis buku teks. Barangkali oleh karena itulah berbagai dokumen resmi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan seperti Sistem Pendidikan Nasional (2003), Undang-undang Guru No. 13 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan Menteri Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru telah menyerukan pentingnya guru dan dosen untuk melibatkan peserta didik ke dalam kegiatan aktif dalam membangun pemahaman dan pengetahuannya sendiri.

Try Out Simulasi Ujian Nasional SMA/MA

Try Out simulasi Ujian

Universitas Widyatama bekerja sama dengan Bimbingan Belajar REXA telah menyelenggarakan Try Out Simulasi Ujian Nasional (UN) untuk SMA/MA pada tanggal 30 Maret 2014 pukul 07.00 s.d. 12.00. Try Out mengambil tempat di Auditorium Universitas Widyatama (Gedung Serba Guna). Try Out yang dihadiri sekitar 500 siswa diselingi dengan penampilan Pandji Pragiwaksono (Relawan Turun Tangan, penulis buku Berani Mengubah), kemudian perform dari @Standupindobdg serta motivatalk Abdullah Syuaib (Direktur REXA Education Center) dan Wintang Haryokusuma (Pengajar Muda Angkatan II) (Mkt 2014).

Workshop Pembinaan Kreativitas dalam Pendidikan Seni

Workshop “Pembinaan Kreativitas dalam Pendidikan Seni dan Berkenalan dengan Bahasa Rupa”

Sabtu, 29 Maret 2014 Fakultas Desain Komunikasi Visual telah melaksanakan Workshop Pembinaan Kreativitas Dalam Pendidikan Seni dan Mengenal Bahasa Rupa dengan Pembicara Prof. Dr. Primadi Tabrani. Workshop diselenggarakan untuk Guru SMA/SMK/MA Se-Kota Bandung. Kegiatan yang dimulai pukul 09.00 di ruang Seminar Universitas Widyatama di buka oleh Wakil Rektor Bid. Operasional Ibu Prof. Dr. Davidescu Cristiana V.M., M.A.. Acara selanjutanya Prof. Dr. Primadi Tabrani memberikan materi dan juga sesi tanya jawab. Dalam acara tersebut peserta mengikuti seluruh kegiatan yang telah disiapkan oleh panitia sampai selesai (Mkt 2014)

ART THERAPY CENTER – WIDYATAMA Upaya Pendidikan Alternatif

Undangan acara Pembukaan Art Therapy Center Widyatama terpaku, ketika Hanif naik panggung dan mulai memainkan lima lagu klasik menggunakan keyboard. Setiap habis satu lagu, tepuk tangan bergema memenuhi Gedung Serba Guna Universitas Widyatama di Jalan Cikutra, Bandung, 15 Maret lalu. Hanif adalah siswa SMP-SMA Al Biruni Cerdas Mulia juga piawai bermain perkusi dan mengaji. Sejumlah undangan tak kuasa menahan haru melihat dan merasakan bakat seni yang dimiliki siswa Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) ini.

Rasa haru semata tidak akan cukup, untuk menjawab pertanyaan mendasar tentang kelanjutan pendidikan para siswa ABK. Termasuk di dalamnya anak-anak yang mengalami kesulitan belajar seperti penyandang autis, ADHD/ADD, disleksia, Down Syndrome atau asperger. Hingga kini Pendidikan Layanan Khusus (PLK) maupun sekolah inklusi yang ada di Indonesia, baru memberi kesempatan para siswa ABK mengenyam pendidikan hingga jenjang setara SMA.

Direktur Art Therapy Center Widyatama Dr Anne Nurfarina, S.Sn., M.Sn mengungkap, di satu sisi anak-anak penyandang autis tiap tahun terus meningkat jumlahnya. Pada 2007 tercatat, dari 100 kelahiran terdapat seorang anak autis. Studi pada 2013 menunjukkan, dari 50 kelahiran didapati ada seorang anak autis.

Sejumlah alasan di atas menjadi dasar bagi Yayasan Widyatama mendirikan Art Therapy Center Widyatama. Organisasi ini, jelas Anne, bergerak di bidang pengembangan terapi bagi siswa ABK berbasis seni dan desain, sekaligus pengembangan keilmuan media terapi berbasis audio, visual, serta gerak.

Anne yang juga Dekan Fakultas Desain Komunikasi Visual Universitas Widyatama menjelaskan, secara hakikat manusia memiliki daya kreatif. Daya kreatif ini sebetulnya yang harus difahami oleh Kementerian Pendidikan. Secara stigma, kreatif itu adalah hasil atau output. Sebetulnya bukan, kreatif adalah anugerah sebagaimana akal yang dimiliki setiap manusia. Karena pada dasarnya manusia memiliki daya invensi dan inovasi selanjutnya modifikasi. Invensi timbul karena kepekaan terhadap apa yang terjadi di sekitar, baik sosial, budaya maupun alam. Apabila individu sudah terinvensi maka langkah selanjutnya adalah inovasi dalam menyelesaikan permasalahan yang timbul. Kreatifitas lah yang muncul seiring dengan inovasi tersebut. Jadi sebetulnya kreatif adalah rangkaian dari proses. Contoh : bila seseorang mencium aroma makanan, maka orang tersebut akan terinvensi bau tersebut, karena lapar maka timbullah ide apakah akan membuat makanan tersebut (inovasi) atau secara pragmatis membeli makanan tersebut.

Art Therapy berawal dari ketertarikan saya terhadap anak-anak disabilitas – divable/autis. Gagasan ini bersambut dengan kepedulian almarhum Prof. Dr. Hj. Koesbandijah Abdoelkadir MS., Ak, selaku pendiri Yayasan Widyatama terhadap pendidikan anak bangsa, termasuk bagi penyandang disabilitas, sehingga berdirilah Art Therapy Center Widyatama.

Anne terinvensi melihat adik saya yang hidup dengan disabilitas yang tidak tersolusikan karena ketidakfahaman kami. Berangkat dari pengalaman tersebut selanjutnya saya bertindak bagaimana dapat membantu mereka atau secara dasarnya bagaimana anak-anak tersebut berkontribusi keilmuan bagi saya. Akhirnya saya menjadi lebih mengerti bahwa sesungguhnya semua individu baik yang normal maupun yang disable memiliki daya kreatif juga dengan segala keterbatasannya. Hal yang membedakannya adalah grade atau kemampuannya saja. Stigma yang terdapat di lingkungan sosial kita masih meyakini kreatifitas itu adalah seni, bukan keilmuan. Yang terjadi adalah selama bertahun-tahun kreatifitas tersebut seperti menggantung atau justru tidak kreatif sama sekali. Contohnya adalah sejak dulu mungkin semenjak ibu kita, bila menggambar pemandangan itu harus ada gambar gunung, pesawahan dan sinar matahari.

Kembali ke dunia anak-anak yang disabilitas – divable/autis, pemerintah sepertinya kurang tanggap melihat anak-anak yang seperti ini semakin meningkat. Pada akhirnya kelompok atau komunitas yang justru lebih memperhatikan dan melakukan action dengan membuka sekolah atau sekedar group untuk anak-anak tersebut. Grade pendidikan yang dibuat oleh pemerintah kurang mengenai sasaran sehingga menjadi bias atau kabur akan dibagaimanakan kah output dari kreatifitas anak-anak tersebut. Contohnya bila seorang anak tersebut sudah lulus dari SLB dan dibekali skill/kemampuan dapat dicoba apakah anak tersebut dapat produktif setidaknya produktif bagi diri sendiri untuk level yang paling sederhana. Karena hal inilah, maka Art Therapy Center sampai membuat segala yang terintegrasi sehingga kita juga dapat melakukan riset-riset dan metode yang output-nya mudah-mudahan dapat diaplikasi oleh bidang ilmu yang lain

Dalam hal ini Art Therapy akan menyasar ke-4 aspek melalui fitrah manusia yang merupakan pilihan dari expert-nya anak. Melalui daya kreatif, (Invention, innovation, modification) merupakan satu pijakan proses. Misal contohnya, stimulus kognitif yang condong ke auditif (lebih ke pendengaran) menyasarnya ke verbal. Maka anak seperti ini kekuatannya menjadi penulis, ditampung masuk ke pola pikir, way out-nya menjadi story telling. Guru fungsinya hanya sebagai fasilitator.

Artherapy Center Widyatama berbasis pada human rights. Kebiasaan yang terjadi kalah karena stigma yang ada. Hakekatnya setiap anak punya daya kreatif tadi. Sistem therapy nya terikat oleh ruang dan waktu. Sustainability di Sekolah dan masyarakat. Stimulus naturalnya, sensorik yang paling kuat. Awalnya dari metode, daya terapi bagi anak berkebutuhan khusus. Kemudian keluar menjadi sistem pembelajaran. Stimulus natural dan bentukan yang tercipta. Bahwa melakukan pendidikan itu tidak bisa dilakukan secara individu tetapi secara masal yang membutuhkan effort/usaha yang maksimal dan kuat. Kesulitan anak divable itu berada di dalam aspek komunikasinya. Pasti setiap orang itu melakukan modifikasi. Memodifikasi itu artinya mengimplementasi idenya kemudian berupaya adanya sistem asistensi.

Untuk menciptakan manusia yang produktif sangat mungkin menggunakan metode, perkembangan keilmuan (art and design) karena ranah keilmuannya ada di Art. Harapan kami, invensi ini sebagai pembuktian untuk mengembangkan keilmuan. Bisa dikatakan, Desain Komunikasi Visual/DKV ini industri komunikasinya bisa dalam bentuk cetak, broadcast, dll. Sedangkan, daya terapinya untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Buktinya anak-anak ini sudah terstimulasi oleh iklan, game, film anak-anak.

Metode

Metode yang diterapkan di Art Therapy Center Widyatama bukan untuk penyembuhan, melainkan untuk mengembangkan behavioristic dan life skill siswa ABK melalui seni dan disain. Metode yang kami gunakan yaitu metode sensasi sebagai pintu masuk mengetahui keminatan siswa, jelas Anne Nurfarina. Anne menegaskan, Art Therapy Center Widyatama menjadi organisasi pertama di Indonesia di mana keilmuan seni dan desain diimplementasi dalam wilayah terapi bagi penyandang disabilitas

Konsep corporate social responsibility (CSR) dengan manajemen profesional yang diterapkan Art Therapy Center Widyatama diharapkan dapat menjaga keberlanjutan pendidikan yang konkret bagi penyandang disabilitas. Anak-anak penyandang disabilitas ini, kata Anne, berhak untuk memeroleh bekal ilmu dan keterampilan bermanfaat bagi kehidupannya. Tidak sekadar menghapal, mengisi Lembar Kerja Siswa (LKS) atau keterampilan sekadarnya. Konsep Art Therapy Center Widyatama adalah pendidikan vokasi, di mana penyandang disabilitas diarahkan untuk mampu berkarya, memahami manajemen sederhana, dan mempunyai mental entrepreneur, papar Anne.Dalam keilmuan Desain Komunikasi Visual ini iklan, game, dan film punya teknis yang sama dan sistemnya cepat, karena berbasis kepada humanitas. Ada 2 hal yang diterapkan yaitu yang pertama: bagaimana konsep bersosialisasi, pembelajarannya adalah klasikal, yaitu belajarnya di kelas.

Pembelajaran tematik yaitu pembelajaran tentang umum. Pendekatan treatment-nya secara individu. Bagaimana menitikberatkan kepada masing-masing individu. Peran gurunya sebagai pendidik besar, tetapi prosentasenya kecil. Kita berbicara kualitas bukan kuantitas. Karena guru hanyasebagai fasilitastor dan stimulator. Gurunya harus memberikan daily report berupa deskriptif bukan asumtif. Parameter pembelajaran dalam pendidikan anak berkebutuhan khusus ini terdiri dari 3 tahun/6 semester, kemudian iklasifikasikan.Tahun pertama yaitu keterbangunan teknis dan afeksi (bagaimana terstimulasi oleh hal-hal yang ada di lingkungan kita) belajar untuk selalu peka terhadap hal apapun permasalahan.

Teknisnya, secara manual karena ada kekuatan kecerdasan otak kanan dan otak kiri.Tahun kedua kognisi, kemudian problem solving. Diajarkan memetakan masalah, berinovasi, output-nya bagaimana kira-kira, dan diajarkan bagaimana business plan dan way out-nya.Di tahun ketiga, mulai ada kerja praktik dan tugas akhir, karya-karyanya dipamerkan ke publik, kalau nilai di publik itu ada nilai jual, kemudian anak bisa mendapatkan kelulusan. Untuk pemasukan diupayakan ada subsidi silang, Konsep Program orang tua asuh adalah pembuktian komitmen Art Therapy Center Widyatama mendahulukan terhadap yang tidak mampu.

Jangka panjangnya 5 orang anak untuk 1 anak yang tidak mampu. Dari Dinas Sosial akan mengusahakan mencarikan Grand dari Jepang dan Belanda.Art Therapy Center Widyatama memiliki 3 divisi yaitu; P2M, pengabdian dan penelitian, Pengembangan media art therapy, kegiatan belajar mengajar yang reguler. Bagaimanapun juga anak disabilitas merupakan tanggung jawab kita bersama. Khususnya para pakar pendidikan dan psikiater yang secara langsung dan intensif membina para disabilitas/anak-anak berkebutuhan khusus ini untuk menjadi manusia yang produktif. (Lee & Fe)

Workshop Kurikulum MOS

Koord TLO Rabu, 20 Maret 2014 telah menyelenggarakan Workshop Kurikulum MOS di Universitas Widyatama pukul 13.00 s.d selesai. Workshop di buka oleh Bpk. Prof. Jozua Sabandar, M.A., Ph.d sebagai Koordinator TLO diikuti seluruh Ka. Prodi dan Sek. Prodi serta fungsi terkait.
Workshop MOS meliputi: sosialisasi konten sertifikasi MOS dan peluang sertifikasi lainnya dilanjutkan iskusi dengan pihak penyelenggara sertifikasi dan stakeholder terkait. Workshop juga memberikan materi tentang kurikulum terbaru untuk kelancaran KBM di masa yang akan mendatang.(Mkt 2014).

Universitas Utara Malaysia Kunjungi Fakultas Bisnis & Manajemen

Vice President UUM, Warek Operasional, Ka. Pusat Renbang, Dekan FBM Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama( UTama) menerima kunjungan Universiti Utara Malaysia (UUM) Selasa, 21 Januari 2014. Rombongan tiba pukul 09.00 WIB disambut langsung Wakil Rektor Universitas Widyatama, Prof. Dr. Davidescu Cristiana Victoria Martha, M.A di ruang seminar lantai 6 gedung B Universitas Widyatama. Kunjungan dimaksudkan menjalin kembali
kerjasama dalam bidang pendidikan, penelitian dan pertukaran mahasiswa. Kegiatan kunjungan diawali presentasi oleh Vice President UUM dilanjutkan oleh Dr. Hj. Ir. Dyah Kusumastuty., M.Sc. selaku Dekan Fakultas Bisnis dan Manajemen. Acara dilajutkan dengan sesi tanya jawab dan campus visit.
UUM dikenal sebagai Universitas Negeri yang unggul dalam core bisnis dan manajemen di Malaysia dengan pendiri Bapak Mahathir Mohammad. Keunggulan ini dimiliki pula oleh UTama yang faktanya memiliki populasi mahasiswa Fakultas Bisnis dan Manajemen hingga 3000 lebih mahasiswa. Kesamaan diri inilah yang akhirnya meyakinkan kedua institusi untuk menjalin kerjasama lebih intensif dalam hal memajukan pendidikan, penelitian dan pertukaran dosen serta mahasiswa. Ketua Rombongan UUM dipimpin oleh Vice President UUM. Sesi ramah tamah dimanfaatkan untuk saling tukar informasi dan pengalaman diantara mahasiswa kedua perguruan tinggi.
Senat Mahasiswa FBM turut hadir menyambut kedatangan rombongan UUM. Acara diakhiri dengan pemberian cinderamata oleh Prof. Dr. Davidescu kepadan Vice President UUM dan foto bersama. (FBM-2014